Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan Dosen
Pada pukul satu siang, ada gerombolan tamu penting yang memesan lounge untuk makan siang. Salah satu dari orang-orang itu merupakan seorang dosen pria yang dulu pernah mendidik Ranti. Namun, Ranti tidak menyukai dosen tersebut karena sikapnya yang genit.
Pria berkepala plontos itu bernama Aldi, usianya sama dengan mendiang ayah Ranti dan dia juga merupakan teman seangkatan Enggar di dunia pendidikan. Pria itu kerap menggunakan alasan pertemanannya dengan Enggar untuk mencoba akrab dengan Ranti. Namun, gayanya yang genit itu sangat membuat Ranti risih, bahkan Aldi pernah mempersulit nilai Ranti di mata kuliahnya dan mengatakan bahwa Ranti kurang fokus sehingga nilainya turun drastis. Tanpa malu Aldi mengajak Ranti untuk makan siang berdua di sebuah restoran jika Ranti ingin mendapat nilai tambahan. Tentu saja Ranti menolaknya, sebab dia merasa sudah belajar dengan sungguh-sungguh dan juga mengisi jawaban pada soal ujian dengan benar. Karena terus dipersulit oleh Aldi, Ranti pun mengadukannya pada Rektor, sehingga Aldi mendapatkan teguran keras. Sejak saat itu Aldi menyimpan dendam pada Ranti.
Dan pertemuan mereka hari ini menjadi kejutan bagi keduanya. Pada saat itu, Ranti sudah berdiri menyambut kedatangan tamu-tamu tersebut di pintu masuk lounge bersama dengan Tisya. Ketika melihat wajah menyebalkan itu, Ranti langsung mengepalkan tinjunya. Sedangkan Aldi, tak mampu menyembunyikan raut wajah terkejutnya, berbeda dengan Ranti, mata pria tambun itu malah bersinar dan senyuman licik tersungging menghiasi wajahnya.
Beberapa karyawan langsung menuntun para tamu menuju meja yang telah dipersiapkan untuk mereka. Ketika itu pandangan Aldi tak pernah luput dari posisi Ranti berdiri.
Tisya yang juga berdiri di sebelah Ranti sejak tadi memperhatikan pria tambun itu dan menjadi penasaran. “Ran, kamu kenal orang itu?” tanyanya dengan berbisik, sambil menyenggol lengan Ranti.
Ranti balas berbisik di telinga Tisya, “Dia mantan dosenku,” jawabnya.
Mendengar nada ketus Ranti, Tisya tahu kalau temannya itu tidak menyukai dosen tersebut. Apalagi di saat Ranti harus mulai bersiap menjamu mereka, helaan napas panjang terdengar di telinga Tisya.
Ranti mulai bersikap ramah dan menerangkan tentang menu andalan hotel mereka, dia juga menghidangkan sejumlah cocktail gratis sesuai dengan jumlah tamu. Segera ucapan terima kasih dan pujian atas minuman tersebut terdengar dari mulut mereka, termasuk Aldi yang tak hanya memuji minumannya tetapi juga Ranti.
“Wah, ini Ranti, kan?” kata Aldi. Mau tak mau Ranti terpaksa tersenyum dan mengangguk hormat.
Di sudut ruangan, Tisya tampak mengulum senyum, dia tahu bagaimana Ranti yang paling tidak bisa berpura-pura baik di depan orang yang tidak disuka. Dan ekspresi senyum yang dibuat-buat oleh Ranti itu tampak lucu.
Seperti yang dikatakan oleh Ranti, bahwa Aldi memanglah genit, begitu melihat Ranti mendekat, dia langsung menatap gadis itu dari atas hingga ke bawah.
Pakaian kerja Ranti berupa kemeja yang dimasukkan ke dalam rok span selutut itu membuat Aldi meneguk liurnya. Apalagi dengan mengenakan kacamata di hidung mancungnya, sebagian besar lelaki akan mudah terpancing libidonya pada penampilan gadis seperti itu.
