Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Saat Andre disibukkan oleh rengekan dari Mila, Aldi dan Anna merasa hubungan rumah tangga mereka sedang harmonis harmonis-Nya. Bagaimana tidak? Biasanya Aldi yang tidak pernah menemani Anna memasak, kini dia memasak bahkan memakai Apron Merah muda yang sangat cocok dengan kulit Aldi yang putih langsat.
"Sayang, apa ini di masukkan kesini?" tanya Aldi sambil memegang garam dan merica di kedua tangannya. Anna menolehkan pandangannya ke arah sang suami dengan senyuman yang terus terukir di bibirnya.
"Garamnya saja yang kamu masukkan, mericanya kamu taruh saja." ucap Anna sambil kembali melanjutkan irisan bahan bahan yang lain. Seperti wotel, seledri, dan gubis yang sudah dia cuci bersih.
Aldi mengambil apa yang Anna suruh, yah walaupun dia tak pernah bergulat di dapur, tapi setidaknya dia tahu yang mana merica dan yang mana garam, pikirnya. "Sudah." ucap Aldi sambil mematikan kompor yang ada di depannya.
Anna menghentikan irisannya lalu dia menghampiri sang suami yang baru saja memasak kaldu buat sup yang Aldi gemari, dia mengambil sendok lalu mencoba kaldu yang di buat oleh suaminya. "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk.." Anna terbatuk hingga wajahnya memerah. "Al, apa yang kamu masukkan di sini?" tanyanya sambil menunjuk kaldu yang baru saja Aldi bikin.
"Air, garam, sama beberapa rempah yang kamu instruksikan tadi." ucap Aldi sambil menggaruk tengkuknya bingung. "Kenapa? Apa tidak enak?" tanyanya sambil melangkahkan kakinya ke arah Anna yang sedang meminum air putih di lemari es.
Anna menolehkan wajahnya ke arah sang suami dengan tatapan tajam menusuk. Dengan cepat Anna menyendokkan kaldu yang Aldi buat lalu menyuruh Aldi untuk mencobanya. "Cobalah, nanti kau akan tahu apa yang baru saja aku cicipi." ujarnya tenang tapi penuh penekanan.
"Memangnya ada yang salah dengan masakanku? Aku yakin rasanya enak, tak jauh berbeda dengan masakan yang kau masak."
"Maka dari itu, coba dulu ini sayang." ucap Anna masih dengan tangan melayang yang memegang sendok berisikan kaldu soup yang Aldi buat.
"Baiklah," ucapnya sambil memajukan bibirnya ke arah sendok yang Anna pegang. " Jangan meminta jika ma... Huk.. Uhukm.. Uhukk.. " ucapan Aldi terpotong karena Anna menyuapi Aldi dengan cepat. "Apa itu tadi Anna? Kenapa rasanya Aneh??" tanyanya dengan nada suara polos.
Anna memberikan segelas air putih ke Aldi, dan langsung di teguk oleh Aldi hingga tandas. "Ya itu tadi kaldu yang kau buat, sekarang minggir sana. Aku mau melanjutkan masakku." usir Anna tanpa menoleh ke arah Aldi.
Aldi yang tahu akan keadaan dirinya yang tak mampu membantu Anna hanya diam membatu dan duduk di kitchen island yang ada di penthousenya. Dia menatap apa yang Anna kerjakan, dari mulai memasukkan wortel, seledri, hingga ayam, masih tak luput dari pandangan Aldi. "Cobalah.." ujar Anna sambil kembali menyodorkan sendok yang berisi kaldu soup yang dia buat. "Cobalah, aku jamin rasanya tak kalah enak." ucapnya lagi sambil tersenyum renyah ke arah Aldi.
Aldi mengangkat salah aatu Alisnya tapi dia menerima tawaran Anna. Dia menelan kaldu itu dan senyum mengembang di bibirnya. "Enak," ucapnya polos. Dan itu membuat Anna kembali menyunggingkan senyuman simpulnya. Dan itu tak luput dari sorot mata Aldi, Aldi menatap wajah merona Anna dia tak menyangka jika dia akan di satukan oleh cinta pertamanya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Anna yang merasa aneh dengan tatapan mata Aldi yang seolah menusuk dan tajam di fikiran Anna.
"Aku hanya beruntung, kau menjadi milikku." ucap Aldi jujur tanpa melepaskan tatapannya ke arah Anna yang kini sudah ia yakini wajahnya sudah merah merona karena malu. "Hai, ada apa dengan wajah ini, hm?" goda Aldi sambil mencubit pipi kiri Anna.
Anna yang merasa bodoh karena merona sebisa mungkin menyembunyikan wajahnya dari tangan jahil Aldi. "Hentikan, Al.." ucapnya sambil menangkis tangan Aldi yang ingin mencubit pipinya kembali. Sedangkan Aldi hanya bisa tertawa puas karena dia sudah berhasil menjahili istrinya.
"Wah.. Aku tak menyangka, jika seorang Aldi suka bertindak jahil seperti tadi." perkataan dari wanita yang tiba tiba berada di belakang Aldi membuat Aldi dan Anna menghentikan kegiatan mereka. "Kenapa? Tidak suka aku berada di sini?" ujar wanita tadi sambil bersindekap di dadanya.
