Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Mantan
*****
Alya dan Devan masuk ke ballroom hotel. Sontak kehadiran pasangan pengantin baru itu mencuri perhatian orang lain.
Devan menatap para pria yang menatap memuja pada Alya. Membuat Devan memberikan tatapan tajam nya. Hingga tanpa aba - aba Devan melepaskan genggaman tangan Alya, membuat Alya sedikit terkejut.
" Kenapa dia melepas nya? Apa dia malu berjalan bersama ku?" Bathin Alya sambil menatap genggaman tangan yang telah di lepas Devan.
Namun, tanpa di duga, Devan justru melingkarkan lengan nya di pinggang Alya dan membuat detak jantung Alya seketika menggila.
" Mas ..." Ucap Alya.
" Aku tidak suka dengan tatapan para laki - laki yang ada di acara ini. Mereka menatap mu dengan tatapan memuja. Jadi, mereka harus tahu kalau kamu itu milik ku." Bisik Devan dengan nada suara rendah.
Alya menjadi tidak mengerti. Dia menatap Devan penuh tanya. Namun, tidak menemukan jawaban apa pun.
" Setelah bertemu teman ku, kita pulang saja ya mas."
" Devan."
Seseorang menepuk punggung Devan. Teman nya saat kuliah.
" Ngapain lo? Gue nggak tahu kalau Lo kenal sama yang nikah." Ucap teman Devan.
" Gue sih nggak kenal sama yang nikah. Tapi gue lagi nemenin istri gue. Istri gue teman nya pengantin." Jawab Devan yang masih memeluk pinggang Alya.
" Istri? Lo udah nikah?"
Teman Devan terlihat kaget saat Devan mengatakan soal istri di depan nya.
Devan hanya mengangguk pelan sambil tersenyum senang.
" Selamat ya bro. Kapan lo nikah nya? Kok gue nggak dengar kabar nya ya? Mana istri Lo cantik banget lagi." Kata teman Devan menatap Alya penuh minat.
Mendapat tatapan seperti itu, Alya hanya mengangguk dengan senyum yang kaku.
" Baru juga satu bulan. Memang gue nggak buat acara besar kok. Hanya acara keluarga saja. Lo undangan kesini?" Tanya Devan.
" Itu yang cowok, sepupu gue. Eh, ngobrol - ngobrol dulu lah yuk sama yang lain. Reuni kecil - kecilan anak BEM. Boleh ya, neng geulis suami nya nongkrong sebentar dengan kita - kita?" Pria itu seolah meminta izin dari Alya.
" Boleh Al?" Tanya Devan menatap Alya.
Alya akhir nya mengangguk.
" Tapi kita ke panggung dulu memberi selamat ya, mas." Kata Alya.
" Gue kesana dulu ya bro. Nanti gue nyusul sama istri gue. Nggak bisa lama - lama tapi." Ucap Devan terkekeh.
" Yeee... Dasar pengantin baru."
Devan dan Alya pun beranjak dari sana meninggalkan teman nya itu. Keduanya berjalan dengan pelan menuju panggung pengantin.
" Jika kamu tidak nyaman dengan teman - teman ku, nanti aku akan memberi salam pada mereka saja dan langsung pulang." Ucap Devan.
" Tidak kok mas. Tidak apa-apa jika Mas mau ngobrol dengan mereka sebentar." Jawab Alya.
*
*
*
Telah bersalaman dengan pengantin, Alya berbasa-basi sejenak dengan temannya itu. Mata Alya juga berpendar mencari teman - teman kuliah nya yang lain.
Namun, tatapannya justru bertemu dengan Langit yang juga menatapnya dari kejauhan. Di samping nya ada wanita yang juga menatap Alya dengan tajam. Wanita yang tengah mengandung anak mereka.
Setelah berbasa-basi dengan teman nya, Alya pun kembali menghampiri Devan.
" Mau makan apa?" Tanya Devan pada Alya ketika mereka berada pada stand makanan yang telah di sediakan.
" Mas mau makan apa?" Tanya Alya balik bertanya.
Mendengar pertanyaan istrinya itu membuat Devan terkekeh. Wanita ini memang selalu mendahulukan keinginannya atau hanya sudah kebiasaannya?
" Apa saja yang kamu makan." Jawab Devan.
" Sate mau?" Tanya Alya.
