Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehebohan
Hari sudah semakin gelap. Para pemetik yang sudah menimbang hasil kerjanya dan menerima upah memilih pulang. Tetapi salah satu diantaranya terlihat gusar karena tidak melihat kehadiran rekannya yang mana tadi kembali masuk kedalam kebun kopi.
Ia terlihat gusar. Para pekerja yang berada dibagian gudang dsn penimbangan juga sudah bersiap akan pulang. Hal ini justru membuat pria itu semakin gelisah.
"Lae, kau kawankan aku dulu cari si Ucok kebelakang sana, kok belum datang juga dia," ucapnya dengan nada memelas.
"Sudah malam ini, Lae, takut juga ular atau apalah," tolak pria petugas timbangan.
"Gak bisa gitu lah, Lae, kita cari saja dulu, entah yang sesatnya dia," pria itu mendesak si Petugas timbangan untuk membantunya mencari keberadaan si Ucok yang menghilang.
"Alaaaamak, kau ini merepotkan saja!" omelnya dengan kesal, lalu terpaksa ikut mencari keberadaan si Ucok yang menghilang.
(Lae\=panggilan laki-laki kepada laki-laki secara umum. Kalau bahasa Indonesianya Abang).
Mereka menggunakan penerangan berupa senter yanh dipasang dikening.
Keduanya berjalan menyusuri kebun kopi yang berdiri sejajar dan membentuk seperti lorong.
"Cok! Ucooooook." teriak pria Petugas Timbangan dengan suara lantang. Ia berharap panggilannya dapat didengar oleh si Ucok dan menyahut, agar tak membuat mereka kerepotan untuk mencarinya lebih jauh, apalagi permukaan tanah kebun kopi bukan tanah datar, melainkan lembah dan juga bukit.
Suasana tampak hening, tak.ada sahutan, membuat keduanya semakin jauh masuk ke dalam kebun.
"Coooook," pria yang merupakan rekan si Ucok ikut memanggil dengan suara teriakan yang tak kalah nyaring.
Namun tak ada sahutan. Mustahil jika Ucok tak mendengarnya, sebab suara gema itu sangat begitu kuat.
Saat bersamaan, cahaya senter milik Petugas Timbangan menyorot satu sosok tubuh yang tergeletak.diatas tanah rerumputan dan tampaknya tak bergerak.
"A-apa itu, Lae?" rekan Si Ucok tampak tergagap, sebab ia merasa takut karena tak ingin berprasangka terlalu jauh, namun hatinya tak dapat berbohong, jika itu pakaian yang digunakan oleh Ucok saat pergi ke kebun pagi tadi.
Keduanya berjalan menyusuri lorong kebun dengan perasaan yang gelisah. Langkah mereka seolah melambat karena takut akan kenyataan yang tidak mengenakan.
Tubuh mereka gemetar menahan semua ketakutan yang ada.
Setelah tiba didepan tubuh yang tergeletak, sontak saja mereka saling pandang dengan wajah ketakutan dan memucat.
"Cok, Ucok," panggil Si Petugas Timbangan dengan keras, berharap jika pria itu meresponnya.
Ia mengarahkan senternya ke arah lain. Mencari sesuatu, dan menemukan sebuah ranting pohon kopi yang mengering, lalu menepuk-nepuk pipi Ucok agar terbangun, dan tak juga merespon.
Saat rekannya ingin menyentuh, pria itu mencegahnya. "Jangan sentuh sembarangan, nanti kamu bisa dijadikan tersangka. Sebab sidik jarimu akan tertinggal disana," pesannya pada pria itu.
Rekan Ucok mengurungkan niatnya, lalu berjongkok, dan mendekatkan jemari tangannya untuk merasakan hembusan nafas sahabatnya, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
"Hah! Dia sudah meninggal!" pria itu terjengkang ke belakang. Lalu bergerak mundur menggunakan tumit dan telapak tangannya, lalu bergegas bangkit..
Sedangkan pria Petugas Timbangan menerangi tubuh Ucok dengan senternya. Saat ia menyorot wajah pria yang sudah terkapar itu, perasaannya bergemuruh. "Oh, Tuhan! Ini perbuatan Begu Ganjang! Lihatlah lehernya yang membiru dan begitu juga dengan wajahnya, matanya melotot, dan tangannya menggenggam tanah basah," pria itu merincikan ciri-ciri kematian Ucok.
Sontak saja hal itu membuat mereka bergidik ngeri.
"A-apa yang harus kita lakukan?" tanya rekan si Ucok dengan wajah gemetar dan ketakutan.
"Kita sebaiknya pulang, kita panggil warga yang lain," usulnya, lalu bergerak mundur untuk meninggalkan jasad Ucok yang tergeletak dalam kesunyian.
Namun semua itu hanya sesaat, sebab terdengar suara derap langkah kaki yang begitu berat dan datang dari arah bukit, yang semakin lama semakin mendekat dengan suara yang bergemuruh.