"Mau apa kau kemari?" tanya Aldi dengan dingin. Dia tak mau kesenangannya saat dia menggoda sang istri di ganggu oleh siapapun.
"Aku? Mau apa?" ucapnya meremehkan. "Aku mau kau menikah denganku, Al.." ujarnya lagi dengan lancar tanpa ada kendala apapun.
"Kenapa aku harus menikah denganmu?"
"Karena aku hamil anakmu."
"Jangan bercanda padaku, Mila."
"Siapa bilang aku sedang bercanda, sayang? Bukankah kita sudah melakukannya saat kau masih bersama dengan Anna?" ujar Mila sambil melirik ke arah Anna yang sudah membatu dengan ucapan Mila dan Aldi yang menyakitinya.
Hamil? Mila hamil?? Hanya itu ucapan yang sedang Anna fikirkan dan itu lagi lagi membuat Anna meneteskan air matanya. "Jangan percaya kepadanya, Anna.. Aku mohon." ujar Aldi panik saat melihat Anna meneteskan air matanya.
"Kenapa, Al? Bukankah kau selalu mengatakan jika aku hamil kau akan menikah denganku? Ingat Al, aku bisa saja menghancurkanmu dengan menyebarkan berita ini kepada seluruh media di kota ini, Al. Dan aku bisa pastikan jika bisnismu akan hancur dalam waktu sekejap saja. Pikirkan itu baik-baik sayang." Mila berbalik meninggalkan sepasang suami istri itu dengan senyuman puas yang terukir di dalam bibirnya. Sebentar lagi Anna, tunggu saja. Aku akan mendapatkan apa yang telah kau rebut dariku. Dari Aldi, hingga status Istri Aldi. Seru Mil dalam hatinya.
Setelah kepergian Mila, Aldi dan Anna melanjutkan makan mereka yang sempat terganggu. Walau keadaannya masih seperti dimana Mila datang, sunyi, tak seperti hari hari yang lalu. Anna yang sibuk dengan pemikirannya. Dan Aldi yang sibuk dengan ucapan Mila.
Memang benar Aldi telah melakukan tidur bersama dengan Mila sejak mereka memutuskan untuk berpacaran. Tapi, Aldi bukanlah orang yang bodoh. Dia selalu membohongi Mila dengan mencampur Pil KB ke dalam minuman yang akan Mila minum. Dan untuk beberapa minggu lalu dia sudah tak melakukannya lagi dengan Mila. Karena dia sudah tergoda dengan tubuh Anna, suara erangan Anna, dan juga wajah ketika Anna mencapai klimaks membuat Aldi tertawa dalam hati.
Wajah polos yang dia kagumi, dia cintai kini sudah dia dapatkan. Jadi untuk apa lagi Mila? Bukannya Aldi membuang Mila, tapi karena Anna dan Aldi kehilangan calon malaikat kecilnya membuat Aldi berfikir kembali jika dia memutuskan untuk bersama Mila. "Kau sudah selesai makannya?" tanya Anna dengan nada suara datar. Aldi tahu jika Anna kini sedang bimbang dengan ucapan Mila tadi. Aldi menaikkan salah satu alisnya sambil tersenyum mencoba menggoda sang Istri.
"Kau terburu-buru sekali, Sayang? Kenapa, Hm?" tanyanya sambil tersenyum penuh arti ie arah Anna.
Anna hanya membuang nafas lelahnya. Dia lelah berfikir, bagaimana bisa Aldi melakukan hal itu kepada Mila? Bagaimana bisa dia tak memikirkan perasaannya? "Kamu sudah selesai makannya apa belum? Aku lelah. Aku mau istirahat jadi berikan piring kotormu biar aku yang mencucinya lalu aku mau kembali kedalam kamar." ucapnya panjang lebar dengan nada suara yang masih tergolong datar dan sinis.
Saat Anna hendak mengambil piring Aldi yang ada di hadapannya, Aldi menarik pergelangan tangan Anna dan menjatuhkan Anna kedalam pangkuannya. "Apa kau marah kepadaku?" tanya Aldi sambil melilitkan lengannya ke pinggang ramping Anna.
"Aku tidak marah kepadamu." bohong Anna.
"Kalau kau tidak marah, kenapa dengan sikapmu sedari tadi makan diam saja? Seolah kau sedang tak bernafsu makan masakan yang kau buat sendiri, hm?"
"Anna, dengarkan Aku. Aku tak pernah berhubungan badan lagi dengan Mila. Dulu memang iya, tapi selama aku menikah denganmu aku sudah tak pernah menyentuh Mila, jika kau melihat aku dan Mila berciuman ketahuilah jika dulu yang menciumku. Aku menjaga hatiku Anna, memang benar dulu aku kasar kepadamu, aku membawa Mila di hadapanmu, tapi, sejak kau meninggalkanku waktu itu, aku sudah tak pernah menyentuh Mila barang sehelai rambutnya. Kau boleh tak percaya, tapi aku sudah berkata jujur kepadamu." ujar Aldi panjang lebar. Dan itu sedikit banyak membuat Anna tenang.
