Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Tetangga baru
Setelah berpelukan cukup lama dengan kedua sahabatnya, Tessa kembali melambaikan tangannya saat Owen mulai melajukan mobil menjauh dari salon. Terdengar helaan napas berat Tessa. Hal itu menjadi perhatian Owen.
Dalam benak Owen, ia mengira Tessa masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama kedua sahabatnya. Sayangnya izin cuti yang ia punya hanya seminggu. Itu berarti dua hari lagi mereka sudah harus kembali beradi di Kota X.
“Ada apa, hum?” Owen bertanya seraya membelai puncak kepala istrinya.
Bukannya menoleh pada suaminya, Tessa malah memalingkan wajahnya. Menatap padatnya jalan raya melalui jendela mobil. Pikirannya menerawang, mengingat hal terakhir yang ia bicarakan bersama Sea.
“Bun,” panggil Owen.
“Hem,” jawab Tessa tanpa mengubah arah pandangannya.
“Apa tadi terjadi sesuatu, saat kamu bertemu Sea dan Phila?” selidik Owen.
Cukup lama Tessa diam. “Nggak ada,” jawabnya singkat.
“Baiklah. Tapi jika kamu butuh seseorang untuk bercerita, aku siap untuk mendengarkanmu,” ucap Owen.
Tessa semakin memalingkan wajahnya. Tak ingin suaminya melihat genangan air mata di kedua netranya. Mana mungkin aku bisa jujur padamu, Bang. Jika saat ini aku takut seandainya Alfio benar-benar menemuiku dan mengetahui perihal Aya, batin Tessa.
Salah satu mobil milik orang tua Tessa terus melaju. Tanpa terasa, suasana hening selama perjalanan akan segera berakhir. Gerbang yang tinggi menjulang dibuka dari dalam oleh tukang kebun merangkap keamanan di rumah Tessa.
“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga,” celetuk Owen.
Tessa yang sejak perjalanan tadi memejamkan matanya untuk berpura-pura tertidur, perlahan membuka matanya. “Hem … sudah sampai rumah ya, Bang?”
Owen tertawa melihat raut wajah Tessa. Dia tahu istrinya tadi hanya berpura-pura. “Iya, sudah sampai,” jawab Owen.
“Kamu sih … dari tadi tidur melulu,” imbuhnya.
“Iya nih, Bang. Aku ngantuk banget. Maaf ya, sudah ninggalin Bang Owen Nyetir sendiri.”
Owen mengangguk. Keduanya saling pandang beberapa saat. Tessa menyadari jika Owen belum mematikan mesin mobil, dan itu bukan kebiasaannya.
“Loh, kita nggak turun nih?”
Pertanyaan Tessa dijawab gelengan kepala oleh suaminya. “Di sini dulu sebentar,” pinta Owen.
“Kenapa? Ada yang ingin diomongin?”
Owen lagi-lagi menggeleng. Jantung Tessa berdetak dua kali lebih cepat saat melihat sorot mata suaminya yang menatapnya. Sorot mata yang tak asing dan biasa ia jumpai saat keduanya hendak melakukan penyatuan.
“Bang, jangan aneh-aneh, deh!” Tegur Tessa.
Ia mengedarkan kepalanya ke sekeliling. Meski garasi mobil di rumahnya cukup luas dan sepi, tapi tak menutup kemungkinan jika seseorang juga akan berada di sana.
“Kamu mikir apa sih, Bun?” Tawa owen meledak. “Aku hanya ingin memelukmu. Boleh?”
“Kenapa bertanya?” Kedua alis Tessa mengerut.
Ia tahu suaminya adalah pria yang sopan. Bahkan setelah berkali-kali melakukan hubungan suami istri, Owen masih saja selalu meminta izin Tessa saat ingin meminta jatahnya.
Owen lalu membawa tubuh Tessa untuk ia dekap dengan erat. “Terima kasih karena sudah kuat, sabar, dan bertahan dengan rumah tangga kita yang tak mudah,” ungkap Owen.
