Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Kanza
"Aku kira pelayanku sudah melarangmu masuk?" Daegan menatap pelayan yang hanya bisa menunduk dalam.
"Maafkan saya, Tuan."
"Pergilah!" Deby mendengus, dan melongokan wajahnya kedalam kamar. "Apa maumu sebenarnya?" Daegan menghalangi pandangan Deby.
Daegan melihat Kanza yang bersembunyi di balik gorden terlihat lucu. Gadis itu berusaha bersembunyi padahal kakinya terlihat begitu jelas di bawah gorden.
"Kau menyembunyikan wanita di dalam?" Deby memicingkan matanya.
"Haruskah aku menunjukkan padamu kalau aku bukan pria lemah? Tidak percaya aku hanya tidak bergairah padamu?" Daegan melihat Deby dari atas ke bawah dengan pandangan meremehkan.
"Sial, kau!"
"Berhenti berbasa-basi, Deby. Katakan apa maumu lalu pergi."
"Terakhir kali kau mempermalukan aku di ulang tahun Ayah. Kali ini aku ingin kau menemani aku dengan benar di pernikahan Adrian besok malam."
"Adrian?" Daegan kembali melihat ke dalam saat nama Adrian terdengar, memastikan Kanza tidak mendengar.
"Aku tidak tahu dia akan menikah?"
"Aku baru mendapat undangannya. Dan bagaimana bisa kau tak tahu jika keponakanmu menikah?"
Daegan mengedikkan bahunya acuh. "Begitu mendadak."
"Aku yakin kau tak tahu dengan siapa dia menikah?"
"Untuk apa aku tahu?"
"Bagaimana bisa ada paman brengsek sepertimu. Aku beritahu agar nanti kau tak malu. Dia menikah dengan Olivia Odelia." Daegan menaikan alisnya, bibirnya menyeringai dan kembali menoleh ke dalam kamar.
"Kau terus menoleh ke belakang, kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, bukan? Benar- benar ada jalang di dalam sana?" Daegan menatap Deby dengan datar.
"Sudah selesai bukan? Pergi dan jangan muncul sembarangan di rumahku. Atau aku akan membuatmu semakin malu dengan status istri yang tak dianggap."
"Sialan kau, Daegan!" Tak peduli teriakan Deby, Daegan segera menutup pintu dan menguncinya.
Saat Daegan membuka gorden, Kanza masih tertegun bahkan hampir tak menyadari jika Daegan membuka gorden dan menemukannya. Setelah mendengar nama Adrian dalam percakapan Deby dan Daegan Kanza tak bisa tak terkejut.
Keponakan?
Adrian keponakan Daegan?
Yang membuat Kanza yakin Adrian yang mereka bicarakan adalah Adrian yang dia kenal, karena nama Olivia yang juga Deby sebutkan.
Astaga! Dunia ini sangat sempit.
"Kau benar-benar terbiasa menguping, ya?"
Kanza menghentikan lamunannya, lalu berdecak. "Siapa yang berniat menguping? Kau hanya tak memberiku waktu untuk bersembunyi lebih jauh." Kanza mendorong Daegan menjauh dan berjalan ke arah pintu.
Kanza membuka pintu perlahan, lalu melongokkan kepalanya di pintu. "Apa dia sudah pergi?" Melihat suasana nampak aman, Kanza menghela nafasnya.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Tuan." Baru saja hendak pergi Kanza justru merasakan tangannya tertarik kembali ke dalam.
"Siapa bilang kau sudah boleh pergi?"
"Apa?" Daegan menyeringai dan menggendong Kanza bak karung beras membuat Kanza memekik terkejut.
"Apa yang kau lakukan!" Kanza membelalakan matanya saat Daegan membawanya ke arah kamar mandi.
"Daegan, apa yang kau-" ucapan Kanza terhenti saat dia merasakan air shower mengguyurnya. "Akh!"
"Mandi bersama akan menyenangkan."
....
Kanza merenggangkan ototnya yang terasa nyeri, dan kaku. Dia baru saja tiba di paviliun. Daegan baru melepaskannya setelah mereka selesai mandi. Mandi yang tidak hanya mandi.
Pria itu benar-benar tahu cara memanfaatkan waktu. Benar-benar tak mau merugi.
Saat tiba dia melihat Bill tertidur lelap di ranjangnya sementara Olga, sambil menunggunya merapikan rumah.
"Terimakasih Olga, untuk hari ini tugasmu selesai. Sisanya akan aku kerjakan sendiri." Lagi pula dia juga membutuhkan waktu untuk sendiri.
"Baik, Nona. Saya sudah siapkan makanan di meja," ucap Olga lalu pergi.
"Terimakasih!" Kanza berteriak saat Olga baru mencapai pintu.
Kanza melihat meja makan yang benar-benar terisi beberapa menu. Kebetulan dia memang kelaparan setelah kegiatan melelahkan yang menguras tenaga bersama Daegan tadi.
Kanza mendudukan dirinya di kursi makan. Baru saja akan mengambil makanan ponselnya berdering hingga Kanza meletakkan kembali sendoknya untuk menerima panggilan tersebut.
Kanza tersenyum saat melihat nama Mia disana. "Kau sudah merindukan aku?"
