NovelToon NovelToon
Jadi Istri Om Duda!

Jadi Istri Om Duda!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Duda
Popularitas:504
Nilai: 5
Nama Author: Galuh Dwi Fatimah

"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Kamar

“Jalan kaki? Malem-malem gini?” Riri menatap sekitar dengan mata membesar. Pantai itu gelap, hanya ada lampu redup di beberapa titik.

“Tenang saja. Saya kan gak akan ninggalin kamu sendirian,” kata Bastian sambil berjalan pelan. “Ayo, sebelum malam tambah larut.”

Riri dengan setengah terpaksa mengikuti di belakang. “Ini kayak film horor, Pak. Nanti tiba-tiba muncul zombie dari balik pohon kelapa atau ada hantu Pantai, gimana?” ucap Riri yang sudah dipenuhi banyak pikiran buruk.

“Kalau zombie atau hantu tiba-tiba muncul, saya suruh kamu lari duluan,” jawab Bastian dengan nada serius tapi matanya berkilat geli.

“Pak! Jahat banget!”

“Supaya kamu latihan lari. Kan kamu masih muda. Lagipula, memangnya kamu mau kalau saya yang lari duluan, terus kamu saya tinggal?” katanya santai.

Riri mendengus, “Ya enggak dong Pak, Bapak harusnya nyelametin aku duluan dong.”

“Makanya, kamu jangan suka ninggalin rombongan, Ketinggalan kan jadinya” balasnya cepat.

Riri terdiam, “Ya… saya juga gak sengaja Pak… Mana saya tau kalau mereka pergi gitu aja”

"Udah, jangan ngeluh terus. Yang semangat jalannya."

---

Mereka berjalan berdampingan di jalan kecil menuju jalan raya. Hanya terdengar suara ombak dan jangkrik yang meramaikan malam. Riri sesekali melirik ke arah Bastian, yang tetap berjalan dengan tangan di saku, tenang seolah situasi ini bukan masalah besar.

“Pak, Bapak gak khawatir ya?” tanya Riri akhirnya.

“Kalau saya panik, kamu pasti makin panik. Jadi lebih baik saya tetap tenang,” jawabnya singkat.

“Hmm… Pak Bastian tuh ya, selalu kelihatan tenang dan keren,” gumam Riri pelan tanpa sadar.

Bastian berhenti sejenak, menoleh. “Apa kamu bilang tadi?”

“Enggak!” Riri cepat-cepat melambai, wajahnya panas.

Mereka kembali berjalan. Namun karena jalanan agak licin, Riri tanpa sengaja terpeleset.

“Aaakh!”

Refleks, Bastian meraih pergelangan tangannya dan menariknya ke pelukannya agar tidak jatuh. Tubuh Riri menempel ke dadanya, jarak mereka hanya beberapa centimeter. Mata mereka saling bertemu — detik itu terasa lebih lama dari biasanya.

“Pak…” suara Riri nyaris seperti bisikan.

Bastian menelan ludah pelan, namun tetap menjaga ekspresi tenang. “Kamu… hati-hati dong Ri. Kamu ini senang banget jatuh ya?” katanya akhirnya sambil perlahan melepaskan.

“Ma-maaf, Pak.” Riri menunduk, pipinya merona.

Riri mengerang pelan sambil duduk di pinggir jalan. “Aduh… kaki aku sakit banget, Pak…”

Bastian langsung jongkok di depannya, memeriksa pergelangan kaki Riri. “Kamu salah injak pasir tadi ya? Ini kayaknya keseleo ringan.”

“Ya ampun… kenapa sih malem ini sial banget,” Riri mengusap rambutnya frustrasi. “Pertama ketinggalan rombongan, sekarang kaki keseleo. Besok tinggal tunggu UFO turun aja.”

Bastian menahan tawa. “Kamu ini, masih aja sempat bercanda.”

“Sakit tapi…,” gumamnya memonyongkan bibir.

Melihat kondisi Riri, Bastian menatap sekitar. “Kita gak bisa jalan jauh kalau kayak gini. Di depan sana sepertinya ada penginapan kecil. Kita istirahat di sana dulu, besok pagi baru kembali ke hotel.”

“Menginap… berdua?” Riri menatapnya, matanya membesar.

“Kamu mau saya gendong sampai hotel utama?” tanya Bastian datar tapi dengan alis sedikit terangkat.

Riri langsung menggeleng. “Enggak usah… penginapan juga gak papa,” katanya pelan.

---

Setelah berjalan tak berapa lama, mereka tiba di penginapan kecil dengan nuansa kayu khas pesisir. Riri setengah dipapah oleh Bastian. Petugas resepsionis pun menyambut mereka dengan ramah.

“Permisi, apa ada kamar yang kosong?” tanya Bastian.

Petugas melihat daftar. “Ada Pak, tapi kebetulan hanya tinggal satu kamar lagi, Pak.”

