Tes Tes Tes
Air mata Airin tertahankan lagi ketika mendapatkan tudingan yang begitu menyakitkan dari sang ayah.
Bahkan pipinya memerah, di tampar pria yang begitu dia harapkan menjadi tempat berlindung, hanya karena dia mengatakan ibunya telah dicekik oleh wanita yang sedang menangis sambil merangkulnya itu.
Dugh
"Maafkan aku nona, aku tidak sengaja"
Airin mengangguk paham dan memberikan sedikit senyum pada pria yang meminta maaf padanya barusan. Airin menghela nafas dan kembali menoleh ke arah jendela. Dia akan pulang, kembali ke ayah yang telah mengusirnya tiga tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Tidur Bersama
Airin sudah selesai makan malam. Dan sudah selesai merapikan meja makan juga.
"Sudah selesai?" tanya Samuel yang baru keluar dari ruang kerjanya.
Airin menghampiri Samuel dan mengangguk dengan cepat.
"Sudah selesai paman, terimakasih untuk hari ini. Aku akan pergi ke kamar..."
"Lupa sesuatu?" sela Samuel bertanya dengan nada dingin.
Nada bicara Samuel itu dingin sekali. Sedingin es, bahkan saat mendengar itu. Tengkuk Airin rasanya tertiup angin dingin yang membuatnya merinding.
"Lupa? lupa apa?" tanya Airin pura-pura.
Dia hanya tidak ingin benar-benar tinggal lagi satu kamar dengan Samuel.
Sayangnya sebelum Samuel membuka mulutnya untuk bicara, tangannya lebih cepat bereaksi dan segera menarik tangan Airin ke kamarnya.
"Pa.. paman"
Begitu sampai di dalam, Samuel melepaskan tangan Airin dan mengunci pintu kamarnya itu. Melihat semua itu, Airin menjadi agak panik.
'Aduh, ini orang serius mau tidur bareng? kok jadi gini? aku kan...'
"Kita sudah sepakat, bukan? Kamu akan tidur denganku mulai sekarang! disini titik!" kata Samuel seolah tak bisa di ganggu gugat lagi keputusan itu.
Airin hanya bisa menghela nafas. Masalahnya dia kerja juga belum ada sebulan. Dia tidak punya banyak uang sekarang. Kalau pergi dari tempat ini, dia mau kemana? dan lagi, dia kan memang ingin mendekati Samuel. Tapi sebenarnya tidur bersama tidak masuk dalam rencananya.
Samuel sudah berbaring di atas tempat tidur. Dan tatapan matanya seolah menusuk ke arah Airin.
"Mau berdiri disana saja?" tanya Samuel.
Airin masih ragu. Dia juga khawatir kan sebenarnya, kalau ini cuma ujian atau tes dari Samuel. Dia itu wanita yang gampang di ajak tidur bersama atau tidak. Selain itu, yang namanya pria dan wanita tidur bersama, siapa yang menjamin tangan atau bagian tubuh mana yang tidak khilaf nantinya.
"Paman, pria dan wanita di atas satu tempat tidur yang sama..."
"Kalau tidak mau pergi saja!"
Mata Airin melebar.
"Benarkah? tidak apa-apa ya? kalau begitu aku akan tidur di kamarku!" kata Airin yang sudah merasa begitu lega, dan berbalik ingin keluar dari pintu.
"Pergi saja dari apartemen ini dan perusahaan!" celetuk Samuel yang langsung memposisikan tidurnya miring membelakangi Airin.
Airin tentu saja tidak jadi meraih gagang pintu.
'Aduh, ternyata dia marah. Aku pikir aku boleh tidur di kamarku. Tapi, aku dengar dari Vivi waktu itu, dia bahkan tidak suka menyentuh wanita kan? mungkin tidak masalah. Daripada di usir dari sini, mau kemana aku? tujuanku juga belum tercapai!' batinnya.
Dan dengan langsung biasa, Airin mendekati tempat tidur. Menghela nafas berat dan panjang, lalu membuka selimut dan masuk ke dalamnya.
"Jika terpaksa tidak usah! pergi saja sana!" kata Samuel yang merasa kalau Airin sudah naik ke tempat tidurnya.
