NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 2

Pewaris Terhebat 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.

Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.

Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.

Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.

Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Xander tersenyum karena berhasil membongkar kedok Evan Krest. Akan tetapi, ia tidak ingin berpuas diri hingga abai dari bahaya. Menghadapi mantan prajurit rahasia negara tentu bukan hal yang mudah karena bisa saja Evan Krest sudah menyiapkan serangan balasan.

"Aku datang atas perintah seseorang," ujar Xander.

Evan Krest menatap Xander dengan tangan yang masih mengelus pisaunya. "Seseorang? Apa aku mengenal orang itu?"

"Kau mengenalnya dengan baik."

Evan Krest terdiam sesaat. "Bagaimana kau tahu kalau aku berada di sini?"

"Seseorang yang memerintahkan ku yang memberitahuku. Selain itu, aku juga mendapat sebuah petunjuk dari seorang pria tua bernama... Noah Blair."

Evan Krest kembali diam, menatap Xander tajam. "Apa kau sedang bergurau?"

"Aku sama sekali tidak bergurau. Aku bertemu dengan Noah Blair dan berbincang beberapa hal, salah satunya adalah petunjuk yang bisa membantuku untuk bertemu denganmu."

"Aku benci pria tua itu, tapi aku tahu dia bukan orang yang gampang membuka mulut dan orang yang akan mengingkari janjinya. Berbicara yang tidak-tidak mengenai pria tua itu adalah sebuah kesalahan, Nak."

"Aku berhasil membuatnya bicara dengan sebuah trik." Xander tersenyum.

"Trik? Dia bukan orang bodoh yang dengan mudah ditipu oleh pria sepertimu." Evan Krest maju selangkah dan dengan cepat para pengawal mengarahkan pistol padanya. "Dengarkan aku, Nak. Aku akui jika kau cerdas karena berhasil bertemu denganku secara langsung, tapi aku tidak akan memaafkan mu jika kau berbicara macam-macam soal pria tua itu. Kami memang sudah lama tidak bertemu, tapi kami tetap berteman sampai saat ini. Aku tidak akan memaafkan orang yang membodoh-bodohinya."

"Aku tidak pernah membodoh-bodohi Noah Blair sama sekali. Aku hanya memainkan sebuah trik dan hal itu membuatnya berbicara padaku. Aku mengatakan hal sejujurnya. Noah Blair bahkan memintaku mengirimkan salamnya padamu jika aku berhasil bertemu denganmu."

"Kau membuatku marah, Nak. Hentikan omong kosong mu sekarang."

"Aku tahu kau berteman dengan Noah Blair selama berada di militer. Dalam perang yang terjadi antara negara Vistoria dan Lytora empat puluh tahun lalu, peperangan berhasil dimenangkan oleh pasukan Vistoria meski korban dari pasukan Vistoria lebih banyak dibanding pasukan musuh. Aku menemukan sebuah foto yang menunjukkan Noah Blair sedang berada di dekat sebuah pusara. Setelah mengumpulkan petunjuk, pusara itu adalah pusara palsu yang digunakan untuk menyembunyikan keberadaanmu seseorang. Noah Blair adalah salah satu orang yang menyembunyikan fakta jika kau masih hidup. Dia harus berpura-pura bisu dan lumpuh karena pihak pemerintah Vistoria memaksanya bicara tentangmu. Dia orang yang luar biasa."

Evan Krest menunduk, menatap pisaunya. "Kau tahu terlalu banyak dan aku tidak menyukai hal itu, Nak. Aku juga tidak suka saat seseorang menceritakan masa laluku dan menjelek-jelekkan sahabat baikku. Kau sudah membuatku marah."

Ruangan tiba-tiba gelap. Dalam waktu tersebut, Bernard berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Miguel. Di saat yang sama, alat penyemprot asap dan senjata bermunculan di sekeliling ruangan.

Bernard bersiap melumpuhkan Xander, tetapi Miguel dengan cepat menahannya hingga keduanya ambruk di tanah dengan kondisi saling mengunci tubuh masing-masing. Satu detik kemudian, ruangan kembali terang. Senjata tiba-tiba berhenti bergerak, begitupun dengan alat penyemprot asap.

"Aku gagal," gumam Kelly yang berusaha mengendalikan sistem kembali.

Xander terkejut meski dengan cepat menguasai diri. Evan Krest masih berada di tempatnya dengan tatapan dingin. "Semua sistem sudah–"

Xander terdiam ketika pisau Evan Krest sudah berada di dadanya. Ia mendadak jatuh berlutut, menarik pisau dengan cepat. Ketika akan melemparnya, Evan Krest tiba-tiba sudah berada di dekatnya dan mengambil pisaunya dengan segera.

Govin berusaha melindungi Xander, tetapi ia gagal karena mendapat pukulan dari Evan Krest hingga terlempar ke samping. Di saat yang sama, Mikael terdorong mundur karena tusukan yang dilancarkan oleh sepatu Kelly sehingga wanita itu berhasil untuk sesaat, tetapi kembali berhasil disekap Mikael.

