Cha Yuri berkerja sebagai perkerja paruh waktu pada sebuah minimarket.
menjalani hidup yang rumit dan melelahkan membuatnya frustasi .
Namun Suatu Hari dia bertransmigrasi ke Dunia Isekai dengan bantuan sistem dia mencoba untuk menjalani setiap misi yang diberikan.
Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja mengubah plot nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan tak sengaja
Lorong berikutnya lebih sempit. Dindingnya menghitam, seolah dilewati oleh waktu dan darah. Liangyi berjalan paling depan, tangannya menyentuh batu-batu lembap yang seperti hidup. Di belakangnya, Xuanwei seperti biasa: diam, tajam, dan tidak ramah.
"Ini tempat apa lagi sih... Jangan bilang kita harus loncat ke neraka buat artefak terakhir," gerutu Liangyi
"Kalau kau takut, pulang saja," sahut Xuanwei .
"Sialan. Kalau aku pulang, aku akan pastikan kau tersangkut di portal neraka selamanya." gertak Liangyi
Xuanwei hanya mendengus.
Tiba-tiba—ting!
Sistem muncul lagi. Tapi kali ini… tampilannya berbeda. Ada bingkai hati. Ada efek kelap-kelip pink. Dan yang paling mengerikan:
[Pesan Baru dari PENULIS]
“Liangyi, bertahan ya. Nanti aku kasih kamu kejutan sesuatu yang kamu inginkan. Tetaplah jadi pribadi sengak dan sarkas 😭”
TTD: Penulis yang mencintaimu ❤️
...
Liangyi melotot.
Xuanwei melirik liangyi
"...Kenapa?" tanya Xuanwei, kening terangkat .
Liangyi langsung matiin layar sambil maki .
"GAK ADA APA-APA! SIALAN! PENULIS GILA ITU UDAH MULAI LAGI!"
Xuanwei menyeringai kecil.
Dia sudah tidak kaget dengan sifat Liangyi yang spontan.
"DASAR BERENGSEK. KAU JUGA TOKOH REKAYASA, JANGAN IKUT NYINDIR!"
Langkah Liangyi makin cepat. Tapi... pipinya sedikit merah .
Dan Xuanwei tahu, meski dia ngumpat sepanjang jalan... dia bertahan.
Karena pesan itu.
Karena... ada seseorang di balik dunia ini yang percaya padanya.
Saat mereka melangkah lebih dalam, aura artefak ketiga mulai terasa—dingin, tajam, dan familiar.
Liangyi mendadak berhenti.
"Kau merasakannya?" bisiknya .
Xuanwei menatap lurus ke depan. Wajahnya mengeras .
"Itu... kekuatan dari keluargaku."
Langkah Liangyi melambat. Matanya menyipit menatap ke depan. Suasana berubah. Bukan karena artefaknya... tapi karena Xuanwei.
Aura si pria itu berubah. Lebih tegang. Lebih dingin dari biasanya.
“Kau kenapa?” tanya Liangyi, separuh waspada, separuh kesal .
“Tempat ini... terlalu familiar,” jawab Xuanwei datar . “Rasanya seperti... rumah. Tapi bukan yang ingin kau kenang.”
Seketika, di tengah ruangan, sebuah pilar es menjulang, dan di dalamnya… artefak ketiga membeku.
Tapi bukan hanya itu. Di sekeliling pilar, tertanam potongan-potongan ingatan. Gambar samar, suara-suara menggantung di udara:
Teriakan
Suara ayah
Jeritan seseorang bernama “RUQIAN”
Liangyi memperhatikan semuanya. Perlahan. Dan... tidak berkata apa pun.
Xuanwei tidak bergerak.
“Kau harus mengambilnya,” ujar Liangyi .
“Itu bukan semudah kelihatannya.” lirik xuanwei
“Oh tentu, karena hidupmu penuh drama kabur dari masa lalu, ya? Jangan bilang aku harus memelukmu sampai artefaknya lunak.” Celetuk liangyi
Xuanwei menatapnya—dingin. Tapi tidak membantah.
Liangyi menyeringai sinis .
“Sial. Jadi ini beneran artefak trauma. Aku benci tempat ini lebih dari kelas matematika terkutuk itu.”
Tiba-tiba… sistem muncul.
Sistem:
[PERINGATAN: Host terlalu kuat untuk dikendalikan.]
[Saran: Kirim permintaan langsung ke Penulis.]
[ERROR: Penulis sedang tertawa di luar nalar manusia.]
Liangyi menatap langit-langit gua .
“SIALAN KAU, PENULIS!!”
“INI GAK LUCU!! AKU DI DALAM DUNIA TRAUMA ORANG LAIN NIH!!”
“AKU MINTA DICAST DI CERITA ROM-COM SAJA!!!”
Xuanwei hampir tersenyum—hampir .
“Kalau kau terus berteriak, artefaknya akan aktif lebih cepat.”
“Biarin. Kalau artefak ini meledak, semoga aku bisa nendang penulis di dunia nyata dulu.” gertak Liangyi .
Seketika, pilar es mulai retak.
Artefak bersinar. Tapi tak meleleh. Tak bisa disentuh.
“Dia butuh kau, Xuanwei,” ujar Liangyi, kini dengan nada lebih serius . “Bukan aku. Jadi cepat. Hadapi.”
Xuanwei menutup mata. Menarik napas .
“Apa kau akan menungguku?”
Liangyi bersandar di batu dingin, tangan disilang.
“Tentu tidak. Aku hanya akan berdiri di sini sambil mencatat semua kesalahanmu dan mengejeknya nanti.” ejek Liangyi .
Xuanwei membuka mata, dan melangkah maju ke dalam es.