Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah...
Anak itu sendirian di sana, sementara mereka menikmati waktu bersama. Bercanda dan tertawa, sedangkan dia kesepian.
Waktu semakin petang, matahari mulai tenggelam ke barat, tapi tak ada tanda-tanda pintu itu akan di buka oleh seseorang.
Celine yang tadinya tertidur karena kelelahan perlahan terbangun, dia melihat ke sekelilingnya dan masih mendapati dia di dalam gudang.
"Kapan Celine akan dikeluarkan?" bisiknya pelan pada dirinya sendiri. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa akan ada seseorang yang mengeluarkan dirinya dari sana.
Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah gudang, semakin lama semakin terdengar. Dan suaranya berhenti tepat di depan pintu gudang itu.
Celine menatap ke arah pintu, mencari-cari apakah ada seseorang yang akan membukakan nya. Tapi ternyata dia salah, seseorang yang berdiri di depan pintu itu tak melakukan apapun.
Hanya datang dan berdiri disana, lalu setelah itu pergi menjauh tak tahu apa maksudnya. Dia bahkan tak tahu siapa yang ada di depan pintu itu.
Dengan pelan dia pun akhirnya mengeluarkan suaranya. "Papa!... papa. Pa... keluarkan Celine paa" ucapnya dengan suara yang tak begitu kuat.
Dia pun memutuskan untuk mendekat ke pintu, duduk di depan pintu dengan kaki diluruskan ke depan.
"Papa kenapa tidak membukakan pintunya?" gumamnya pada dirinya sendiri. Dia mulai menghitung waktu. Sekarang sudah pukul lima sore kalau dilihat dari cuaca langitnya.
Celine hanya bersandar di pintu itu, meratapi nasibnya. "Papa kenapa seperti ini sekarang?" gumamnya hampir tak terdengar.
Tak lama kemudian suara kunci berputar di pintu terdengar. Pintu tiba-tiba di dorong yang membuat nya terkejut, tak ada suara langkah kaki sebelum nya dan tiba-tiba saja ada yang membuka pintu.
Celine mendongak ke atas, melihat siapa yang datang untuk membukakan pintu. Ternyata Michael, kakak pertamanya.
"Ayo keluar" ucapnya dengan nada dingin, tetap acuh tak acuh pada Celine.
Celine yang melihatnya hanya bisa mengangguk pelan menyetujuinya, tak banyak bicara. Dia langsung berdiri dengan susah payah, berjalan dengan kaki sedikit pincang.
Michael yang melihat itu hanya diam memperhatikan, tapi dia bisa melihat luka yang ada di lutut Celine. Dia hanya menghembuskan nafas panjang menunggu gadis itu untuk berjalan masuk ke dalam rumah.
"Kakimu... Terluka karena apa?" dia akhirnya bicara, nadanya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Dari sorot matanya dia tampak sedikit peduli tapi tak mau mengakuinya.
Celine yang berjalan pincang itu pun memandang ke arah kakaknya. "Jatuh" jawabnya singkat dan terus berjalan.
"Maksud ku, jatuh nya karena apa?" tanya nya lagi membutuhkan jawaban yang lebih rinci dari adiknya itu.
"Karena...papa dorong ketika menyuruhku masuk ke dalam gudang" jawabnya lagi dengan suara pelan.
Michael hanya mengangguk, tapi tetap melirik ke arahnya. "Baiklah kalau begitu" dia pun berjalan mendahului Celine, meninggalkan gadis kecil itu sendirian.
Sementara Celine dengan susah payah menaiki anak tangga yang banyak hanya untuk bisa sampai di kamarnya.
Dengan tertatih-tatih dia berjalan dan sampai di depan pintu kamarnya. Merasa lega, dia pun langsung masuk ke dalam dan mengunci pintunya.
Dia masih berpikir ke mana perginya bibi Erina, kenapa tak ada terlihat dari dia pulang sekolah tadi. Tapi, dia tak memikirkannya lebih lanjut, dia memilih untuk membersihkan dirinya dan segera naik ke tempat tidur untuk beristirahat.
Celine pun dengan iseng membuka ponselnya, dia sedikit kaget melihat layar dengan panggilan tak terjawab yang begitu banyak dari kakaknya. Bahkan, paman nya juga menelpon nya yang pada akhirnya tak terjawab oleh Celine.
Dia pun mendapati pesan teks dari kakanya saat itu juga. "Kamu, tidak apa-apa Celine?" isi pesan kakaknya.
Celine pun dengan cepat membalas pesan teks kakanya itu. "Tidak apa-apa kak, Celine baik-baik saja." balasnya singkat.
Celine pun memutuskan untuk tidur cepat malam itu. Dia begitu lelah, lelah menangis, lelah menunggu, lelah menahan rasa sakit.
Lanjutnya, dia menerima pesan teks lagi dari kakaknya, tapi dia memutuskan untuk tidak melihat atau membalasnya. Dia sudah memejamkan mata nya dan sekarang mencoba untuk terlelap.
"Kalau kamu butuh sesuatu katakan pada kakak, ya."
"Kalau kamu ada apa-apa, katakan pada kakak. Jangan di simpan sendirian."
Itulah pesan teks terakhir yang dikirimkan Felix pada Celine. Dia hanya berharap adik kecilnya itu baik-baik saja dirumah sendirian.