Devan mengganggu lalu menarik tangan Alya menuju stand sate.
" Mana mantan kekasih kamu?" Tanya Devan sengaja menggoda istri nya itu.
Alya hanya mendecak malas.
" Aku pasti lebih tampan dan lebih mapan kan darinya?" Ucap Devan lagi mengeringkan mata nya pada Alya.
Alya pun tertawa ketika melihat Devan selalu bisa menaik turunkan mood-nya.
" Hemm..."
Setelah mengambil sate, keduanya lalu duduk di kursi yang telah di sediakan.
" Aku ke toilet sebentar ya Mas."
Devan hanya mengangguk.
Alya merasakan tatapan tajam itu sejak masuk ke ballroom hotel. Membuat perut nya mulas. Tatapan Langit yang begitu lekat dan tajam mengikuti setiap langkah nya.
Begitupun dengan tatapan dari istri pria itu yang seolah siap mengulitinya hidup - hidup karena kecemburuan.
Dan benar saja, saat Alya masuk ke dalam toilet Bibah juga mengikutinya. Bibah bahkan menggebrak pintu toilet yang saat itu memang sepi dan menatap Alya dengan nyalang.
" Kamu sengaja mau cari masalah dengan ku?" Tanya Bibah dengan emosi.
" Aku tidak memiliki masalah dengan mu, Bibah. Yang harus kamu jaga adalah mata suami kamu itu." Jawab Alya menatap Bibah melalui cermin.
Kehamilan Bibah terlihat membuatnya semakin kesusahan, karena perutnya sudah membuncit. Dan Alya pikir mungkin usia kandungannya sudah di atas 6 bulan.
Sebenarnya Alya malas berdebat. Hubungannya dengan Langit telah berakhir dan dia malas harus kembali terseret - seret oleh mereka.
" Apa sebenarnya yang kamu inginkan Alya? Apa kamu masih berharap akan kembali dengan Langit?"
" Jangankan berharap, bermimpi saja aku sudah tidak sudi." Jawab Alya tersenyum sinis.
" Lalu kenapa Langit menatap mu seperti itu tadi? Atau jangan - jangan kamu dan Langit sudah janjian akan bertemu di sini ya?" Tuduh Bibah semakin emosi.
Alya tersenyum lucu pada Bibah.
" Kamu sebenarnya mikir apa sih Bibah? Kalau aku tahu ada Langit di sini aku juga nggak akan sudi datang ke sini. Asal kamu tahu ya, kalau bukan karena teman kuliah yang menikah aku tidak akan datang hari ini. Lagi pula aku datang dengan suami ku. Suami ku jauh lebih tampan dari Langit. Jadi aku rasa, aku tidak perlu ada janji dengan Langit untuk bertemu di tempat ini." Jawab Alya dengan santai nya.
" Apa yang kamu lakukan pada suami ku? Dia tidak pernah melupakan mu, bahkan setiap kami berhubungan badan, dia selalu memanggil nama kamu saat mencapai puncak. Dia selalu berfantasi jika sedang berhubungan badan dengan kamu. Aku yang membuat nya sampai puncak, namun dia berteriak memanggil nama kamu saat mencapai kepuasan itu." Bibah berteriak frustasi dengan air mata yang berlinang.
Bahkan tubuh Alya hampir limbung mendengar kenyataan itu.
" Kamu bilang apa?" Tanya Alya memastikan.
Alya seolah ingin meyakinkan diri nya sendiri. Itu sangat menyesakkan untuk Bibah dan dia sangat jijik jika di jadikan objek fantasi seks oleh Langit.
" Dia tidak mencintai ku, Alya. Dia tidak pernah mencintaiku. Aku hanya jadi pemuas nafsu nya. Aku hanya di jadikan objek untuk memuaskan nafsu nya yang berdurasi jika aku adalah kamu. Katakan pada ku wanita mana yang tidak hancur ,Alya? Katakan."
Bibah kini bersimpuh di lantai kamar mandi. Alya pun tidak tahu harus berbuat apa.
Dulu dia sangat membenci Bibah karena sudah merusak hubungan nya dengan Langit.
Namun kini keadaan dan bagaimana wanita itu mengabarkan cacat nya pernikahan mereka yang tersisa adalah rasa iba dan prihatin.
belum nemu kemistrinya Thor🙏