NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.

​Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.

​Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!

Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 07 : Mustahil

Aku melangkah keluar dari kereta, kembali ke sebuah lorong yang asing, jantungku berdebar karena campuran antara teror dan secercah harapan yang gila.

Dia tidak menolakku, tapi juga tidak menerimaku. Dia memberiku kunci. Kunci yang tergantung di atas jurang tanpa dasar.

Aku berjalan kembali ke jalan utama dengan langkah mekanis, pikiranku berdengung oleh kata-kata Duke: Surat resmi, dengan segel dan tanda tangannya. Waktu sampai lusa.

Mustahil. Kata itu terus berputar di kepalaku. Mustahil.

"Nona!" Suara Lila yang ceria memecah lamunanku. Dia berlari kecil ke arahku sambil membawa sebuah kotak kue yang diikat pita cantik. "Anda dari mana saja? Saya sudah menunggu."

Aku memaksakan seutas senyum. "Maaf, perutku sedikit mulas. Aku mencari apotek terdekat." Itu adalah kebohongan yang lemah, tapi Lila terlalu polos untuk mencurigainya.

Perjalanan kembali ke kediaman terasa seperti mimpi buruk. Lila berceloteh tentang betapa indahnya ibu kota, sementara aku duduk diam, menatap ke luar jendela tanpa melihat apa-apa. Pikiranku adalah sebuah badai.

Bagaimana? Bagaimana mungkin aku, seorang putri bangsawan yang diawasi, bisa mendapatkan dokumen rahasia dari Marquess Tyran?

Mencuri secara langsung? Konyol. Kediaman Marquess dijaga lebih ketat daripada benteng kerajaan. Menyuap pelayannya? Aku tidak punya uang sebanyak itu, dan kesetiaan mereka pada sang ular sangat terkenal.

Tidak. Kekuatan fisik dan uang tidak akan berhasil di sini. Aku harus menggunakan satu-satunya senjata yang kumiliki: pengetahuanku tentang masa depan, dan pemahamanku tentang sifat manusia.

Malam itu, kamarku telah berubah menjadi ruang perang. Aku tidak menyalakan lampu, hanya satu lilin kecil di meja tulisku yang berkedip-kedip, menciptakan bayangan panjang yang menari-nari di dinding. Di selembar perkamen, aku menuliskan masalah utamanya.

Tujuan: Surat Penarikan Investasi Marquess Tyran.

Hambatan: Surat itu ada pada Marquess atau agennya. Aku tidak bisa mendekati mereka.

Solusi:

Aku menatap kata Solusi yang kosong. Jika aku tidak bisa mendatangi gunung, maka gunung yang harus datang kepadaku. Aku tidak bisa mengambil surat itu, jadi aku harus membuat seseorang membawanya keluar untukku.

Aku memejamkan mata, berusaha mengusir kepanikan. Putus asa tidak akan menyelamatkan siapapun. Aku harus berpikir. Tidak dengan kekuatan, tapi dengan... pengetahuan

Pikiranku kemudian tertuju pada satu nama. Corvus dari Vane.

Di kehidupanku yang lalu, aku tahu Corvus adalah manajer keuangan Marquess untuk wilayah selatan. Dia adalah pria yang sangat teliti, arogan, dan sangat protektif terhadap posisinya.

Dia melihat semua orang sebagai saingan, terutama seorang pria bernama Lucian, agen Marquess yang lain yang lebih disukai karena kelicikannya. Kelemahan terbesar Corvus bukanlah uang meskipun dia serakah, tapi rasa takutnya akan digantikan. Paranoia-nya.

Itulah celah di baju zirahnya.

Sebuah rencana mulai terbentuk di benakku, sebuah jaring yang rumit dan berbahaya. Aku tidak akan menyentuh Marquess. Aku akan membuat para bawahannya saling curiga hingga salah satu dari mereka melakukan kesalahan.

Aku mengambil selembar perkamen bersih dan mulai menulis draf. Sebuah surat palsu.

Dari: Baron Latona.

Untuk: Lucian.

Isinya harus singkat dan penuh makna ganda.

Kawan lamaku, Lucian.

Mengenai 'proyek sekunder' kita, semuanya berjalan sesuai rencana. Bagian keuntungan tambahanmu aman. Tuan kita lebih suka berurusan dengan orang yang bisa menjaga mulutnya tetap tertutup dan bekerja dengan efisien. Mari kita bertemu besok sore di kedai 'Anggur Merah' untuk membahas detail terakhir.

Setiap kata adalah racun yang dirancang khusus untuk Corvus.

Proyek Sekunder dan Keuntungan Tambahan akan memicu keserakahannya.

