Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.
Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.
Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.
"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.
Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”
Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.
Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Ke Bioskop
Hari Minggu pagi datang dengan langit cerah dan udara yang hangat. Adriella membuka mata perlahan, lalu menoleh ke samping. Zehan masih tertidur di sebelahnya, wajahnya tampak damai dan napasnya teratur. Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar yang tipis, menciptakan suasana hangat yang tenang.
Adriella tersenyum kecil. Ia bangkit perlahan dari ranjang agar tidak membangunkan suaminya, lalu melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka, menggosok gigi, lalu mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia keluar kamar dan menuruni tangga menuju lantai bawah.
Di dapur, Bi Nani sudah lebih dulu sibuk menyiapkan sarapan. Aroma bubur ayam menguar dari panci yang sedang di aduk oleh Bi Nani.
“Selamat pagi, Nona Adriella,” sapa Bi Nani sambil tersenyum hangat.
“Pagi, Bi. Hari ini aku bantu, ya.”
Bi Nani terkekeh. “Wah, rejeki saya hari ini. Silakan, Nona.”
Adriella menggulung lengan bajunya dan mulai membantu memanggang roti dan membuat telur ceplok, lalu menatanya di atas piring.
Sementara itu, kembali ke kamar.
Zehan perlahan terbangun, dia meregangkan tangannya mencoba menemukan seseorang, namun dia tidak merasakan orang yang dicarinya. Dia pun membuka matanya dan melihat ruang di sampingnya telah kosong.
"Tumben, banget Adri bangun duluan," gumamnya sambil bangun dari tempat tidur.
Ia lalu menghilangkan pakaian di lemari dan berjalan menuju kamar mandi. Mengenakan kaos putih polos lengan pendek dan celana panjang kasual, Zehan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah.
Dia kemudian turun ke lantai bawah langsung menuju dapur. Begitu masuk dia melihat istrinya sedang membuat teh.
“Pagi,” sapa Zehan sambil menghampiri Adriella.
“Pagi juga,” jawab Bi Nani dan Adriella hampir bersamaan.
"Kamu bantu masak juga?” tanyanya pada Adriella.
“Cuma bantu Bi Nani dikit,” jawab Adriella sambil tersenyum.
“Kalau gitu, aku akan bantu angkatin ke meja,” ucap Zehan.
Mereka bertiga pun membawa piring dan teko teh ke meja makan.
"Wow, pasutri ini kompak banget ya. Pagi-pagi udah nyiapin sarapan buat majikan." Sindir Bara Berjalan ke ruang makan.
Adriella dan Zehan yang sedang menatap piring terdiam mendengar ucapan sarkastik Bara. Perkataannya seakan menyiratkan kalau mereka adalah pembantu dan dia adalah majikan.
"Yah, kami memang pasangan yang baik hati, bahkan menyiapkan makanan khusus untuk kucing," balas Zehan meletakkan piring terkahir.
Bara terkejut Zehan tiba-tiba membalas perkataannya. "Apa? Apakah kamu menyebutku binatang?" tanyanya tersulut amarah.
Zehan menarik kursi untuk Adriella tanpa memandang Bara. "Apakah aku menyebutkan binatang? Aku hanya bilang kucing. Aku melihat kucing di luar tadi, jadi aku memberinya makan. Kenapa kamu tiba-tiba marah seperti itu?"
Bastian, Rika, dan Alessia sudah tiba di ruang makan membuat Bara terdiam. Dia tahu pasti Zehan menyindirnya.
Alessia duduk di samping Zehan, kemudian menyapa Zehan dan Adriella. "Selamat pagi Kakak dan Kakak Ipar."
"Selamat pagi, Al," balas Adriella terseyum lembut pada Alessia.
"Pagi," ucap Zehan singkat.
Bastian dan Rika sudah duduk di kursi mereka masing-masing dan mulai sarapan. Bara hanya bisa ikut duduk dan makan dalam suasana hati yang buruk.
🌹🌹🌹
Setelah sarapan, Adriella naik berganti pakaian menjadi blouse ringan berawana biru muda dan celana jeans dengan sebuah bucket bag tergantung di bahu kanannya, serta sneakers putih membungkus kakinya.
Adriella mengoleskan lipstik di bibirnya, lalu menganguk puas. Dia pun keluar dari kamar dan melihat Zehan bersandar di dinding dengan jaket tipis di lengannya.
Zehan berjalan mendekat seraya bertanya. "Sudah siap?"
"Iya," angguk Adriella.
