Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
[Penolakan Tegas]
.
Di kedai kopi dekat pesisir pantai, Sky bersama Dylan sedang beristirahat, melepas penat sesudah mengakut beberapa kotak dari mobil pick up ke dalam kedai.
Keduanya menikmati secangkir kopi spesial dan cemilan enak yang khusus buatkan oleh si bibi penjaga kedai.
Ditengah asyik mengobrol santai, tiba-tiba saja Navy datang bersama kedua temannya yaitu Siren dan Dhea, dia berjalan melenggak-lenggok menuju meja untuk menghampiri Sky.
"Sky boleh aku duduk di sini? Aku pengen ngomong sebentar sama kamu." Tanyanya, malu-malu.
"Bisakah Kamu pergi ajai? Aku mau mengobrol sama Sky." Ucap Navy dengan ramah, tetapi tatapannya sinis pada Dylan.
Navy tak ingin ada pengganggu sehingga dirinya bisa duduk berduaan bersama Sky. Tetapi kerutan dahinya semakin jelas dan kencang, Navy dibuat jengkel karena Dylan tidak mau pergi dan malah mengejek dengan wajahnya yang menyebalkan.
"Kamu tidak lihat aku sedang sibuk?" Jawab Sky, malas menatap.
"Maaf, tapi sekarang aku lihat kamu lagi santai."
"Masih banyak belum diangkut kalau kamu mengusir Dylan dia akan pergi meninggalkan pekerjaannya. Bicara aja jangan membuang waktuku!"
"Aku... Aku tidak masalah meskipun mengatakannya di depan semua orang, karena itu lebih baik." Ucap Navy seraya menggosok-gosok jari tangannya.
"Aku tidak bisa menyerah pada harapan bahwa kali ini kamu akan membuka hati dan menerima perasaanku."
"Aku akan mengatakannya lagi, aku sangat menyukaimu, Sky." Ia terlalu gugup hingga suaranya terdengar bergetar.
Dylan yang mendengar ungkapan itu tampak biasa saja lalu menyeruput kopi miliknya, ia membuang muka ke samping dan memandangi burung camar yang tengah memakan remah-remah roti di atas pasir.
Akibat terlalu sering mendengar pengakuan cinta yang tak terbalas, Dylan telah menganggapnya sebagai hal lumrah pada musim panas di setiap tahunnya, seperti mengucapkan happy new year. 'Sky aku suka kamu' sudah terlalu basi untuk di dengar.
Sementara itu, Sky tampak menyesal sesudah mendengar ucapan Navy. Masalah dengan sang nenek saja membuatnya pusing dan sekarang giliran Navy yang keras kepala memaksakan cintanya. Cukup memuakkan menghadapinya Sky pun beranjak dari kursi, berjalan meninggalkan Navy.
Ia memang selalu menghindari Navy dikarenakan sifat gadis itu sangat menyebalkan. Sejak kecil Navy selalu lengket kepadanya bagai seekor kukang birahi, kalau saja Navy bukan bagian keluarga dasar, Sky mungkin telah membuangnya ke tengah laut.
Tak hanya itu, setiap kali keluarga utama akan membuat rencana atau hanya sekedar urusan kecil untuk pribadi, Navy akan selalu hadir untuk ikut campur. Sky sudah menduga sejak awal jika gadis itu memiliki mata-mata di salah satu bawahan yang bekerja pada keluarganya.
Mungkin Navy sudah mengetahui rencana perjodohan yang akan dilakukan oleh neneknya, sebab itulah dia mendadak menembak Sky kembali dengan harapan bisa memilikinya sebelum bersama wanita lain.
"Dey! Kita harus menurunkan barang yang tersisa di mobil!" Suruh Sky kepada Dylan.
"Haah? Sekarang? Padahal aku masih ingin beristirahat lebih lama, bos!"
Seketika Dylan menjadi lemas, ia pun juga berdiri dan membiarkan Navy yang masih di sana dengan wajah suram, terketuk sedih. Bagai cuaca cerah yang tiba-tiba mendung.
Tak terima jika dirinya ditolak lagi, Navy pun tidak ingin merana dalam diam untuk kesekian kalinya. Ia memilih untuk berkeras hati lalu berlari mengejar Sky, namun segera dihalangi oleh Dylan yang menghadang dari depan sambil membawa kotak kardus.
"Jangan mengacau! Kamu selalu saja begini!" Bentak Navy, mendorong Dylan dari hadapannya.
"Dasar kepala batu! Sky sedang bekerja, jangan mengganggunya!" Celetuk Dylan pada Navy yang terlihat mulai menangis.
"Sky! tidak bisakah kamu memberikan aku kesempatan untuk membuktikan cintaku?" Teriaknya sambil cegukan.
