Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
“Menikah?” Cherry menatap Wilber dengan mata terbelalak, suaranya bergetar seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Kakek berharap aku segera menikah dan memiliki anak, jadi aku ingin menikahimu,” jawab Wilber, nada suaranya tenang namun mengandung keteguhan.
Cherry menggigit bibirnya, hatinya terasa diremas. "Ternyata demi kakeknya, Kakak Huo menikahiku. Tapi… kenapa hatiku merasa sedih? Apa yang sebenarnya aku harapkan?" batinnya perih.
Wilber melihat perubahan di wajah gadis itu, lalu menghela napas pelan. “Kau bisa mempertimbangkan dulu, tidak perlu beri jawaban sekarang.”
Cherry menunduk, jari-jarinya saling meremas gugup. “Berapa lama… kita menjadi suami istri?” tanyanya dengan suara pelan, hampir tak terdengar.
Wilber mendekat selangkah, menatapnya penuh keyakinan. “Pernikahan adalah untuk selamanya, bukan ada batas waktu. Setelah menikah maka tidak ada perpisahan atau perceraian. Kita akan menjadi suami istri yang resmi.”
Keraguan semakin memenuhi dada Cherry. "Kenapa aku ragu? Bisa membalas budi Kakak Huo adalah hal yang paling aku tunggu. Tapi… kenapa hatiku belum siap?"
Akhirnya ia mengangkat wajahnya dan memaksakan sebuah senyuman tipis. “Aku setuju. Kakak Huo sudah banyak membantuku. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik.”
Senyum hangat muncul di wajah Wilber. Tanpa ragu, ia merengkuh Cherry ke dalam pelukannya. “Selamat datang ke keluarga Huo. Ke depannya, tidak ada yang bisa menindasmu lagi,” ucapnya mantap, suaranya bagai janji yang sulit digoyahkan.
Cherry membalas senyumnya, tapi di balik itu, hatinya dipenuhi kabut keraguan. Ia sama sekali tidak mengetahui perasaan pria itu terhadapnya—apakah benar cinta, atau hanya kewajiban semata.
Sementara itu, Wilber menutup matanya sejenak, merasakan hangat tubuh gadis yang telah lama ia rindukan. "Setelah menunggu delapan tahun, akhirnya aku bisa menikahinya," batinnya penuh kepuasan.
Dengan perlahan ia melepaskan pelukan itu, lalu menatap Cherry dengan tatapan yang sulit diartikan. “Besok kita akan pergi ke kantor pengurus pernikahan untuk meresmikan hubungan kita. Setelah itu, kita akan mengadakan pesta.”
“Besok?” Cherry menatapnya dengan syok, napasnya tercekat. “Kenapa begitu cepat?”
Wilber tersenyum tipis, matanya menyorot ketulusan sekaligus kerinduan yang dalam. “Tidak cepat. Aku sudah hidup sendiri selama lebih dari tiga puluh tahun. Dan mulai hari berikutnya… kaulah yang akan menemaniku. Aku tidak sendiri lagi.”
Di sisi lain, Mike yang dirawat di rumah sakit tampak seperti singa terluka. Telapak tangannya dibalut perban tebal, wajahnya pucat tapi penuh amarah. Dengan brutal ia melempar gelas dan vas bunga ke lantai hingga pecah berantakan, membuat ruangan itu kacau.
Celia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya bergetar ketakutan melihat amukan Mike.
“Mike… walau kau mengamuk juga percuma,” ucap Celia dengan suara gemetar, mencoba menenangkan.
Mike menoleh padanya, matanya merah penuh dendam. “Wilber Huo mematahkan tulang-tulangku, membuat tanganku cacat! Sejak kapan Cherry mengenalnya? Kenapa aku bisa sebodoh ini sampai tidak menyadarinya?”
Celia menggertakkan giginya, rasa cemburu membakar hatinya. “Aku yakin dia pasti menggoda Wilber Huo. Kalau tidak, mana mungkin pria sekelas Wilber tertarik pada Cherry?”
Mike tertawa sinis, lalu menghantam meja dengan tangan kirinya. “Tertarik atau tidak, yang jelas dia melukaiku dan membuatku kehilangan banyak proyek. Para investor membatalkan kerja sama, semua karena Wilber membela Cherry. Itu artinya Cherry sangat penting baginya!”
