Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ¹⁸ - we will meet again
Rifan kini sudah hendak masuk ke mobil. Namun sebelum itu, Fatma memaksanya untuk menatap.
"Jangan pernah melakukannya lagi, Fan! Kalau Ibu tahu kau melakukannya lagi dengan wanita manapun, Ibu akan nikahkan kamu! Ngerti?!" omel Fatma dengan mata melotot.
"Baik, Bu. Aku pergi sekarang." Rifan mencium tangan Fatma. Ia segera masuk ke mobil.
Tanpa sepengetahuannya, Alisha menatap kepergiannya dari jendela. Wajah cewek itu sulit dijelaskan. Namun hatinya tentu sedih saat melihat Rifan pergi.
Kedua tangan Alisha terkepal erat. Sepertinya dia tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Dia tak akan melepaskan Rifan semudah itu.
"Kau akan kembali padaku, Fan!" gumam Alisha. Ia melihat mobil yang membawa Rifan sudah semakin jauh.
Sementara Rifan, dia sekarang sibuk dengan ponselnya. Ia memberitahu Citra yang tidak lain adalah pacarnya hingga saat ini bahwa hubungan mereka berakhir di sini.
'Aku sampai lupa sama Citra karena Alisha. Harusnya aku putusin Citra lebih awal,' batin Rifan. Ia merasa bersalah pada Citra.
Rifan tidak mendapatkan balasan sama sekali dari Citra. Tapi yang jelas, semenjak itu Rifan tak punya hubungan lagi dengan gadis manapun.
Sesampainya di terminal, Rifan langsung menaiki bus. Butuh 3 jaman untuk sampai ke kampung halamannya saat itu.
Rifan banyak melamun ketika di perjalanan. Ia merasa sedih, tapi juga lega. Benar-benar perasaan yang sulit dirinya pahami. Di sepanjang jalan Rifan bahkan tak bisa tidur.
...***...
Tibalah Rifan di kampung halamannya bernama Desa Bukit Biru. Udara di sana begitu sejuk, masih banyak pepohonan asri di sana. Kebanyakan penduduknya bertani dan berkebun. Termasuk kakek dan neneknya Rifan.
"Rifan! Loh? Kenapa mendadak pulang? Nggak ada kasih kabar apa-apa lagi?" Dijah, neneknya Rifan langsung menyambut kedatangan Rifan.
"Aku kayaknya nggak cocok sama kota, Nek. Mau tinggal di kampung aja. Sekalian jaga nenek dan kakek kan?" tanggap Rifan.
"Begitu kah?" Dijah tampak bingung.
"Kenapa? Nenek nggak senang aku pulang?" tanggap Rifan.
"Bukan begitu. Nenek merasa aneh saja. Tapi kalau itu keputusanmu, tentu Nenek juga senang. Kau makin ganteng aja." Dijah memeluk Rifan dan mengajak sang cucu masuk ke rumah.
"Mana kakek, Nek?" tanya Rifan.
"Biasalah, di ladang," jawab Dijah.
"Nanti aku mau bantu berkebun di ladang juga boleh kan?"
"Tentu saja boleh. Biar Nenek buatkan pecel kesukaanmu ya. Kau pasti lapar."
Pertemuan nenek dan cucu itu berakhir hangat. Rifan segera meletakkan tasnya ke dalam kamarnya. Ia merapikan berkas-berkas yang akan digunakannya untuk mengurus kepindahan sekolah. Namun Rifan harus menunggu beberapa hari dulu untuk bisa bersekolah lagi. Mengingat sang ibu harus mengurus surat kepindahan di sekolah terdahulu.
Ponsel Rifan mendadak berdering. Meski di kampung, desa Rifan tergolong maju terkait teknologi. Sinyal masih bisa ditemukan dengan mudah di sana.
Rifan mendapat telepon dari Alisha. Sebenarnya itu adalah panggilan Alisha yang ke delapan belas. Semenjak kepergiannya dari rumah keluarga Lesmana, Alisha tak berhenti menelepon. Namun Rifan memilih tak mengangkatnya.
Untuk sekarang, Rifan akhirnya memutuskan mengangkat telepon Alisha.
"Kenapa baru diangkat sekarang?! Sialan!" timpal Alisha dari seberang telepon.
"Haruskah kau mengumpat begitu?" balas Rifan.
"Kau pikir aku tidak kesal?! Kau mengabaikan teleponku sejak tadi! Apa kau benar-benar berniat pergi meninggalkanku?!"
"Kenapa? Kau sudah merindukanku?! Eh tunggu, atau rahimmu yang merindukanku?!"
"Sialan kau! Kenapa kau terkesan seperti menyalahkanku?! Kau juga suka kan saat kita melakukannya?"
"Tapi semuanya berawal karenamu! Kau yang menggodaku, Al!"
"Salahmu yang tidak tahan dengan godaan!"
"Kau pikir aku bisa tahan dengan godaanmu yang gila itu! Kau itu cewek tergila yang pernah aku temui!" Rifan meluapkan semua emosinya.
"Tapi... Kau menyukaiku karena itu kan, Fan?" nada suara Alisha mendadak berhenti meninggi.
"Aku benar-benar tak bisa mengerti dirimu," ungkap Rifan.
"Aku akan pastikan kita akan bertemu lagi, Fan. I can feel it, dan kita akan bercinta lebih panas dari sebelum-sebelumnya..." sahut Alisha.
"Bacot! Sudah jelas ini akhir bagi kita. Jangan menghubungiku lagi. Aku blokir nomormu!" tegas Rifan.
"Sampai ketemu nanti." Alisha malah menyahut begitu.
Mata Rifan membulat. Ia memilih memutuskan telepon dan langsung memblokir nomor Alisha. Itu memang adalah keputusan sulit, namun Rifan tidak mau mengecewakan ibunya lagi.
Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT...✌️
Ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman manusia diciptakan, meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT...🤫
Pada akhirnya menyesal karena telah menyia²kn org yg dgn tulus mencintaimu apa adanya...😥😰
Terlebih jika kalian tidak dapat bersama karena beragam alasan tertentu. Misalnya saja karena perbedaan ataupun masalah lainnya yang akhirnya membuat kalian memutuskan pergi ke jalan masing-masing.
Namun sekali lagi keadaan menuntut kalian agar satu sama lain benar-benar mengikhlaskan karena tak bisa bersama.
Ketika kamu sudah bisa merelakan segala sesuatu yang kamu senangi, di situlah kamu sudah belajar ikhlas.
Belajar untuk merelakan dan ikhlas akan membuatmu lebih dewasa dan mampu kembali menatap masa depan tanpa beban masa lalu...🤧😭