“Pak Aldi kenal sama Mbak ini? Wah Pak Aldi sering beruntung, ya!” kata salah seorang teman Aldi. Yang lainnya juga turut memandangi Ranti dengan decak kagum.
Kulit tubuh Ranti yang putih mulus, bentuk tubuh yang molek dan berisi pada tempat-tempat pribadinya, juga wajahnya yang cantik alami tanpa polesan make-up. Siapa saja akan langsung terpesona padanya, apalagi seekor buaya darat seperti Aldi.
“Ah, Ranti ini salah satu murid saya di kampus. Dia anak dari salah satu dosen kami juga, Pak Enggar, tapi beliau sudah meninggal, sudah lama sekali. Jadi Ranti ini sudah saya anggap seperti putri sendiri, benar Ranti?” Aldi bangkit dari duduknya, lalu melangkah mendekati Ranti yang berdiri di ujung meja, berusaha merangkulnya.
Ranti yang tak menyangka bahwa Aldi begitu berani bertindak kurang ajar di depan banyak orang, berusaha untuk menghindar. Dia bergeser ke samping tepat pada saat Aldi membentangkan kedua tangan dan berusaha meraih bahunya.
“Maaf Pak Aldi, saya sedang bekerja di sini,” ucap Ranti, suaranya tegas tetapi juga masih sopan.
Aldi terkekeh, diikuti oleh teman-teman satu mejanya. “Ranti sekarang sudah dewasa, jadi sudah tidak mau lagi dipeluk-peluk saya, kalau dulu dia manja sekali. Waktu masih kuliah suka nempel terus sama saya.”
Mendengar itu kedua tangan Ranti mengepal, tetapi raut wajahnya berusaha untuk menahan senyuman. “Dasar pembohong!” umpatnya dalam hati.
“Brengsek juga si cabul ini,” Tisya ikut memaki Aldi dengan berbisik.
Kemudian Aldi mencondongkan tubuhnya, berbisik di telinga Ranti. “Ranti, kamu ini makin besar saja, ya. Masalah yang dulu sudah saya lupakan, kamu tidak usah sungkan sama saya. Saya paham kalau kamu dan ibumu hidup susah sekarang ini, temui saya nanti saya pasti bantu kamu, kok. Ini juga merupakan amanat dari ayahmu, lho.”
Setelah berkata seperti itu Aldi berbalik dan kembali ke tempat duduknya, akan tetapi sebelumnya dia juga sempat berbisik lagi, “Saya sudah pesan kamar buat istirahat, kamar 315. Kamu tidak perlu kerja lagi, Ran. Cukup kerja sama saya saja.”
“Bajingan!”
Rasanya Ranti ingin sekali memuntahkan kata makian itu sekeras mungkin pada Aldi, sayangnya pada saat itu hanya bisa dia ucapkan di dalam hati saja.
Setelah cukup berbasa-basinya, Ranti mulai menyingkir, menyerahkan tugas kepada para pelayan kemudian kembali mendekati Tisya. Wajah kesalnya masih tercetak jelas.
“Apa si botak itu memang sering begitu ke kamu, Ran?” bisik Tisya.
Ranti mengangguk lalu menjawab, “Dia itu mesum, sampai sekarang nggak punya istri padahal sudah bangkotan. Dia sudah sering mau lecehkan aku waktu dulu, parahnya lagi dia pernah bikin nilaiku anjlok waktu aku nolak ikut dia pergi liburan padahal katanya udah beliin tiket buat aku.”
“Dih, gila juga tuh botak,” bisik Tisya. Kemudian sebuah senyuman muncul di bibirnya.
“Aku punya ide,” bisiknya lagi.
Ranti menengok, lalu bertanya, “Ide apa?”
Tisya mendekatkan bibirnya ke telinga Ranti. “Buatkan satu minuman spesial buat dia, tapi bawa ke aku dulu.”
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya