Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh
Riri yang masih duduk diatas tikar masih tampak bingung dengan apa yang baru saja diperintahkan oleh pria tua itu.
"Cepatlah, mengapa kau hanya terbengong disitu!" Hardiknya dengan suara yang terdengar parau dan berat. Tentu saja hal itu membuat Riri tersentak kaget dan beranjak dari tempatnya.
Wanita itu berjalan, menuju bilik yang menjadi kamar bagi Mbah Jati.
Ruangan itu tampak kumuh, dan banyak kain berserakan. Aroma apek menguar dengan cepat, seolah tidak ada ventilasi udara yang dapat mengganti udara tersebut.
Riri melepaskan pakaiannya, lalu menghantinya dengan kain jarik yang tampak basah. Ia mengendus aroma asam yang berasal dari ketty, dan sepertinya baru saja digunakan oleh wanita sebelumnya.
Ia merasa mual, dan ingin muntah, namun panggilan Mbah Jati memaksanya untuk segera keluar dar8 kamar.
Ia melilitkan kain jarik tersebut ditubuhnya, dan membuat Mbah Jati tampak panas dingin dengan apa yang dihadapannya.
"Berbaringlah, dan pejamkan matamu." pria itu menunjuk kearah tikar anyaman pandan yang sudah sangat kucel dan berpasir karena tidak disapu.
Riri hanya mengangguk patuh, lalu membaringkan tubuhnya diatas tikar tersebut, dan perlahan memejamkan kedua matanya.
Mbah Jati beranjak dari duduknya. Ia membawa anglo yang tampak mengepulkan asap dengan aroma kemenyan yang begitu menyengat.
Pria itu berjongkok. Kosongkan fikiranmu." titahnya, lalu mengasapi tubuh Riri dengan asap kemenyan tersebut dari ujung kepala hingga ujung kaki sembari membaca mantra yang tidak terdengar meskipun berusaha untuk menajamkan indera pendengaran.
Riri mulai mengikuti perintah yang diucapkan oleh Mbah Jati. Perlahan ia merasakan hembusan angin yang datang dari arah timur, dan semakin lama, suara deru angin tersebut semakin kencang dan bagaikan angin puting beliung yang siap menerbangkan apapun.
Wuuuuusssh
Angin itu seolah berhenti disisi kanan Riri. Lalu ia merasakan dengusan nafas yang terasa berat, dan berbau khas seperti prengus.
Sesaat ia merasakan jemari tangan yang berukuran besar menarik kain jarik yang dikenakannya, lalu melepaskannya begitu saja.
Tiba-tiba saja tubuh yang tak terlihat karena ia tak bisa membuka matanya, sudah naik keatasnya.
Perlahan sosok itu mendekatkan bibirnya ke mulut Riri. Seketika wanita itu merasakan sesuatu yang sangat berbeda, dan mirip hewan mamalia. Jantungnya berdegub kencang saat sosok itu menjamah tubuh polosnya.
Tubuh tegap dan berotot, namun memiliki kepala berupa lembu yang memiliki dua tanduk sedang menggarapnya, dan membuat wanita itu antara menolak dan menikmatinya.
*****
Riri sudah selesai dengan ritualnya. Mbah Jati juga sudah mendapatkan giliran yang sama seperti Iblis yang sudah merasakan tubuhnya disaat wanita itu masih dalam pengaruh guna-guna.
"Terimakasih atas semuanya, Mbah. Bayarannya sudah saya siapkan." ia menyodorkan amplop berisi lembaran uang seratusan ribu dalam jumlah yang cukup banyak.
Mbah Jati meraih amplop berwarna coklat muda itu, lalu membuka tutupnya, dan menghitung jumlah yang telah disepakati.
"Baiklah, jumlahnya sudah pas. Dan lihat saja esok bagaimana ekspresi senang. "Reaksi sihirnya akan bertambah sepuluh kali lipat dari sebelumnya," ujar Mbah Jati meyakinkan keampuhan dari ilmu sihir yang dikirimkannya.
"Awas saja jika tidak bereaksi!" ancam Riri dengan nada penekanan.
Mbah Jati hanya tersenyum datar, dan terlihat bibirnya seolah sedang mencebik.