'Sudah tahu terpaksa! kenapa malah bicara seperti itu? kalau aku pergi, aku harus kemana? tadinya kan aku main halus saja, berpura-pura bersikap baik di rumah, mengadu dombaa antara ayah dengan dua wanita licik itu. Tapi siapa suruh kamu muncul, dan Vivi sangat mencintaimu. Rencanaku berubah, aku sudah sangat membuat masalah dengan ayah, tidak mungkin kembali kesana!' batin Airin.
"Tidak terpaksa sama sekali. Paman sangat baik, tidak mungkin macam-macam. Lagipula, wanita kurus dan rata sepertiku, mana mungkin Paman tertarik!" kata Airin mencoba meyakinkan dirinya, kalau tidak akan terjadi apapun meski dia tidur satu ranjang dengan Samuel.
'Huh, begini saja! aku ini kurus, kerempeng. Kurang gizi, tidak mungkin Samuel tertarik padaku. Aku sengaja membuatnya mengasihani aku. Hanya itu' batin Airin lagi.
Samuel yang mendengar ucapan Airin berbalik dan melihat ke arah wanita yang sudah memejamkan matanya sambil memegang ujung selimut bagian atasnya sebatas leher itu.
"Siapa bilang kamu rata?" tanya Samuel yang menarik selimut Airin.
Membuat Airin membuka matanya, sampai terbelalak dan nafas yang cepat, karena merasa sangat gugup dan panik.
"Paman mau apa?" tanya Airin yang mulai khawatir.
Jangan tidur dengan menutup seluruh tubuhnya seperti itu. Buatkan dia berkembang dengan baik.
Airin melihat ke arah mana Samuel melihat. Lalu dia mendengus kesal dan segera mengubah posisinya membelakangi Samuel lalu kembali menarik selimutnya.
Samuel terkekeh. Tapi dia memang merasa aneh. Sepertinya dia memang tertarik pada Airin.
Pagi menjelang, Airin tak menemukan Samuel ketika dia bangun. Airin kembali ke kamarnya untuk bersiap.
Begitu dia selesai mandi, Airin menggunakan handuk yang dia lilitkan sebatas dada dan di atas lutut. Begitu dia membuka lemari pakaian dimana biasanya pakaian kerjanya berada. Lemari itu kosong, kosong melompong. Tidak ada apapun disana. Bersih sekali seperti baru.
Mata Airin melebar.
"Kemana pakaianku? eh maksudnya pakaian yang ada di sini?" gumam Airin.
Airin segera membuka lemari satu lagi, yang isinya piyama dan pakaian santai. Tapi tetap saja saja. Lemari pakaian itu juga kosong.
Airin menutup lemari dan ingin pergi keluar, tapi saat memegang gagang pintu. Dia baru sadar kalau dia hanya pakai handuk.
"Hah, bagaimana ini?" gumamnya bingung.
Airin membuka sedikit pintu kamarnya itu. Melihat apakah Samuel ada di sana atau tidak.
"Paman" panggil Airin dengan suara pelan.
Airin terus melihat ke kanan dan ke kiri. Lebih tepatnya mengintip ke kanan dan ke kiri.
"Paman" panggil Airin saat melihat ke arah kanan.
'Hem, kemana dia? pagi-pagi sudah menghilang. Dan semua pakaianku tidak ada. Sebenarnya semalam dia tidur atau tidak sih? lalu pakaianku di pindahkan kemana? apa dia marah padaku dan membuang semuanya. Ah, tidak, bagaimana ini?' batin Airin yang masih melihat ke arah kanan, mencari keberadaan Samuel, lebih tepatnya memandang ke arah ruang kerjanya.
Airin yang merasa cukup lama menunggu, akhirnya memutuskan untuk berbalik ke arah dapur.
"Agkhh!" pekik Airin karena terkejut tiba-tiba saja Samuel berdiri di belakangnya.
Sangking terkejutnya Airin nyaris terjatuh ke belakang. Untung Samuel dengan cepat menangkapnya.
Samuel menatap lekat Airin yang memejamkan matanya. Itu normal sih, Airin terkejut dan merasa tidak bisa menyeimbangkan diri. Dia merasa akan jatuh ke belakang. Makanya dia spontan memejamkan matanya.
Tapi saat merasa tangan Samuel memeluk pinggangnya. Airin membuka matanya.
Deg Deg Deg
***
Bersambung...