"Omong kosong, aku lebih merindukan Bill dari pada kau sekarang."
"Oh, Astaga kau sudah melupakan aku." Kanza memelas.
"Bagaimana lagi, Bill lebih menggemaskan."
Kanza terkekeh. "Jadi, ada apa? Tidak mungkin kamu menelepon karena benar-benar merindukan aku, kan?"
Terdengar helaan nafas Mia membuat Kanza mendengarkan dengan serius.
"Ada undangan untukmu datang ke rumahku," ucap Mia.
Kanza terdiam. "Dari Adrian?"
"Kau tahu? tepatnya dari Olivia, wanita itu yang memberikannya padaku."
Jadi benar Adrian dan Olivia akan menikah?
"Mungkin dia mengira kau masih disini."
"Kau memberitahu aku sudah pindah?"
"Tentu saja tidak." Kanza menghela nafasnya lega, kalau sampai Olivia tahu dia simpanan seseorang kegilaannya akan semakin menjadi.
"Tadinya aku tidak berniat tidak memberitahumu. Tapi, aku pikir kau harus tahu."
"Ngomong- ngomong dari mana kau tahu?"
Kanza menipiskan bibirnya. "Aku mendengarnya. Dan ternyata benar, Adrian yang dia katakan adalah Adrian yang aku kenal."
"Apa maksudmu?"
"Mia dunia ini sangat sempit. Ternyata Tuan Daegan adalah paman Adrian."
"Apa!" Kanza sampai menjauhkan ponselnya sebab terkejut dengan terikan Mia.
"Kau yakin?"
"Kau pikir dari mana aku tahu?" Kanza mencebik. Dia memilih mengambil sendoknya untuk mulai makan. "Aku dengar Daegan dan istrinya bicara. Dan mereka membawa nama Olivia."
Mia berdecak kesal. "Harus aku akui Olivia sangat lihai. Lihatlah sekarang dia berhasil merebut Adrian."
"Jangan begitu, aku dan Adrian tidak ada hubungan lagi."
"Tetap saja Olivia tidak pantas. Aku rasa Olivia sengaja mengirimimu undangan untuk menujukkan taringnya," ucap Mia dengan kesal.
"Kamu benar. Haruskah aku datang?"
"Kamu tidak penasaran kenapa akhirnya mereka menikah?"
"Mungkin Adrian luluh. Lagi pula ini sudah berakhir lama. Sejak awal dia bahkan tak seperti pria yang mencintaiku. Dia terus membela Olivia dan menyalahkan aku saat kami bertengkar. Aku rasa saat itu sejak awal keputusanku untuk menikahi Adrian adalah kesalahan."
"Ya, harusnya kau lebih menghargai diri sendiri."
"Dan akhirnya aku terjebak dalam lumpur." Kanza mengaduk makanannya dengan hampa.
Andai dulu dia tak menerima lamaran Adrian, mungkin Olivia tidak akan meracuni minumannya, lalu hamil dan terusir. Dan dia tidak akan kesulitan hingga harus menjual dirinya pada Daegan.
"Mungkin. Tapi, kau tahu watak seseorang? Meski itu tidak terjadi Olivia tetap wanita bersifat jahat maka dia akan melakukan hal lainnya."
Kanza menghela nafasnya. "Baiklah, sepertinya aku akan datang," putusnya.
Mia terkekeh. "Perlu gaun? Mau aku temani?"
"Tentu saja, pergi ke pernikahan mantan harus cantik, kan?" Kanza mematikan teleponnya, lalu memulai makannya.
Saat memasuki kamar Kanza menemukan Bill terbangun, "Hai, Mama meninggalkanmu terlalu lama?" Kanza terkekeh. "Kamu bahkan tidak menangis, kau tidak merindukan Mama?" Kanza membawa Bill keluar dari kamar lalu duduk di sofa ruang tamu.
Kanza terus berceloteh bercerita apa saja pada Bill meski sudah jelas bayi itu tidak akan mengerti.
Dengan mulut yang penuh dan menikmati asinya, Bill menatap Kanza dengan berkedip pelan seolah dia benar-benar mengerti ucapan Ibunya. Jari- jari mungilnya menggenggam tangan Kanza membuat perasaan hangat meliputi hatinya.
Meski banyak penyesalan dalam hidupnya, termasuk masuk dalam jebakan Olivia. Tapi dia tak menyesal memiliki Bill. Anaknya yang akan menjadi penerang hidupnya yang gelap.
.....
tinggalkan mereka, jangan mau status mu hanya simpanan bayaran daegan,dia masihlah lelaki beristri.siapa tau istrinya berbuat nekad padamu dan bill.
Adrian pula, tinggal kan dia dengan segunung penyesalan karena kebodohannya.
jadi pel*cur bayaran daegan untuk kesembuhan anak kandung daegan sendiri . kalau sama2 tidak tau ,hal itu sih lumrah aja , tapi ini sama2 sudah tau, rasanya itu aneh gitu . apa daegan menikmati kegiatan itu, kegiatan dimana kanza membayar dengan tubuhnya untuk nyawa putra kandungnya sendiri.jika begitu, daegan memang tidak berhak atas bill.