Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Musim yang Berganti
Waktu mengalir tenang, seperti sungai kecil yang membelah di desa Qinghe, membawa serta cerita-cerita lama dan menggantinya dengan harapan baru.
Musim semi telah berlalu, berganti dengan musim panas yang cerah dan penuh kehidupan. Kini, udara mulai sejuk. Hembusan angin membawa aroma tanah basah dan suara daun-daun kering yang jatuh dari pohon. Musim gugur datang perlahan, menyelimuti desa dengan warna keemasan dan perasaan hangat yang tenang.
Bagi Lin Yue, setiap musim memiliki makna baru. Tapi musim ini terasa paling istimewa.
Ia berdiri di halaman belakang rumah mereka, mengelus lembut perutnya yang mulai membuncit. Setiap gerakan kecil di dalam sana membuat hatinya bergetar. Ia, seorang wanita yang dulunya dikenal sebagai "Bayangan Merah" yang mematikan, kini menjadi rumah bagi kehidupan baru.
"Anak kita..." bisiknya pelan sambil menatap langit senja."kau datang seperti keajaiban dalam hidupku."
Langkah kaki pelan terdengar mendekat dari belakang. Tangan kokoh melingkar di pinggangnya, dan suara yang selalu menenangkannya terdengar di telinga.
"Dia akan tumbuh menjadi kuat seperti ibunya," ujar Shen Liuhan lembut, dagunya bersandar di bahu Lin Yue.
Lin Yue tersenyum kecil. "Aku... tak pernah membayangkan bisa merasakan ini. Dulu aku hidup seperti mesin. Tidak berpikir untuk hari esok. Sekarang, aku menginginkan masa depan. Untukmu, dan untuk anak kita."
Shen Liuhan memeluknya lebih erat. "Kau selalu layak mendapat kebahagiaan. Aku hanya beruntung menjadi bagian dari kebahagiaan ini."
Kabar tentang kehamilan Lin Yue menyebar cepat di desa. Warga desa menyambutnya dengan suka cita. Ibu Sun, wanita tua yang selalu menganggap dirinya seperti anak sendiri, mulai datang setiap pagi untuk membawa bubur kacang merah, telur rebus, dan rebusan jamur hutan yang ia klaim bisa membuat bayi yang lahir kuat dan cerdas.
Anak-anak di desa sering datang berlarian ke rumah Lin Yue, membawa bunga liar dan kerajinan dari daun.
"Bibi Yue, kalau bayinya lahir, bolehkah aku jadi kakaknya?" tanya seorang gadis kecil, dengan matanya yang berbinar.
Lin Yue tertawa kecil, lalu mengelus kepala gadis itu. "Tentu saja. Kalian semua adalah kakak-kakaknya."
Hari-hari berlalu dengan damai dan hangat. Shen Liuhan, meskipun tetap sibuk dengan urusan markas militer, selalu menyempatkan diri pulang lebih awal. Ia membangun ayunan dari kayu di bawah pohon jati, menanam pohon jambu air di sudut halaman, dan dia juga memperbaiki atap rumah agar lebih tahan angin.
"Aku ingin rumah ini sempurna untuk kita bertiga," katanya saat memaku genteng terakhir di atap.
Lin Yue hanya tersenyum. Ia tidak butuh rumah yang sempurna. Kebahagiaan ini saja sudah lebih dari cukup.
Namun tidak setiap malam seindah siang.
Terkadang, saat bulan purnama menggantung di langit dan suara jangkrik menggema dari sawah, Lin Yue terbangun. Keringat membasahi pelipisnya, dan nafasnya memburu. Bayangan pertempuran, darah, dan suara mesin dari masa depan menyelinap dalam mimpinya.
Shen Liuhan selalu terjaga, seolah nalurinya terhubung dengan istrinya.
Ia akan memeluk Lin Yue, membisikkan kata-kata lembut, "Itu hanya masa lalu. Sekarang, kau di sini Bersamaku."
"Kadang aku takut..." bisik Lin Yue. "Takut mereka datang lagi, Takut semua ini...hilang."
Shen Liuhan menatap matanya. "Kalau mereka datang, kita hadapi bersama. Tapi sampai saat itu tiba kita nikmati hidup ini, Yue dengan bahagia."
Lin Yue mengangguk, Walau bekas luka di hatinya belum sepenuhnya hilang, ia tahu satu hal ia tidak lagi sendiri.
Musim terus berganti. Dan akhirnya, di akhir musim gugur, Lin Yue melahirkan seorang bayi laki-laki. Prosesnya berat, menyakitkan, dan menegangkan. Tapi ketika suara tangis bayi pecah di ruangan, semua kesakitan itu lenyap, digantikan oleh air mata bahagia.
Shen Liuhan berada di sisinya sepanjang waktu, menggenggam tangan istrinya erat. Saat Lin Yue menyerahkan bayi kecil itu ke dalam pelukannya, matanya dipenuhi air.
"Terimakasih....terima kasih, Yue," bisiknya dengan suara bergetar.
Lin Yue tersenyum, wajahnya lelah tapi bersinar. Ia menatap anaknya kulitnya merah muda, matanya tertutup rapat, dan jemarinya menggenggam udara.
"Namamu... Shen Yuhan," bisik Lin Yue. "Semoga kau tumbuh dengan hati yang berani dengan kehidupan yang damai."
Anak itu tidak menjawab, hanya menangis keras. Tapi bagi mereka, itu adalah jawaban yang paling sempurna.
Waktu berlalu.
Shen Yuhan tumbuh menjadi anak yang ceria dan cerdas. Rambutnya hitam pekat seperti ayahnya, tapi matanya... mata itu milik Lin Yue. Mata yang bisa menatap dalam dan memahami lebih dari kata-kata.
Lin Yue menjadi seorang ibu yang tegas namun penyayang. Ia mengajarkan Yuhan untuk memegang janji, melindungi orang yang dicintai, dan tidak pernah menggunakan kekuatan untuk menindas.
Kadang, saat Yuhan bertanya tentang masa lalu, Lin Yue hanya berkata, "Ibu pernah hidup dalam bayangan. Tapi cahaya bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari tempat tergelap sekalipun."
Desa Qinghe menjadi saksi perjalanan hidup mereka. Dari pertemuan pertama yang dingin, pernikahan tanpa hati, pertempuran melawan waktu, hingga hadirnya kehidupan baru semua terukir di setiap jalan tanah, ladang gandum, dan pohon-pohon tua yang mereka rawat bersama.
Lin Yue tidak lagi melihat orang-orang dari masa lalunya.
Organisasi waktu tidak lagi memburunya.
Dan ia... tidak lagi hidup dalam ketakutan.
Ia adalah Lin Yue. Seorang wanita dari masa depan yang memilih tinggal di masa lalu. Seorang istri yang mencintai dengan tenang. Seorang ibu yang melindungi dengan hati.
Dan di bawah langit desa yang selalu berubah warna setiap musim, ia menemukan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang tempat, waktu, atau siapa kita dulunya.
Melainkan tentang siapa yang kita pilih untuk menjadi... sekarang