Riri berpamitan pada pria sepuh itu, dan meninggalkan gubuk yang menjadi saksi betapa nistanya dirinya.
*****
Malam sudah sangat larut. Namun Arka tak pulang ke rumah. Ia memilih untuk menginap disebuah hotel yang sesikit berharga murah, sebab ia tak ingin pulang ke rumah, karena jika tiba dirumah ia merasa sangat benci pada wanita itu, bahkan pernah terlintas dibenaknya untuk membunuh sang istri karena terlihat sangat menjengkelkan.
Bahkan mendengar suara wanita itu saja ia sudah sangat emosi dan tidak terkendali. Untuk menghindari hal tersebut, ia memilih menginap dihotel, dan kemungkinan akan mencari rumah kontrakan.
Pria iru baru saja merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia sangat lelah setelah seharian bekerja, dan ingin beritirahat.
Akan tetapi, setiap kali ia ingin terlelap, ia kembali tersentak kaget, seolah-olah ada yang sedang menyentuhnya, sehingga membuatnya terjaga.
Ia membuka matanya. Namun tidak menemukan sesiapapun, semua hanya ada keheningan.
Ia kembali mencoba memejamkan kedua matanya. Namun lagi-lagi ia merasakan ada tangan keriput yang menyentuh wajahnya.
"Hah!" ia kembali tersentak kaget, dan hal itu terua berulang, sehingga membuat Arka tak dapat tidur.
Sementara iru, Gita juga mengalami gangguan tidur yang sama. Namun kali ini ia merasa curiga dengan Arka yang tidak pulang ke rumah.
Kecurigaannya kembali kuat saat menerima sebuah pesan gambar yang mana Arka sedang menahan tubuh seorang wanita cantik yang hampir jatuh diparkiran.
Meskipun ia baru saja melihat foto wanita itu, ia tahu jika wanita tersebut sangat cantik, dam pastinya, pria manapun akan tergila-gila padanya.
Ditambah lagi ia mendapatkan pesan beruntun, jika Arka menginap disebuah hotel, dan tentu saja ia menduga benar pria itu berselingkuh darinya.
"Sudah ku duga, Mas. Kamu ternyata selingkuh, dan pastinya kamu akan mencari cara agar kita berpisah, dengan alasan aku buruk rupa. Emang mata kamu itu sudah katarak!" omelnya dengan nada yang kesal.
Gita kembali menangis. Ia meraskan sesak dibagian dadanya, dan hatinya terlihat sangat sedih, disertai rasa sakit tak berdarah, namun hal itu membuatnya untuk tetap bertahan, meski pria itu kerap kali menyiksanya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja tangisannya terhenti, ia melihat ada yang tak biasa dari suasana malam yang semakin larut.
Hembusan angin yang terasa sangat kencang membut gorden jendela kamarnya ikut berkibar.
Saat bersamaan, ia melihat satu kepulan asap hitam yang menerobos masuk melalui ventilasi udara yang menjadi satu-satunya jalan untuk ia dapat tiba disalam.kamar tersebut.
Gita terperanjat melihat kejadian tersebut. Wajahnya memucat dengan tubuh yang mulai tremor.
Kepulan asap hitam.itu membentuk satu tubuh kekar, namun memiliki perwujudan kepala dan berubah seolah menjadi nyata dan menatapnya dengan senyum seringai.
Gita merasakan deguban jantungannnya yang terus berdetak kencang.
Gita beranjak dari ranjangnya, lalu bergerak untuk menghindari Iblis berkepala lembu tersebut.
Ia berjalan mundur, dan terus menatap ke arah Siluman yang berjakan perlahan menghampirinya.
"Pergi, pergi, pergi!" hardik Gita dengan rasa takut yang tak dapat ia gambarkan sebelumnya.
Bukannya pergi, justru sosok itu semakin mendekati Gita dengan wajah penuh gairah.
Wanita itu terus berjalan mundur, dan ia berlari menuju pintu, lalu keluar dari kamar.
Setibanya diruang tengah, ia merasakan jika ada sekelebatan bayangan yang melintas dari arah belakangnya.
Ketika ia menolehnya, tidak ada sesiapapun. Namun kelebatan bayangan itu kembali muncul tang seolah sedang mempermainkannya.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