"Aku tak marah kepadamu, Al. Aku hanya shock dengan apa yang Mila katakan. Dia kemarin malam datang ke acara dimana ada Indra disana. Dia menyuarakan jika dia membenciku sangat banyak. Dan dia tak mau melepaskanmu. Aku awalnya berfikir jika Mila akan mengatakan hal bodoh untuk kesekian kalinya, tapi saat aku melihat mimik wajahmu yang seakan tak mau mengakui akan kehamilan Mila membuatku sedari tadi berfikir." Anna menjeda ucapannya. "Apa benar kau sudah tak mencintai Mila lagi? Apa benar kau tak akan mau melihatnya lagi? Atau apa benar jika sisa sisa cintamu kepadanya sudah menghilang, dan kau tanamkan perasaan benci kepadanya?" tanya Anna sambil menatap manik mata Aldi yang ada di hadapannya.
"Aku tahu, Al. Dulu kau sangat ingin menyakitiku, kau membuang masakan yang sudah aku masak, kau bercinta dengan Mila di dalam kamar yang kau tempati, dan kau bahkan berciuman di hadapanku. Itu membuatku sakit, apa kau tahu? Jika aku yang melakukan hal itu, apa yang sedang kau rasakan saat aku hamil anak orang lain dan berbicara kepadamu seperti ucapan Mila barusan?
Apa yang akan kau lakukan?" ucapnya dengan tetesan air mata.
"Shhh... Sudah jangan menangis lagi sayang. Percayalah, itu bukan anakku. Aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya saat kita pindah ke Apartemen ku yang aku fikir Mila tak tahu tapi dia malah tahu. Maafkan aku." ucap Aldi penuh sesal dengan merapatkan lengannya ke pinggang Anna yang ramping.
"Sudahlah, aku lelah. Aku mau ke kamar." ucap Anna yang hendak berdiri tapi dengan segera di tahan oleh Aldi. "Apa lag--" ucapan Anna terputus karena ciuman yang Aldi berikan. Ciuman dengan lumatan lembut kini membasahi bibir lembab Anna.
Aldi menggendong Anna dengan ala bridal style ia dengan perlahan melangkahkan kakinya ke arah kamar yang bernuansa wanita. Cat dinding putih yang membuat siapapun yang masuk akan betah berada di dalam. "Aku mencintaimu, Anna. Apa kau tidak percaya kepadaku?" ucap Aldi lirih. Belum sempat Anna menjawab pertanyaan yang dia berikan, Aldi sudah kembali lagi melumatnya, dengan sedikit kasar.
Bibir bawahnya mencecap bibir Anna dan tangannya yang tidak tinggal diam segera membuka pakaian yang Anna kenakan. "Aku berharap kau yang hamil. Bukan Mila." ucap Aldi lagi sambil meremas payudara Anna dengan lembut. "Karena apa? Karena aku sudah mencintaimu sejak awal kita bertemu saat Masa Orientasi Siswa. Tapi aku malu dan tak cukup nyali untuk mengatakannya. Katakan padaku, An. Kau mencitaiku apa tidak?" tanya Aldi sambil menciumi leher jenjang Anna. Memberikan tanda kepemilikan di setiap inchi tubuh Anna.
Anna hanya bisa mengeluh, matanya terpejam saat Aldi menggigiti payudaranya dan memberikan tanda kepemilikan disana. "Ahh.. Al, bu..kka.. Ahh.." lenguhan Anna terdengar sangat sexy di telinga Aldi. Lenguhan keras, ketika dia menyatukan tubuhnya dengan tubuh ramping Anna. Memainkan miliknya di sana dengan gerakan maju mundur dengan sangat pelan, "Ahh.. Al,, ja..ngan me..nyi..ksaku.." ucapan Anna terbata karena gerakan Aldi yang menggodanya.
Ntah sejak kapan Aldi melucuti pakaian yang dia pakai, karena itu baginya sudah tak penting lagu, kini Anna hanya memusatkan dirinya dengan apa yang Aldi lakukan kepadanya. Memaju-mundurkan miliknya ke pusat inti tubuhnya membuat Anna menggeliat merasakan apa yang dia rasakan. "Ahh,, Al.." desahannya ketika Aldi meremas kedua payudaranya bergantian. Tanpa mengurangi tempo gerakan yang dia ciptakan di inti Anna. "Al, aku.. Ma..u--"
"Tahan.. A..ku juga.. Sebentar lagi.." Aldi memotong ucapan Anna dengan lumatan yang dia berikan di sisa akhir percintaan itu, dan ketika Aldi merasa penuh di miliknya, dia mengecup kening Anna sesekali lalu meneriakkan nama Anna yang di sahuti oleh Anna dengan hal yang sama. "I Love You, Sayang." ucap Aldi sambil mencium kening Anna yang di penuhi oleh keringat.
"I Love You, Too." ucap Anna terengah engah membalas perkataan Aldi suaminya.
BERSAMBUNG