Di waktu yang sama saat keributan di kedai, tanpa tahu apa yang terjadi Chai Tea dan Cherry baru datang. Keduanya kebingungan, celingak-celinguk melihat seorang gadis histeris tengah jadi tontonan semua orang.
Melihat hal itu Cherry yang penasaran pun mencoba mendekat, tetapi Chai Tea malah menariknya secara paksa untuk bersembunyi dibalik batang pohon kelapa. Tanpa perkiraan hingga jidatnya tercium batang pohon.
"Aaahh! Fuck!"
"Kenapa sih kita mesti bersembunyi? Apa kamu tidak ingin mencari tahu? Bukankah dia teman barumu?" Lontar Cherry akan pertanyaannya.
"Aku rasa ada sesuatu yang tidak benar telah terjadi, lebih baik kita perhatikan dari ini aja dulu!"
"Aku sangat menyukaimu, bahkan aku rela jauh-jauh datang ke pulau ini setiap tahunnya di musim panas agar bisa menemui mu, Sky! Tolonglah lihat sekali effort-ku untukmu!" Navy terus berucap, tangisnya pilu.
"Kalo gitu hentikan aja mulai sekarang! Kamu tidak usah lagi datang ke pulau ini, nikmati liburanmu di tempat lain!" Seru Sky, memicing keras.
"Aku sudah tidak ingin lagi melihatmu."
Perkataan dari Sky membuat tangisan Navy terhenti dan diam mematung bagai tak punya raga, meski telah mendapatkan penolakan untuk kesekian kalinya tapi baru kali ini ia merasa tertampar akan kata-kata pria itu hingga tak mampu lagi berucap.
Rasa sedih di hatinya menutup rapat telinga hingga Navy tidak mendengar lagi ejekan dari orang-orang yang mentertawakan kekalahannya seperti seorang badut penghibur.
"Dengar! Aku hanya ingin mengingatkanmu kalo sampai Nyonya Gita tahu dengan kelakuanmu yang memalukan ini hingga merusak nama cucunya, beliau pasti akan mencap-mu sebagai orang terburuk yang tak tahu diri." Bisik Dylan, tersenyum puas.
Dylan memegang tengkuk Navy, lalu memutar wajahnya untuk melihat sekitar bahwa dia sedang direkam oleh para pelanggan, orang-orang mulai berpikir bila gadis kaya yang selalu disanjung dari keluarga terhormat ternyata memiliki sisi buruk yang memalukan.
Navy semakin lemah hati menyadari bahwa dirinya dijadikan bahan lelucon oleh para cewek remaja yang merupakan penggemar rahasia Sky.
Sudah terlalu malu hingga tidak mampu melangkahkan kaki, namun ditengah situasi itu kedua temannya segera menghampiri. Siren dan Dhea pun membawa Navy pergi dari kedai sambil juga menenangkannya agar berhenti menangis.
...----------------...
Di sisi lain, Chai Tea dan Cherry saling memandang dalam keheningan. Yang awalnya ingin pergi ke kedai untuk makan cemilan manis, kini mereka pun membatalkan niat itu akibat keributan tadi. Jadi keduanya memutuskan pergi ke tempat lain dan mencari tempat jajan baru.
"Siapakah orang yang Sky cintai sampai-sampai menolak gadis kaya dan baik seperti Navy?" Sembari berjalan, Chai Tea berucap dalam hati.
"Orang itu pasti sangatlah beruntung karena dapat dicintai oleh pria pekerja keras kayak Sky yang tidak pernah memandang wanita lain." Sambungnya lagi hingga tak sadar bila mereka telah sampai.
"Hei! Chai! Kenapa kamu melamun?" Panggil Cherry, mencoba menyadarkan sambil menjentikkan jari ke depan wajahnya.
Chai Tea tersadar dengan mengedipkan mata berkali-kali menatap sekitar, tahu-tahu dirinya tengah berdiri di tempat jajanan kuliner yang ada di taman dekat pantai. Sejauh mata memandang terlihat bagitu ramai pengunjung memenuhi pedangan kami lima.
"Jangan diam aja! Cepat berpencar sebelum kehabisan cemilan!" Ajak Cherry, langsung pergi ke tempat bakaran jagung.
"Aku pengen beli yang ini aja deh." Gumam Chai Tea, mendekati gerobak sorong.
Sementara pesanannya masih dibuatkan oleh si abang batagor yang suka menggoda, Chai Tea yang malas menanggapi memanfaatkan waktunya untuk memotret pemandangan menggunakan kamera DSLR yang sudah ia persiapkan sebelumnya.
"Wah oke nih! Lumayan bagus untuk buku album kenangan." Decak Chai Tea, kegirangan.
"Neng! Foto abang juga dong!"
"Huuuhh! Genit banget, geli tau." Rutuk-nya, tersenyum jengkel.