Celia mengepalkan tangan. "Kalau Cherry selalu punya Wilber untuk melindunginya, berarti aku dan Papa tidak akan pernah bisa memaksanya mendonorkan darah dan ginjal lagi… "pikirnya, wajahnya pucat namun matanya penuh kebencian. “Tidak bisa. Aku harus meminta Papa segera bertindak.”
Mansion keluarga Chen
“Apa? Telapak tangan Mike cacat?” Rosa Fang terperanjat, berdiri dari sofanya dengan wajah terkejut sekaligus marah.
“Ma, Kakak Mike harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, perusahaannya juga mengalami masalah besar,” lapor Celia dengan nada panik.
Roman Chen, yang duduk dengan wajah gelap, menghela napas berat. “Wilber Huo… memang terkenal kejam dalam menghancurkan perusahaan lawannya. Kini Mike sudah menjadi sasarannya.”
Rosa menggertakkan giginya, matanya menyipit penuh kebencian. “Sepertinya kita harus memberi peringatan kepada Cherry. Kalau dia masih ingin melihat ayahnya…”
Roman menyela dengan dingin, suaranya membuat suasana membeku. “Besok kita utus orang untuk mengeluarkan ayahnya dari rumah sakit. Karena Cherry menolak menyelamatkan Celia… maka biar dia lihat sendiri ayahnya mati secara perlahan.”
Keesokan harinya
Wilber dan Cherry berdiri berdampingan di kantor pengurusan pernikahan. Di tangan Cherry, sebuah buku merah kecil dengan fotonya dan Wilber terpampang jelas. Ia menatapnya lama, perasaan campur aduk memenuhi dadanya.
"Aku… menikah dengan pria yang baru aku kenal. Aku bahkan tidak mengerti sifatnya, tidak tahu apa yang dia suka atau tidak suka. Aku bahkan tidak berani bertanya semua tentangnya. Semua ini terasa seperti mimpi…"
Wilber menoleh, memperhatikan wajah ragu istrinya. “Kenapa? Kau menyesalinya?” tanyanya datar. Kemudian sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. “Kalau pun kau menyesal, sudah terlambat.” Ia mengambil buku nikah itu dari tangan Cherry, suaranya terdengar setengah menggoda, setengah mengancam.
Cherry tersentak, buru-buru menggeleng. “Bukan… hanya tidak menyangka, begitu cepat menikah.”
Wilber menatapnya dalam, senyumnya samar namun penuh arti. “Ke depannya… masih banyak hal yang akan membuatmu tidak menyangka.”
Sebelum Cherry sempat membalas, suara ponsel Wilber berdering. Ia mengangkatnya dengan ekspresi serius. “Halo?”
“Tuan,” suara Roby terdengar dari seberang. “Keluarga Chen mengutus beberapa orang ke rumah sakit yang jauh dari kota. Anak buah kita sedang mengawasi mereka.”
Mata Wilber menyipit, sorot tajamnya kembali muncul. “Awasi dengan baik siapa yang mereka temui. Kalau itu orang yang kita cari… kalian tahu apa yang harus kalian lakukan.”
“Siap, Tuan!” jawab Roby mantap.
"Ada apa?" tanya Cherry.
"Aku curiga kalau mereka ingin pergi mengeluarkan papamu dari rumah sakit itu, kalau memang benar, Anak buah kita akan menyelamatkan papamu," jawab Wilber
Wil kata nak bikin perhitungan come on sat set ke ,,tuh Kunti bisa ga di kuliti atau ga cabut kuku ya gitu
ambil darah tiap hari per botol gt sumbngknn ke pmi lakukan itu ddpnn mm mu dan papa trimu dan mike,,biar mrk sengsara liat org tersayang mrk menderita lbh bagus sii klo perlu darah mrk semuy di ambil biar mrk merasakan gmn tangan ditusuk jarum,,biar impas si 😁😁😁klo di penjara takutt bundir gk ngerasain penderitaan lgg,, viral jg kn biar pd tau kelakuan busuk mrk,,