NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Sugeng Rawuh

Waktu menjelang sore saat mereka sampai di kediaman Kanjeng Gusti dan Gusti Ayu. Kedatangan Anaya di sambut hangat oleh Kanjeng Gusti, Gusti Ayu, keluarga dan beberapa orang lain yang menjadi 'abdi dalem'.

"Raden Mas, kenapa ramai sekali?." Tanya Anaya.

"Gak apa - apa. Mereka hanya ingin menyambut menantu pertama keluarga Kanjeng Gusti Aji Pangestu." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Bodoh sekali sih, Anaya!. Jelas saja, yang menjadi suamimu ini adalah putra mahkota Kanjeng Gusti. Ya wajar kalau kedatangannya di sambut seperti ini." Batin Anaya yang merutuki diri sendiri. Ia sampai terlupa tentang status suaminya sendiri.

"Ayo turun, Raden Ayu." Ajak Raden Mas Mahesa setelah Jaka membukakan pintu untuknya.

Dengan sabar, Raden Mas Mahesa menunggu Anaya yang bersiap untuk turun. Tak lupa, tangannya ia siagakan di kepala sang istri ketika turun dari mobil agar tak terantuk.

Mereka berdua kemudian berjalan bersama mendekati rombongan yang nampak menunggu di depan pendopo utama, tempat mereka berkumpul jika ada sebuah acara atau kegiatan.

"Jangan gugup, Raden Ayu. Ada aku disini." Ujar Raden Mas Mahesa sambil meraih tangan dingin Anaya dan menggenggamnya.

Anaya tersenyum tipis saat Raden Mas Mahesa menenangkannya dengan menggenggam tangannya. Entah bagaimana, sikap Raden Mas Mahesa itu bisa memberikan kekuatan untuk Anaya.

"Assalamualaikum." Ucap Raden Mas Mahesa dan Anaya bersamaan.

"Waalaikumsalam." Jawab Semua orang yang ada di sana.

Raden Mas Mahesa dan Anaya pun menyalami dengan takzim Kanjeng Gusti dan Gusti Ayu.

"Sugeng Rawuh Raden Mas, Raden Ayu. (Selamat datang Raden Mas, Raden Ayu.)" Ujar Gusti Ayu.

"Matur suwun, Ibu. (Terima Kasih, Ibu.)" Jawab Raden Mas dan Anaya hampir berbarengan.

Raden Mas dan Raden Ayu di minta untuk membasuh tangan, wajah dan kaki mereka menggunakan air yang di tuangkan dari kendi oleh salah satu abdi dalem, sebagai raitual penyambutan.

Setelah mengeringkan tangan dan wajah dengan kain yang sudah di siapkan, Gusti Ayu lalu memberikan air putih dan membantu meminumkannya pada Raden Mas dan Raden Ayu.

Setelah menjalani ritual selamat datang, mereka semua masuk ke dalam pendopo utama. Di sana, Kanjeng Gusti memperkenalkan menantunya yang akan mereka panggil dengan gelar Raden Ayu.

Kanjeng Gusti pun menjelaskan mengenai akad nikah mereka yang sudah berlangsung beberapa dua minggu lalu dan rencana tasyakuran pernikahan yang akan di gelar setelah acara kirim doa empat puluh hari Ayah Anaya.

...****************...

"Raden Ayu, malam ini kita tidur di sini dulu karna nanti malam ada jamuan makan malam untuk menyambut kedatanganmu." Kata Raden Mas Mahesa.

"Memangnya kita gak tinggal di sini, Raden Mas?." Tanya Anaya.

"Mboten (tidak). Kita tinggal di rumah kita yang sudah di siapkan, gak jauh dari sini kok. gak sampai lima ratus meter." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Yasudah, kamu mandi sebentar lagi mau ashar. Sholat ashar sendiri gak apa - apa kan?." Tanya Raden Mas Mahesa kemudian.

"Gak apa - apa. Memangnya Raden Mas mau kemana?. Gak istirahat dulu?" Tanya Anaya.

"Aku mau ke pabrik, ada yang harus di periksa. Kenapa? Kamu mau di temani istirahat?." Tanya Raden Mas Mahesa setengah menggoda.

"Enggak kok. Memang Raden Mas gak capek?."

"Enggak. Lihat wajah senangmu saja udah bisa ngilangin capek." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Astaghfirullah, dasar tukang gombal!." Kata Anaya sambil tertawa kecil.

"Makin semangat sekarang, karna lihat kamu senyum gitu." Imbuh Raden Mas Mahesa, yang membuat Anaya geleng - geleng kepala.

"Yasudah, aku tinggal dulu. Jangan lupa sholat tepat waktu." Pesan Raden Mas Mahesa.

"Njih, Raden Mas." Jawab Anaya sambil meraih tangan Raden Mas Mahesa dan menyalaminya dengan takzim.

Setelah mandi dan menunaikan kewajiban. Anaya yang merasa bosan di kamar itu hendak keluar untuk sekedar bersantai atau mencaru udara segar. Ia meraih jilbabnya dan segera melangkah ke luar kamar, menuju ke sebuah taman kecil yang tadi sempat ia lewati saat menuju ke kamar.

"Raden Ayu...!." Suara seorang gadis menyapa indra pendengarannya. Tentu saja itu adalah Raden Ajeng Meshwa yang kini sedang berjalan menghampirinya.