"Hah! Keduanya tersentak kaget. Lalu memutuskan untuk berlari menuju pulang. "Oh Tuhan, lindungilah kami," doa kedua pria itu dengan langkah yang dipercepat, sedangkan suara langkah kaki itu semakin dekat dengan iringan tawa panjang yang menggelegar.
"Ayo, lari! Jangan pernah menoleh ke belakang teruslah berlari!" teriak pria Petugas Timbangan.
Mereka terus menyerukan nama Tuhan-Nya dan memohon dilindungi dari segala tipu daya iblis yang terus saja mengikuti mereka.
Dengan sisa keberanian yang mereka miliki, akhirnya mereka tiba didepan rumah Rumondang yang baru dan merupakan Toke mereka yang baru.
"Toloookng, tolooooong," teriak mereka bersamaan.
Suara ketakutan mereka didengar oleh Opung Boru yang sedang merapal mantra perlindungan untuk Ture.
Ia menghentikan ritualnya sejenak, lalu berjalan dengan langkah lemah menuju pintu depan tempat dimana dua orang berteriak ketakutan.
Saat pintu terbuka, keduanya nyelonong masuk dan berlindung dibalik tubuh tua Opung Boru yang saat berusaha untuk menutup pintu saat langkah berat itu semakin dekat.
"Hah, hah, hah," terdengar nafas keduanya tersengal karena lelahnya berlari yang disertai ketakutan yang luar biasa.
"Duduklah." ajak Opung Boru kepada keduanya yang saat ini masih dalam suasana syok dan ketakutan.
Opung Boru meminta mereka untuk duduk disofa dan keduanya hanya menurut saja.
Setelah duduk, keduanya mencoba mengatur nafas mereka yang tersengal. "Opung, si Ucok mati dikebun. Dia dibunuh oleh Begu Ganjang." tunjuk rekan si Ucok dengan tubuh yang gemetar karena masih dalam masa trauma.
Bagaimana tidak, ia harus menyaksikan Ucok mati dengan cara mengenaskan, bahkan ia dan juga Petugas Timbang harus berlari cukup jauh karena dikejar oleh sosok Begu Ganjang yang melegenda.
Opung Boru terdiam mendengar penuturan kedua peia yang terlihat ketakutan itu.
Ia berharap jika itu hanya sebuah khayalan saja, sebab konsekwensi yang akan diterima bukan hal yang main-main, sebab akan ada banyak nyawa yang menjadi korbannya. Ia harus segera sadar dengan perbuatannya.
"Kita harus pulang sekarang, dan harap kalian jangan menyebarkan tentang hal ini," pinta Opung Boru dengan nada penekanan.
Bahkan ia tak lupa memberika uang tutup mulut demi melindungi Rumondang dari amukan massa.
Ia berjanji akan menasehati puterinya sebelum semuanya terlambat.
Kedua pria itu saling pandang. Namun uang yang diberikan kepada mereka jumlahnya tidak sedikit, dan itu dapat membuat mereka sepuluh tahun tanpa bekerja, dan itu didapatkan oleh Opung dari pemberian Rumondang selama tinggal dirumah ini.
"Pulanglah, ia sudah pergi." Opung Boru memberikan satu persatu amplop berisi uang pecahan seratus ribu kepada keduanya.
Termyata uang adalah segelanya. Hepeng mengatur segalanya menjadi lebih mudah.
Kedua pria itu menganggukkan kepalanya. Rasa ketakutan yang tadi mengganggu mereka, kini berubah senyum bahagia yang terukir jelas dengan segenggam khayalan yang sudah memenuhi benak keduanya, untuk mempergunakan uang tersebut kemana.
berarti JK Harta Kekayaannya ikutan Musnah ,, Rumondang kembali jd Kismin lagi donk yaa ,, kembali ke Kehidupan Awal lg 🤔🤔😱😱
semoga jg Perkampungan yg td nya Mati kembali Hidup lagi dg banyak nya Masyarakat yg kembali ke Kampung Halaman nya lagi 🤗🤗🤗
Semangat Datu Silaban ,,, Kamu psti bisa Mengembalikan Tondi nya Ture lg ke Jasad nya ,, Aku menaruh Harapan Besar pada Mu , Datu 🥳🥳😘😘
Agam nya Selamat dr si Begu nya ,,, tapi Ture nya malah sdh tak berdaya ,, mna sdh di Cekik nya ,,, apakah Ture selamat , kak ❓❓🤔🤔
knp pula tu Tas yg berisi ramuan nya mlh jatuh dn hilang entaah kmna 😤🥺🥺
sumpah Loch aku deg degan bgt bacanya 😱😱
Takut jg si Agam mati di tangan si Begu 🙈🙈🙈
pdhal mereka baru menyatakan perasaan nya masing-masing Loch ,,, masa mo berpisah alam 😔🥺
ahahayyy tp kek mana dgn wrg desa yaaa kira2 akan ngamuk g ya
ogn nyebur aja dehh 🤣🤣🤣
kekasih hati yg blm terungkap secara lisan 🤣🤣🤣