Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 34. Roger Meminta Bantuan Ruby.
Sehari menjelang pernikahan.
Pagi itu, Roger baru pulang ke kediaman keluarga Sanders setelah semalaman suntuk ia berada di perusahaan. Roger harus menghadapi dampak setelah Tuan Herison menarik investasinya secara mendadak.
Namun, ternyata tak cukup hanya di situ, Roger juga harus menghadapi masalah perusahaan yang datang bertubi-tubi. Beberapa perusahaan lain yang terlibat kerja sama dengan perusahaan Sanders tiba-tiba saja menghentikan dan bahkan memutus kerja sama mereka.
Roger tak tahu alasannya apa. Dengan dibantu sekretaris dan beberapa pegawai, ia berusaha melakukan lobby perundingan, tapi hasilnya buntu. Pengusaha lain tak mengatakan alasan mereka, bahkan mereka seperti kompak memilih menerima kerugian karena gagalnya kerja sama, daripada meneruskan proyek bersama perusahaan Sanders.
"Mereka seperti dikendalikan seseorang, Tuan. Atau ada yang mereka takuti dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kita."
Roger masih mengingat ucapan sekretarisnya itu, tapi Roger tidak tahu siapa kira-kira yang sudah melakukannya.
Hingga laporan sang sekretaris selanjutnya membuat ia terkejut.
"Tuan, semua berita tentang pernikahan putri Sanders menghilang dari media."
Roger lekas memeriksa, ia menulusuri semua media, dan masih bisa ia temukan berita tentang pernikahan Ruby yang tetap ada, tapi tidak ada nama keluarga Sanders lagi di sana.
Melihat itu, Roger mulai mengerti, ia merangkai semua dan akhirnya bisa menemukan alasan mengapa perusahaannya kini menghadapi masalah yang begitu besar.
Roger terduduk lemas di sofa ruang tamu, penampilannya sungguhlah kacau, wajahnya lelah serta terdapat lingkaran hitam di matanya karena tidak tidur semalaman.
Shinta yang melihat kedatangan Roger bergegas menghampiri karena ada yang ingin ia katakan pada suaminya itu.
"Dad, kenapa baru pulang?" Shinta duduk di samping suaminya yang menutup mata dengan merebahkan kepala pada sandaran sofa. "Apa ada masalah?" tanya Shinta lagi yang melihat wajah lelah Roger.
Roger tak menjawab, jika Shinta memiliki telinga yang masih berfungsi maka ia akan bisa dengan baik mendegar helaan napas suaminya yang begitu berat. Tapi sepertinya sesuatu sudah membuat Shinta tidak sabaran hingga ia pun mengabaikan keadaan itu.
"Dad, aku ingin bicara tentang Ruby. Dia sudah berani melawan dan mempermalukanku di mall kemarin," adu Shinta pada Roger.
"Aku tidak ingin tahu tentang apa pun sekarang," jawab Roger lemah. Roger sungguh pusing saat ini tentang masalah perusahaan. Tidak ingin mendengar masalah lain yang akan semakin membuat kepalanya berdenyut.
Shinta cukup tercengang akan respon suaminya, ia masih ingin membuka suara, tapi kalah cepat dengan kedatangan Rachel yang juga mendekat pada ayahnya.
"Daddy!" Rachel berlari menuruni anak tangga. "Dad, Ruby benar-benar sudah keterlaluan. Dia bicara kasar padaku di depan banyak orang kemarin. Dia bilang aku iri dan dengki padanya, padahal aku hanya ingin ia tahu tempatnya." Ternyata Rachel juga datang dengan aduan yang sama—tentang sikap Ruby.
"Dia pikir dia lebih baik dari aku, lebih cantik, lebih pintar." Rachel mendengus kasar. Ia masih terlihat marah mengingat sikap berani Ruby saat di kampus. "Dia berhasil membuat aku terlihat buruk di mata semua orang, Dad. Aku ingin dia meminta maaf dan mengakui kesalahannya padaku. Ruby tidak bisa bersikap seenaknya seperti itu padaku!" lanjut Rachel dengan menggebu. Tidak akan puas hati Rachel jika Ruby tidak mendapatkan balasan karena sudah berani mempermalukannya.
"Ruby! Ruby! Ruby!!" ucap Roger dengan suara kerasnya. Ia menegakkan tubuh dan menatap tajam pada Rachel dan Shinta yang tercengang. "Berhenti mengadu tentang Ruby! Kepalaku sakit! Aku sedang pusing! Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang!!"
Karena mumet, juga banyaknya beban pikiran sepertinya membuat Roger benar-benar tertekan. Ia membentak pada Rachel dan Shinta—sikap yang tak pernah Roger lakukan selama ini.
Roger mengacak rambutnya kasar, hembusan napas berat lagi-lagi terdengar. Ia berusaha mengontrol emosi.
"Daddy sudah tidak tahan dengan semua masalah ini," ucapnya dengan nada yang mulai turun—tidak tinggi seperti tadi, tapi raut wajah Roger tetap terlihat marah. "Perusahaan mengalami kerugian besar. Daddy menghadapi semua masalah ini sendirian! Jadi kalian berdua, berhenti menambah beban pikiran Daddy dengan masalah Ruby!"
Shinta dan Rachel jelas terkejut saat Roger membentak mereka. Keduanya saling menatap, tidak mengerti kenapa Roger bisa seperti ini—begitu marah.
"Dad, apa yang salah sebenarnya? Kami hanya mengatakan sikap Ruby. Dia sudah keterlaluan, Dad!" kata Shinta dengan nada yang geram.
Roger mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. "Biarkan Ruby mau melakukan apa, jangan ganggu dia lagi! Daddy butuh bantuan Ruby untuk memperbaiki perusahaan."