Satu kalimat Owen membuat luruh air mata Tessa. Dalam dekapan suaminya, ia kini menangis. Seolah ia sedang mencurahkan isi hatinya dalam setiap buliran bening air matanya.
Ibu muda itu terus menangis, semakin membenamkan kepalanya pada dada bidang suaminya. Tak ia pedulikan kemeja Owen yang mulai basah karena air matanya.
Yang ia tahu, setiap usapan lembut Owen pada punggung juga kepalanya, mampu menenangkan dari bayang-bayang yang menakutinya. Bayangan jika suatu saat, pria yang tak ia harapkan kehadirannya datang kembali. Menghancurkan hidup dan rumah tangganya saat ini.
Cukup lama Tessa menangis, bahkan kini ia sesenggukan dengan mata yang sembab. Sekali lagi ia mengusap sisa-sisa air matanya di kemeja suaminya, sebelum ia mencoba melerai pelukan Owen.
“Bang, sampai kapan kita akan berumah tangga?” tanya Tessa.
“Maksudmu?” Owen bertanya kembali untuk memastikan pertanyaan aneh istrinya.
“Ya, maksudku … sampai kapan kamu akan menjadi suamiku, menjadi ayah Ayasya?”
Owen menggeleng merasa pertanyaan istrinya semakin aneh. “Mengapa bertanya? Mana aku tahu jawabannya,” jawab Owen.
Tessa menunduk, tak ada kepastian dalam jawabab Owen.
“Hei! Jangan berpikir macam-macam. Sama seperti bagaimana bisa kita menikah, bagaimana kita berakhir nanti itu menjadi rahasia Sang Pencipta.”
“Menjadi suamimu, ayah dari putri kita, tak pernah terbayangkan dalam benakku. Kamu juga pasti tahu itu. Tapi lihatlah bagaimana cara Tuhan menyatukan kita,” lanjut Owen.
Tessa semakin menunduk. Ucapan suaminya benar, dia telah dihantui oleh hal yang belum pasti.
Owen menggenggam kedua tangan Tessa. “Dengarkan baik-baik! Sampai detik ini, tak pernah sedikit pun terbersit niat, baik dalam hati maupun pikiranku untuk meninggalkan kalian. Kamu yang paling tahu betapa besarnya cinta dan sayangku pada Ayasya. Kamu yang paling tahu, bagaimana aku yang tak bisa jauh dari putri kita.”
Tessa diam mematung. Mencerna setiap kata yang diucapkan Owen. Ya, aku tahu. Tanpa kamu katakan pun, aku tahu jika kamu sangat menyayangi Ayasya. Aku sangat bersyukur karenanya. Tapi, bagaimana denganku? Pertanyaan dalam batin Tessa yang tak dapat ia ungkapkan.
Kerena Tessa yang masih bergeming, terpaska Owen mengecup keningnya agar kesadaran istrinya itu kembali. “Jangan berpikir yang macam-macam lagi. Janji?”
Tessa mengangguk dengan bibir yang tersenyum. “Bang, maaf. Kemejamu basah,” ucap Tessa seraya menunduk.
Owen menunduk, memandang bagian dadanya yang memang basah karena air mata istrinya. “Bukan masalah. Ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan aku yang membuatmu basah semalam,” ucap Owen menggoda istrinya.
Dan berhasil, wajah Tessa sontak merona. Ia menatap suaminya dengan mata yang membola. “Bang! Ih … m*sum!” pekik Tessa kemudian keluar lebih dulu dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.
Owen terbahak melihat istrinya berlari seperti itu, ia sempat berteriak untuk memperingatkan agar Tessa berhati-hati.
Saat tubuh Tessa menghilang di balik pintu, raut wajah Owen seketika berubah. “Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa Tessa tiba-tiba membahas perpisahan. Mungkin aku perlu bertanya pada Sea,” gumam Owen lirih.