Raden Ajeng Meshwa langsung memeluk kakak iparnya yang memang sudah ia kenal cukup lama.

"Raden Ajeng, baru pulang kuliah?." Tanya Anaya yang juga memeluk hangat adik iparnya.

"Iya. Raden Ayu apa kabar? Raden Ayu baik - baik aja kan?." Tanya Raden Ajeng Meshwa. Tentu ia pun sudah tau mengenai kejadian buruk yang menimpa saudara iparnya itu.

"Alhamdulillah sehat dan baik - baik saja." Jawab Anaya sambil tersenyum hangat.

"Alhamdulillah. Aku khawatir waktu dengar berita tentang Raden Ayu." Kata Raden Ajeng Meshwa.

"Gak apa - apa, Raden Ajeng. Aku baik - baik saja, makanya ada di sini sekarang." Jawab Anaya yang kemudian mengajak adik iparnya itu duduk di bangku taman untuk mengobrol.

"Raden Ajeng, gak bisa manggil Mbak aja, kayak biasanya?. Agak aneh kalau Raden Ajeng manggilnya gitu." Kekeh Anaya.

"Mana boleh? Bisa - bisa aku di marah Ibu kalau Ibu dengar aku manggil Raden Ayu Mbak. Nanti di kira Raden Ayu itu abdi dalem lagi." Jawab Raden Ajeng Meshwa sambil terkekeh.

"Raden Ayu, gimana Raden Mas? Raden Mas bersikap baik kan ke Raden Ayu?. Walaupun kelihatannya galak, tapi Raden Mas sebenarnya baik kok." Cerocos Raden Ajeng yang takut jika Kakaknya itu tak bisa bersikap baik.

"Raden Mas baik kok, baik sekali malah. Cuma kadang - kadang memang jahil saja, suka meledek." Jawab Anaya yang tersenyum.

"Memang! Raden Mas itu memang jahil, suka meledek! Aku saja sampai kesal kalau jahilnya sudah kumat." Sungut Raden Ajeng Meshwa.

"Raden Mas kemana?." Tanya Raden Ajeng Meshwa kemudian.

"Katanya pergi ke pabrik." Jawab Anaya.

"Raden Ayu dan Raden Mas akan tinggal di sini kan?." Tanya Raden Ajeng Meshwa.

"Kata Raden Mas, besok mau pindah ke rumah yang sudah di siapkan." Jawab Anaya.

"Yaahh! Aku kira bakal tinggal di sini. Tega banget Romo sama Ibu mindahin anak sama menantunya. Padahal baru punya menantu satu - satunya." Cicit Raden Ajeng Meshwa.

"Harus gitu dong! Nanti kamu gangguin Mas dan Raden Ayu yang lagi pacaran kalau kami tinggal di sini." Sahut Raden Mas Mahesa yang tiba - tiba muncul.

"Ih! Raden Mas ini. Aku gak mungkin ganggu lah. Aku kan anak baik." Kekeh Raden Ajeng Meshwa.

"Gak percaya aku, kamu kan tukang ganggu." Sergah Raden Mas Mahesa.

"Raden Ayu, ayo ikut aku." Ajak Raden Mas Mahesa.

"Kemana?." Raden Ajeng Meshwa yang buru - buru menjawab.

"Kan.. Kan.. Agi tas lambeku mingkem (Baru saja mulutku mengatup). Kamu mau ganggu orang pacaran kan?. Gak usah tau, nanti kamu ngintili (ngikutin)." Ledek Raden Mas Mahesa.

"Aku kan cuma nanya! Masak nanya aja gak boleh. Lagian aku kan mau tau, mungkin saj nanti Ibu atau Romo nanyain kemana Raden Mas dan Raden Ayu." Jawab Raden Ajeng Meshwa.

"Halah! Alasanmu saja." Sergah Raden Mas Mahesa.

Anaya hanya bisa cengar - cengir melihat perdebatan kakak beradik di hadapannya. Hatinya terasa hangat karna ia merasa tak sendirian.

"Ayo, Raden Ayu." Ajak Raden Mas Mahesa yang mengulurkan tangannya.

Anaya pun menyambut tangan suaminya dan kemudian berdiri, hendak beranjak dari taman kecil itu.

"Raden Mas, ikut! Boleh ya, Raden Ayu?." Pinta Raden Ajeng Meshwa.

"Gak boleh!." Larang Raden Mas.

"Maaf ya, Raden Ajeng." Jawab Anaya yang merasa tak enak pada adik iparnya.

"Sudah sana, jangan ngikutin. Hus - hus - husyaaahh!!!." Kata Raden Mas Mahesa yang membuat Anaya terkekeh.

"Dasar pelit! Emange aku pitik, ndadak di gusah! (Emangnya aku ayam, harus di usir!)." Omel Raden Ajeng Meshwa melihat Raden Mas Mahesa membawa pergi istrinya dan berjalan menuju kembali ke kamar mereka.

"Oo pantes aja gak boleh ikut!." Gelak Raden Ajeng Meshwa yang bermonolog.

"Semangat ya Raden Mas! Tak tunggu produkmu!." Seru Raden Ajeng Meshwa yang menggoda kakaknya.

Seruan itu pun langsung di jawab dengan kepalan tangan yang menunjukkan ancaman akan memukul oleh Raden Mas Mahesa.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!