"Kalau begitu ayo pergi," uajrnya meraih tangan Adriella dan menganggamnya.
Adriella tersenyum dan keduanya turun ke lantai bawah.
"Kak Adri, Kak Zehan, mau kemana?" Alessia yang sedang menonton di ruang tamu bertanya melihat keduanya turun dari tangga.
"Kami ingin keluar jalan-jalan, kamu mau ikut?" Jawab Adriella tanpa sadar ingin membawa Alessia bersamanya.
Zehan yang mendengar ajakan Adriella kepada Alessia tiba-tiba merasa kesal. Mereka sudah berjanji untuk berkencan hari ini. Aoa jadinya jika harus membawa Alessia juga.
Alessia menatap kakaknya yang tersenyum ramah, kemudian pada kakak iparnya dan melihat wajahnya cemberut. "Kalian berdua pergi saja. Aku tidak mau jalan-jalan. Aku mau menonton TV saja."
Mana mungkin Alessia berani ikut setelah melihat wajah tidak senang Zehan. Mereka pasti ingin melakukan kencan, apakah dia mau menjadi obat nyamuk jika ikut.
"Baiklah, kalau begitu. Kalau kamu mau titip sesuatu katakan saja, nanti Kakak belikan." Ujar Adriella.
"Um, aku ingin kue stroberi. Bisakah?" ungkap Alessia.
"Oke. Nanti akan Kakak belikan." Adriella pun keluar dari rumah bersama Zehan setelah mengatakan itu.
Di depan garasi, motor Zehan sudah terparkir rapi. Ia memeriksa sebentar sebelum memberikan helm kepada Adriella.
“Siap?” tanyanya.
Adriella tersenyum sambil mengenakan helm. “Siap. Kita mau ke mana sekarang?”
Zehan menyalakan mesin motor dan menoleh ke belakang. “Gimana kalau nonton bioskop?”
Adriella menyandarkan kepalanya di punggung Zehan. “Aku tidak pernah ke bioskop sebelumnya. Sepertinya menarik, kalau begitu ayo kita ke bioskop.”
Zehan terdiam, dia tidak mengerti bagaimana bisa gadis muda seperti Adriella tidak pernah menonton bioskop. "Mulai sekarang kapan pun kamu ke bioskop aku pasti akan membawamu."
Mungkin kesibukannya merawat adiknya dan mencari uang menyebabkan Adriella tidak punya waktu untuk melakukan hal lain.
Sungguh, dia tidak bisa membayangkan bagaimana gadis ini bisa menjalani hidupnya dengan baik selama ini. Dengan wajahnya yang cantik tentu mudah baginya untuk mendapatkan pria kaya untuk dinikahi daripada malah memilih menikah palsu dengannya yang sekarang hanya tukang bangunan.
Zehan mengendarai motornya melintasi jalanan kota yang mulai ramai oleh aktivitas akhir pekan. Mereka menuju pusat perbelanjaan terdekat yang memiliki gedung bioskop cukup besar. Setelah memarkir motor dan masuk ke dalam area lobi bioskop, mereka berdiri di depan tiga poster film yang terpajang di dinding.
Film pertama adalah film horor, dengan visual poster gelap dan judul menyeramkan. Film kedua adalah film kartun animasi, penuh warna dan karakter lucu. Film ketiga adalah film komedi romantis dengan latar cerah dan wajah dua tokoh utama yang tersenyum lebar.
Adriella memiringkan kepala, membaca satu per satu sinopsis singkat yang tertulis di bawah poster.
“Yang horor jelas bukan pilihan,” ucap Adriella sambil melipat tangan. “Aku takut melihat hantu yang tiba-tiba muncul. Bisa-bisa aku akan menjerit terus sepanjang pemutaran film dan tidak berani membuka mata.”
Zehan terkekeh. “Oke, kita coret yang itu.”
“Yang kartun, hmm. Aku nggak terlalu suka. Apalagi yang karakter hewan bicara,” lanjutnya sambil meringis.
“Yaudah, berarti tinggal yang ketiga,” kata Zehan sambil menunjuk poster komedi.
Adriella tersenyum. “Kayaknya aman. Tertawa juga bagus buat kesehatan.”
“Setuju. Yuk beli tiketnya sebelum habis.”
Mereka pun berjalan ke loket, memesan dua tiket film komedi, tidak lupa Zehan membeli popcorn dan minuman, lalu menuju studio bioskop. Hari santai mereka masih berlanjut, diiringi tawa dan kebersamaan yang makin erat.
biar tahu kelanjutannya
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...