NovelToon NovelToon
Istri Bayangan

Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Nindya adalah wanita empatik dan gigih yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Kehidupannya yang sederhana berubah ketika ia bertemu Andrew, pria karismatik, mapan, dan penuh rahasia. Dari luar, Andrew tampak sempurna, namun di balik pesonanya tersimpan kebohongan dan janji palsu yang bertahan bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan, Nindya percaya ia adalah satu-satunya dalam hidup Andrew, hingga kenyataan pahit terungkap. Andrew tetap terhubung dengan Michelle, wanita yang telah hadir lebih dulu dalam hidupnya, serta anak mereka yang lahir sebelum Andrew bertemu Nindya.

Terjebak dalam kebohongan dan manipulasi Andrew, Nindya harus menghadapi keputusan tersulit dalam hidupnya: menerima kenyataan atau melepaskan cinta yang selama ini dianggap nyata. “Istri Bayangan” adalah kisah nyata tentang pengkhianatan, cinta, dan keberanian untuk bangkit dari kepalsuan yang terselubung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab19

Andrew menatap cangkir kopi yang sudah dingin di hadapannya. Kata-kata Nindya barusan menghantam telak sisi hatinya.

Ia mengangkat pandangan, menatap wajah Nindya yang begitu serius. Wanita itu tidak sedang main-main.

“Menikah maksudmu?” suara Andrew terdengar pelan,

“Ya?” potong Nindya, nadanya dingin.

“Semua wanita pasti punya impian kearah itu, saat menjalin suatu hubungan.” lanjut Nindya

Andrew terdiam sesaat, lalu menarik napas panjang.

“Beri aku waktu sedikit lagi, aku menginginkan hal itu, tapi tidak secepat ini Nind."

Nindya menunduk, mengaduk capucinonya yang sudah setengah habis.

“Berapa lama?, aku tidak bisa menunggu terlalu lama Ndrew.”

Keheningan menekan di antara mereka. Suara musik lembut dari pengeras suara kafe tak mampu menutupi rasa sesak yang muncul. Andrew meraih tangan Nindya di atas meja, tapi Nindya menepisnya halus.

“Aku mengerti.. tidak lama sedikit lagi. ”Sahut Andrew meminta pengertian Nindya.

Andrew menegakkan tubuhnya.

“Tolong bersabar, aku pasti menepati janjiku."

Nindya memandangi Andrew dalam diam. Hatinya ingin percaya, tapi kata-kata itu terdengar seperti alasan yang sudah terlalu sering ia dengar.

Ia menyesap sisa capucinonya lalu menatap keluar jendela kafe. Sementara Andrew di landai badai yang luar biasa dadanya sesak. Ia tahu, janji yang ia ucapkan ibarat bom waktu.

“Baiklah , aku akan lihat sejauh apa kamu bisa menepati janjimu."

Malam itu mereka berpisah dalam diam .

setibanya di apartement Andrew duduk sendirian di balkon kamarnya, Lampu-lampu kota berkelip di kejauhan, tapi hatinya gelap gulita. Pertanyaan Nindya di kafe terus terngiang, seolah menjadi gema yang tak mau berhenti.

Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Dalam pikirannya, dua dunia saling bertabrakan. Di satu sisi, ada Michelle dengan janji yang pernah ia ucapkan bertahun-tahun lalu, janji yang keluarganya pun tahu dan mendukung.

Michelle sebentar lagi akan melahirkan anak kedua mereka. Bagaimana mungkin ia mengabaikan itu?.

Tapi di sisi lain, ada Nindya. Wanita yang membuatnya merasa bernapas kembali, yang menghadirkan kehangatan tanpa syarat.

Andrew tak bisa membohongi dirinya sendiri: ia jatuh hati pada Nindya, lebih dalam dari yang ia bayangkan.

Ia menyalakan sebatang rokok, mengisapnya dalam-dalam, lalu menghembuskan asap ke udara malam.

“Aku tidak bisa terus begini,” gumamnya.

Keputusannya datang seperti badai riskan, gegabah, tapi terasa satu-satunya jalan keluar.

Ia langsung berdiri, berjalan mondar-mandir di ruang tamu, berusaha mengusir ide itu. Tetapi semakin keras ia menepis, semakin kuat bayangan Nindya menancap.

 Ia tahu, jika ia memilih jalan itu, ia akan menentang keluarganya sendiri. itu berarti ia mengkhianati janji-janjinya pada Michelle. Tapi hati kecilnya berbisik hanya itu cara agar ia bisa mempertahankan Nindya.

Andrew menatap pantulan dirinya di kaca jendela, wajah letih dengan mata yang sayu. Untuk pertama kalinya ia merasa kecil, rapuh, dan bingung. Ia menarik napas panjang lalu bergumam lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri.

“Apa aku sanggup meninggalkan semua... demi dia?”

Ia memutuskan akan menikahi Nindya. Sekalipun ia tahu langkah itu nantinya akan jadi bumerang, sekalipun ia sadar kebohongan ini akan menyeretnya ke jurang yang lebih dalam suatu hari nanti.

Andrew menegakkan tubuhnya, menatap lurus ke depan.

“Life is a choice." Gumamnya.

Beberapa hari berlalu sejak percakapannya dengan Nindya di kafe. Meski ia tetap bekerja, menghadiri rapat, dan memberi arahan seperti biasa, Andrew merasa pikirannya tidak pernah benar-benar ada di ruangan itu wajah Nindya terus hadir.