Evan Krest mengarahkan pisau pada leher Xander, memberi tanda pada Govin, Miguel, dan pengawal lain untuk berhenti. Xander Berusaha tenang dengan satu tangan yang bersiap mengambil pisau dari balik punggung. Suasana mendadak tegang dan hening di saat yang bersamaan.

"Katakan siapa orang yang sudah memerintahkan dan apa tujuannya menemuiku?" Evan Krest menekan pisau ke leher Xander.

"Dia mengatakan jika dia adalah teman lamamu." Xander mengambil ancang-ancang. Ia sudah mengetahui bagaimana kehebatan Evan Krest, Bernard, Kelly dan juga Darren yang sudah lebih dahulu berhasil disekap. Membuang waktu terlalu lama hanya akan merugikan dirinya dan juga pasukannya.

Xander memberi tanda pada Govin untuk segera maju. Ketika Miguel melompat ke arah Evan Krest, ia menepis tangan Evan Krest, lalu menarik pisaunya. Akan tetapi, rencananya tidak berjalan dengan mulus karena Evan Krest mencekiknya lebih dahulu dengan kuat dan berhasil menahan tendangan Govin.

Xander mengarahkan pisau berukiran harimau emas ke Evan Krest, lalu dengan satu tangannya berusaha menyingkirkan tangan Evan Krest dari lehernya.

Evan Krest melotot tajam. "Dari mana kau mendapatkan pisau itu?"

Xander tersenyum meski lehernya semakin dicengkram erat. Wajahnya memerah karena kesulitan bernapas "Kau sepertinya mengenal pisau ini dengan baik. Aku mendapatkan pisau ini dari orang yang memerintahku untuk mencarimu."

Govin melesatkan tembakan ke arah leher Evan Krest dan berhasil mendarat tepat di sana.

Xander menendang perut Evan Krest hingga cengkeram pria tua itu terlepas dan ia bisa melepaskan diri dengan cepat.

Evan Krest melepas benda kecil yang menempel di lehernya. Kepalanya mulai pusing dan penglihatannya mulai mengabur. Ia menyayat tangannya dengan pisau hingga berdarah untuk tetap menyadarkannya.

Xander mundur selangkah dengan posisi bersiaga, mengawasi keadaan melalui ekor mata.

"Aku tahu siapa yang sudah memerintahkanmu untuk mencariku," ujar Evan Krest seraya menurunkan pisau dan pistol.

Bernard dan Kelly terkejut sesaat.

"Apa hubunganmu dengan orang itu?"

Xander tersenyum karena kemenangan hampir berada dalam genggamannya. Meski demikian, ia belum memberi tanda pada yang lain untuk mengendurkan kewaspadaan. "Dia adalah kakekku."

Evan Krest tiba-tiba tertawa. "Ini benar-benar takdir yang lucu. Kau ternyata dari keluarga Ashcroft. Pantas saja wajahmu tidak asing bagiku. Tapi aku belum sepenuhnya percaya denganmu. Banyak hal yang sudah terjadi selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Waktu bisa mengubah seseorang. Bisa saja kau memakai nama kakekmu untuk menangkapku dan menyerahkanku."

"Aku akan menghubungiku kakekku. Aku harap dia belum tidur." Xander menghubungi Marcus melalui jam tangan canggihnya.

"Alexander, apa yang membuatmu menghubungiku di malam seperti ini?" ujar Marcus di seberang telepon.

Evan Krest seketika terdiam.

"Kakek, aku sudah bertemu dengan Evan Krest. Dia berada didekatku sekarang. Apa kau ingin menyampaikan sesuatu padanya?"

"Kau berhasil menemukannya?" Suara Marcus terdengar terkejut. "Sudah lama sekali aku tidak bertemu dan berbicara dengannya. Dia pasti sudah setua aku sekarang."

"Aku belum mempercayaimu." Evan Krest berbicara sambil mengelus kembali pisaunya. "Kau bisa saja sudah menyiapkan rekaman suara itu lebih dulu.”

1
Siti Norina
untuk beberapa hari kedepan kayaknya gw harus ngepet ni thor buat beli kuota demi PT.
#✌️✌️✌️
y@y@
💥👍🏿🌟👍🏿💥
y@y@
⭐👍🏻👍🏼👍🏻⭐
Glastor Roy
up
Ablay Chablak
lamaaa
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
y@y@
🌟👍🏾👍🏿👍🏾🌟
Rocky
Kira2 apa ya 'sesuatu' yg di maksud Kakek Evan ?
Ablay Chablak
noh udh gw kasih hadiah thor...rajin2 ya updatenya
Rahmat BK
penderitaan di mulai
y@y@
🌟👍🏻👍🏼👍🏻🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
Ablay Chablak
sehari 4bab lah thor
ikhsan
penasaran sama kelanjutannya gimna perjalanan xander
cepat² di up nya min
Glastor Roy
up
Siti Norina
nunggu up nya smp lupa sarapan thor
#makan2
Ablay Chablak
lama nih alur cerita ivan krest nya sampe 3 hari blm kelar
MELBOURNE: Disaksikan terus jangan sampai kelewatan yaa😘😘
total 1 replies
amienda
up byk2 thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!