“Satu?” Riri refleks mendekat ke meja, ekspresi panik. “Maksudnya satu kamar… untuk berdua?”

Petugas tersenyum canggung. “Iya, kebetulan kamar lain sudah penuh karena ini weekend.”

Bastian menghela napas panjang. “Saya ambil kamar itu. Kami cuma perlu tempat istirahat sampai besok pagi.”

“Baik, Pak. kalau begitu Ini kuncinya. Mari saya antar.”

Riri menarik lengan Bastian pelan. “Pak… kita satu kamar?”

“Tenang. Saya bisa tidur di sofa. Kamu istirahat di kasur. Ini cuma satu malam, Ri” jawabnya tenang.

“Ya tapi… ini kayak adegan sinetron, tahu nggak,” bisik Riri pelan.

Bastian menatapnya datar. “Kalau ini sinetron, kamu udah saya tinggal dari tadi.”

Riri melotot. “Pak!”

---

Begitu masuk, kamar itu terlihat sederhana. Satu ranjang queen size, satu sofa kecil, dan satu jendela besar menghadap laut malam. Riri duduk di kasur sambil memegangi pergelangan kakinya.

“Biar saya lihat kaki kamu,” ujar Bastian, berjongkok di depannya.

“Eh… nggak usah repot-repot, Pak…” Riri gugup saat Bastian perlahan menggenggam pergelangan kakinya untuk memastikan tidak ada bengkak parah. Sentuhan itu bikin jantungnya berdegup aneh.

“Kamu gak perlu tegang begitu,” ucap Bastian tanpa menatap wajahnya.

“Siapa yang tegang…” Riri berpaling, pipinya memerah.

Setelah memastikan hanya keseleo ringan, Bastian berdiri dan membuka tas kecilnya. “Kebetulan saya bawa salep otot. Kamu duduk diam.”

Ia mengoleskan salep perlahan ke pergelangan kaki Riri. Suasana hening sejenak. Hanya suara ombak yang terdengar dari luar jendela.

“Pak… Bapak sering banget ya traveling, bawa salep segala,” tanya Riri untuk memecah keheningan.

“Namanya juga umur segini. Salah gerak sedikit bisa encok,” jawabnya santai.

Riri terkikik kecil. “Bapak jujur juga ya.”

---

Bastian akhirnya duduk di sofa kecil, sementara Riri sudah berbaring di kasur. Namun ruangan itu cukup kecil sehingga jarak mereka tak begitu jauh. Lampu kamar pun diredupkan sesuai kesepakatan keduanya.

“Pak… makasih ya. Kalau bukan karena Bapak, mungkin saya masih nyangkut di jalan,” ujar Riri pelan.

“Sudah tugas saya memastikan karyawan saya aman,” jawabnya tenang.

“Tapi… Bapak kan bukan sekadar atasan. Bapak juga teman Papa saya…” gumam Riri, kemudian menyadari ucapannya sendiri. Ia buru-buru menutup mulutnya.

Bastian menatap ke arah jendela, tidak langsung membalas. “Justru karena itu saya harus lebih hati-hati,” katanya akhirnya, nada suaranya agak dalam.

Riri menatap punggungnya dari tempat tidur. Entah kenapa, dadanya terasa hangat… dan aneh.

Riri tidur begitu nyenyak semalam. Ia terbangun dengan sinar matahari pagi yang menyorot lewat jendela. Saat Ia menoleh — Bastian ternyata tertidur di sofa dengan posisi duduk setengah rebah, jaketnya dipakai sebagai selimut.

Riri tak bisa menahan senyum kecil. “Om duda satu ini… keren juga kalau tidur,” bisiknya pelan.

Riri duduk di tepi ranjang, memperhatikan pemandangan itu dengan hati yang entah kenapa berdebar aneh.

“Padahal tidurnya di sofa, tapi tetap kelihatan keren.” bisiknya pelan, sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Entah keberanian dari mana, Riri berdiri perlahan, lalu berjalan mendekat. Langkahnya berhati-hati agar tidak membangunkan Bastian. Ia kemudian mencondongkan tubuhnya, setengah membungkuk ke arahnya.

Dari jarak sedekat itu, ia bisa melihat jelas guratan wajah Bastian yang tampak tenang, alisnya tegas, hidungnya mancung, bibirnya sedikit terbuka karena napas dalam.

“Wajah tidur Bapak… bikin orang susah berpaling,” gumam Riri, senyum kecil muncul tanpa sadar. Pipinya merona.

Namun tepat saat ia sedang menikmati pemandangan itu, kedua mata Bastian tiba-tiba saja terbuka.

1
Grindelwald1
Wah, mantap!
Galuh Dwi Fatimah: terimakasih!!
total 1 replies
Niki Fujoshi
Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.
Galuh Dwi Fatimah: Terimakasih kak, semoga harimu selalu menyenangkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!