...…...
Seminggu sudah sejak kepulangan keluarga Owen kembali ke kota X. Semenjak kepulangan mereka, Owen kembali disibukkan dengan pekerjaannya di rumah sakit. Sedangkan di rumah, Tessa dan Ayasya disibukkan dengan menata semua barang-barang yang mereka bawa dari Kota P.
Hari ini, kamar Ayasya yang mendapat giliran. Keduanya kini sedang menata ulang kamar. Hal itu karena Mami Fhanie membeli banyak sekali mainan, pakaian, juga barang-barang kebutuhan cucunya. Bahkan beberapa hari yang lalu Owen sampai harus membeli lemari tambahan untuk menyimpan semua barang-barang itu.
“Yes! Akhirnya selesai juga.” Tessa bertepuk tangan yang segera diikuti oleh putri kecilnya, Ayasya.
“Aya, makasih ya … sudah bantuin Bunda,” ucap Tessa pada putrinya.
Ayasya mengangguk. “I-ya. Ma-acih, Unda,” balas Ayasya yang berhambur memeluk sang Ibu.
Setelah itu keduanya asyik rebahan di atas karpet berbentuk dan bermotif buah stroberi di kamar Ayasya. Owen yang baru pulang bekerja, tersenyum kala melihat pemandangan yang indah itu dari ambang pintu kamar putrinya.
“Ekhem … lagi ngapain, sih? Sepertinya seru banget. Tapi Ayah nggak diajakin,” ucap Owen berpura-pura memasang raut wajah sedihnya.
“A-yah!” Pekik Ayasya yang gembira menyambut Ayahnya.
Owen dengan sigap menggendong Ayasya yang berlari ke arahnya. “Sudah sore tapi anak Ayah belum mandi. Masih bau,” ucap Owen seraya menciumi pipi putrinya.
“Astaga, keasyikan di kamar Aya aku sampai lupa waktu. Aku juga belum memasak,” ucap Tessa.
“Sudah, nggak papa,” balas Owen.
“Kamu siap-siap, gih. Nggak usah masak, aku lagi kepengen makan nasi goreng di warung makan depan kompleks.”
“Hem, boleh juga tuh. Makasih suamiku yang tampan dan pengertian,” ucap Tessa sebelum keluar dari kamar putrinya.
Tak lama berselang, keluarga kecil itu sudah siap untuk pergi. Tessa dan Ayasya tentu saja mengenakan pakaian dengan warna senada. Karena jarak yang tak terlalu jauh, mereka memutuskan untuk berjalan kaki menuju warung makan itu.
Owen mendorong stroller Ayasya, sedangkan Tessa bergelayut manja di lengan suaminya. Sungguh potret keluarga yang harmonis.
Belum jauh berjalan, perhatian mereka tertuju pada rumah yang biasanya tak berpenghuni kini sedang ramai. Ada sebuah mobil box besar terparkir di depannya.
“Bang, sepertinya kita akan kedatangan tetangga baru nih,” celetuk Tessa.
Owen tak menjawab. Ia hanya menoleh sekilas, sebab tak tertarik dengan hal itu.
“Semoga tetangga baru kita itu wanita yang seumuran aku, Bang. Biar aku nanti ada teman ngobrolnya,” ucap Tessa yang tak direspon oleh Owen.
Sepertinya doa Tessa terkabul. Baru beberapa langkah melewati rumah itu, langkah Owen dan Tessa harus terhenti karena panggilan seorang wanita.
“Permisi!”
“Hei, tunggu!”
Owen juga Tessa berbalik. Jika Tessa segera memasang senyumnya, untuk menyambut wanita yang kini berjalan menghampiri mereka. Berbeda dengan Owen yang tubuhnya seketika menegang.
Tak mungkin! Batin Owen.
“Hei, maaf mengganggu,” ucap wanita itu ramah.
“Kamu … Owen, kan?” tanyanya dengan sorot mata yang berbinar.
...——————...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...