Shinta dan Rachel semakin terkejut mendengar ucapan Roger.
"Apa, Dad? Daddy ingin meminta bantuan Ruby?" Shinta bertanya dengan nada tidak percaya.
Roger langsung mengangguk tanpa keraguan. Memang hanya Ruby lah yang saat ini bisa membantu menyelesaikan masalahnya.
"Daddy tidak punya pilihan lain. Daddy butuh Ruby untuk membantu Daddy memperbaiki kondisi perusahaan. Daddy tidak bisa menghadapi kekuasan keluarga Rykhad seorang diri."
Roger langsung beranjak pergi ke kamarnya. Sedari pulang dari perusahaan, Roger sudah memikirkan ini semua. Ia takkan bisa menghadapi kekuasan besar keluarga Rykhad. Jalan satu-satunya adalah meminta bantuan pada Ruby yang kini berstatus sebagai calon menantu dari keluarga konglomerat berkuasa itu.
Shinta dan Rachel hanya bisa terperangah dengan keputusan Roger.
"Mom, Daddy tidak bisa melakukan itu. Harga diri keluarga kita akan hancur jika meminta bantuan pada anak penyakitan itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, Mom," ucap Rachel tidak terima sekaligus tidak percaya jika ayahnya atau bahkan mereka harus meminta bantuan pada Ruby.
*
*
*
"Tuan, perusahaan keluarga Sanders..."
"Laporkan semuanya pada Emer! Kau menggangguku masak, sialan!" Reagan mengumpat ketika menerima telepon dari orang kepercayaannya. Ia tengah sibuk di dapur mewah kediaman keluarga Rykhad seorang diri tanpa ditemani oleh istrinya tercinta.
Emer yang saat itu tengah menuruni anak tangga dan mendengar suara umpatan ayahnya hanya menggeleng. Ia tidak masuk bekerja hari ini karena besok adalah hari pernikahannya.
Sedangkan sang calon istri-Ruby tengah pergi bersama ibunya-Amanda untuk melakukan perawatan diri.
"Hm?" Emer menerima panggilan telepon dari orang kepercayaan ayahnya.
Dengan memasang earphone kecil di telinga yang terhubung langsung ke ponselnya yang tersimpan di saku celana, Emer berjalan mendatangi Reagan dan membantu pekerjaan ayahnya itu.
"Perusahaan keluarga Sanders mengalami krisis, Tuan Muda. Saat ini mereka kesulitan keuangan yang parah dan terancam bangkrut. Semuanya sudah sesuai dengan perintah Tuan Besar sebelumnya."
Emer mengangguk dengan tangan yang mulai sibuk membersihkan berbagai jenis seafod yang akan diolah oleh Reagan.
"Kami menunggu perintah berikutnya, Tuan Muda. Apakah membiarkan perusahaan Sanders failed, atau Anda ingin mengambil alih dengan mengakuisisinya?"
Emer terlihat terdiam sesaat. "Siapa yang memegang kendali perusahaan saat ini?" tanyanya serius.
"Perusahaan sepenuhnya dikendalikan oleh Roger Sanders, Tuan Muda. Kami mendengar bahwa dia semakin kesulitan dan putus asa karena keadaan perusahaan. Besar kemungkinan; Roger akan berusaha meminta bantuan pada Nona Ruby untuk menyelamatkan perusahaannya."
Emer tersenyum sinis mendengar kabar itu.
Meminta bantuan Ruby? Apa Roger berniat membuat calon istrinya memiliki banyak pikiran dengan hal-hal yang tidak penting tentang perusahaannya yang akan bangkrut?
Itu hanya akan membuat calon istrinya lelah. Bagaimana jika nanti Ruby jatuh sakit karena terlalu banyak berpikir? Bisa batal lagi pernikahan mereka! Emer tidak menginginkan hal itu terjadi, enak saja!
"Tuan Muda?" panggil seseorang di seberang sana karena tidak mendengar suara Emer.
"Biarkan ayah mertuaku itu bergerak sesuka hatinya. Kalian cukup pastikan jika dia tidak bisa mendekat dan menemui Rubyku!"
"Baik, Tuan Muda."
Panggilan itu terputus setelah mendapatkan satu perintah jelas dari Emer.
"Kau mengakui pria parasit itu, Son?"
"Yeah, bagaimana lagi. Dia ayah Rubyku, Dad."
"Tapi dia bukan besanku!"
"Hm. Akan lebih menyenangkan jika besok dia datang ke pestaku sebagai tamu, kan? Bukan sebagai besan dari Reagan Slade Rykhad." Emer mengangkat alis pada ayahnya yang langsung tergelak.
"Aku mengizinkan," kata Reagan bersemangat menyambut ide putranya.
Setelahnya kedua pria yang sibuk di dapur itu tertawa. Entah apa yang lucu, yang ada di bayangan mereka.
jd saat tau laki selingkuh gk akn gila tp malah bisa berdiri tegak.
Ruby juga beruntung. Setelah penderitaan yang dia alami selama ini, akhirnya dia dapetin suami, mertua, ipar yang baik ....
Semoga mereka selalu bahagia.
Juga yang jahat-jahat harus mendapatkan karma yang setimapal/Determined//Angry/
Dan satu lagi, jangan lupakan Rexi untuk aku/Slight//Facepalm/
Semangat Kak Di. Semangat untuk nulisnya, sehat-sehat selalu, dan sukses terus untuk ceritanya💪🥰😘😘❤❤❤
Cakra tidak menjaga adiknya dengan baik Mom Safira😭😭😭
ngomen othor tantik aja biar dapet balesan surat cinta/Silent//Silent/