Tuan Kita Lebih Suka akan memicu rasa iri dan paranoia-nya terhadap Lucian.

Menjaga Mulutnya Tetap Tertutup akan membuatnya berpikir bahwa Baron Latona dan Lucian menganggapnya sebagai orang yang tidak becus.

Sekarang, bagaimana cara agar surat ini sampai ke tangan Corvus, bukan Lucian? Dan bagaimana cara mendapatkan surat penarikan investasi itu darinya?

Rencanaku berlanjut. Surat ini akan Salah kirim. Aku akan menyewa seseorang untuk mencegat kurir asli Lucian, dan menyelipkan surat palsu ini di antara surat-suratnya yang lain. Tapi aku butuh seseorang yang bisa melakukan itu. Seseorang dari dunia yang berbeda dari duniaku.

Aku bangkit dan berjalan ke kotak perhiasanku. Di bagian paling bawah, di bawah lapisan beludru palsu, tersimpan satu-satunya peninggalan berharga dari Ibuku yang tidak pernah berani Ayah jual: sebuah kalung safir yang indah.

Ibuku pernah berkata ini adalah dana daruratku. Aku tidak pernah menyangka akan menggunakannya untuk hal seperti ini.

Aku mengambil kalung itu. Dingin dan berat. Harga dari pertaruhanku.

Ada sebuah tempat di distrik bawah ibu kota, sebuah kedai teh yang dari luar terlihat biasa saja, tetapi di ruang belakangnya berfungsi sebagai Rumah Informasi.

Tempat di mana rahasia, rumor, dan jasa-jasa terlarang diperjualbelikan. Di kehidupanku yang lalu, aku pernah mendengar para istri Marquess berbisik tentang tempat itu.

Aku harus pergi ke sana. Malam ini juga.

Waktu hampir habis. Penandatanganan kontrak akan dilakukan lusa. Artinya, transfer dana akan terjadi paling cepat besok pagi. Marquess pasti sudah menyiapkan surat penarikan investasinya hari ini, untuk dieksekusi kapan saja. Aku harus bergerak sekarang.

Aku kembali mengenakan pakaian berkuda berwarna gelapku, menyembunyikan kalung safir di kantong tersembunyi. Aku menyelubungi kepalaku dengan tudung jubah.

Menyelinap keluar dari kediaman untuk kedua kalinya dalam dua malam terasa lebih mudah. Rasa takutku telah digantikan oleh fokus yang dingin.

Jalanan ibu kota di malam hari adalah binatang yang berbeda. Lorong-lorongnya gelap, dipenuhi bayangan dan suara-suara aneh. Aku menarik tudungku lebih rendah, berjalan cepat melewati bar-bar yang ramai dan rumah-rumah kumuh.

Akhirnya, aku menemukannya. Sebuah kedai teh kecil yang terjepit di antara dua bangunan besar, dengan lentera merah redup yang tergantung di atas pintunya. Kuncup Melati, begitu tulisan di papan namanya. Sangat puitis untuk tempat yang begitu berbahaya.

Aku berhenti sejenak di seberang jalan, jantungku berdebar kencang. Ini adalah titik tanpa jalan kembali. Melangkahi ambang pintu itu berarti aku akan selamanya tercemar oleh dunia bawah. Aku tidak akan pernah bisa menjadi putri bangsawan yang naif lagi.

Namun, gadis itu sudah lama mati.

Aku menarik napas dalam-dalam, menyeberangi jalan berbatu yang basah, dan mendorong pintu kedai teh itu.

Aroma teh melati yang manis bercampur dengan bau tembakau dan alkohol yang menyengat. Ruangan itu remang-remang, dipenuhi oleh beberapa sosok bayangan yang duduk di sudut-sudut gelap.

Seorang wanita tua dengan wajah penuh keriput menyambutku dari balik meja. Matanya yang kecil dan tajam menilaiku dari atas ke bawah.

"Anda tersesat, Nona Manis?" tanyanya, suaranya serak.

Aku tidak menjawab. Aku hanya meletakkan satu koin perak di atas meja dan berbisik, "Saya di sini untuk memesan teh yang tidak ada di menu. Teh Jaring Laba-laba."

Itu adalah kata sandi yang kudengar dari bisikan para istri Marquess.

Mata wanita tua itu sedikit melebar. Dia mengambil koin itu, lalu menunjuk ke sebuah tirai manik-manik di belakangnya. "Lewat sana. Tunggu giliranmu."

Aku mengangguk, dan dengan jantung yang terasa seperti akan melompat keluar dari dadaku, aku melangkah melewati tirai itu, masuk lebih dalam ke sarang laba-laba.

1
BlackMail
Makasih udah mampir.🙏
Pena Santri
up thor, seru abis👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!