Suatu sore, Andrew berdiri di jendela kantornya. Dari lantai atas, ia memandang laut Batam yang berkilau diterpa matahari senja.

Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa kata-kata itu begitu sulit dilepaskan? Ia sudah sering menghadapi tekanan dalam bisnis, konflik rumah tangga, bahkan persaingan di kantor. Tapi kali ini berbeda. Ini bukan hanya soal perasaan, melainkan soal jalan hidup.

Diam-diam, Andrew mulai memperhatikan kebiasaan kecil Nindya di kantor. Bagaimana ia tak pernah melewatkan waktu untuk berdoa. Bagaimana ia menolak ajakan makan di restoran tertentu dengan sopan tapi tegas, bagaimana ia selalu menyebut nama Tuhannya dalam ucapan syukur. Bagi Andrew, ada sesuatu yang asing sekaligus menenangkan dari sikap itu.

Satu malam, setelah semua orang pulang, Andrew masih duduk di ruang kerjanya. Ia membuka laptop, mengetik beberapa kata kunci sederhana tentang keyakinan yang dianut Nindya.

Ia tidak tahu harus mulai dari mana, tapi rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa malunya.

Dari membaca artikel-artikel singkat itu, ia tak langsung paham, tapi ia merasakan ada sesuatu yang berbeda—seolah sedang mengintip dunia yang selama ini jauh dari dirinya.

Ia menutup laptop, lalu berbisik pelan,

“Sepertinya kau harus memulai dari sini, untuk menjembatani perbedaan aku dan dia."

Kalimat itu tak pernah selesai. Ia sendiri tidak yakin ingin mendengarnya utuh. Yang jelas, malam itu Andrew tahu untuk pertama kalinya dalam hidup, ia mulai mempertimbangkan hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Beberapa hari setelah ia larut dalam pencarian diam-diam lewat layar laptopnya, Andrew memberanikan diri melangkah lebih jauh.

 Siang itu, di sela jam makan, ia menghampiri Johan, salah satu staf senior di kantornya. Andrew tahu Johan cukup dekat dengan Nindya dan, yang lebih penting, menganut keyakinan yang sama.

“Johan, kamu sibuk?” Andrew membuka percakapan dengan nada ringan, berusaha menutupi kegugupannya.

“Tidak juga, ada yang bisa saya bantu?” tanya Johan, jarang sekali Andrew mengajaknya bicara di luar urusan kerja.

Andrew menunggu sejenak sebelum akhirnya berkata,

“Saya… penasaran soal tentang satu hal, yaitu keyakinanmu yang kamu anut, kamu berdoa lima kali sehari?.”

Johan spontan terdiam matanya membulat sedikit, jelas terkejut dengan arah pembicaraan ini.

“Andrew… maksudmu Sholat? Kalau boleh tahu, kenapa kamu menanyakan itu?.”

Andrew menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas. Tatapannya tidak menantang, tapi juga tidak ingin tampak rapuh.

“Iya betul… saya hanya ingin belajar tidak lebih.”

Johan masih bingung, tapi dari raut wajah Andrew ia bisa membaca keseriusan yang jarang muncul. Bukan gaya basa-basi, bukan sekadar keingintahuan semata.

“Sebenarnya bukan hanya lima waktu tapi lebih dari itu , yang lima itu yang wajib."Terang Johan.

"Selain yang lima ada lagi?".Timpal Andrew dengan nada ingin tahu yang besar.

"Betul.. Kalau yang lima itu sholat wajib sedangkan diluar yang lima ,di sebut dengan sholat sunnah." Jawab Johan tanpa bermaksud menggurui.

Andrew mengangguk pelan.

“Terima kasih, Jo.” Ucap Andrew

Percakapan berhenti di situ.Johan meninggalkan ruangan dengan wajah penuh tanya, sementara Andrew duduk sendiri, termenung di ruang kerjanya.

Untuk pertama kalinya, ia mengucapkan pertanyaan itu dengan suara keras, meski disamarkan. Dan rasanya… langkah itu sudah mengubah banyak hal dalam dirinya

1
Uthie
Andrew niiii belum berterus terang dan Jujur apa adanya soal mualaf nya dia sama Ustadz nya 😤
Uthie
Hmmmm.... tapi bagaimana dengan ujian ke depan dari keluarga, dan juga wanita yg telah di hamilinya untuk kali ke dua itu?!??? 🤨
Uthie
semoga bukan janji dan tipuan sementara untuk Nindya 👍🏻
Uthie: Yaaa... Sad Ending yaa 😢
total 2 replies
partini
ini kisah nyata thor
partini: wow nyesek sekali
total 3 replies
Uthie
harus berani ambil langkah 👍🏻
Uthie
Awal mampir langsung Sukkkaaa Ceritanya 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Uthie
apakah Andrew sudah memiliki Istri?!???
Uthie: 😲😲😦😦😦
total 2 replies
Uthie
Seruuuu sekali ceritanya Thor 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
sukensri hardiati
mundur aja Nin...
sukensri hardiati
nindya....tagih dokumennya
Seroja86: terimaksih atas kunjungan dan dukungannyanya ... 😍😍
total 1 replies
sukensri hardiati
baru kepikiran...sehari2 yudith sama siapa yaa....
Seroja86: di titip ceritanaya kk
total 1 replies
sukensri hardiati
masak menyerah hanya karena secangkir kopi tiap pagi...
sukensri hardiati
betul nindya...jangan bodoh
sukensri hardiati
mampir
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!