Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 12
Sugeng tak jadi mandi, dia malah memakai baju dan Sugeng memutuskan untuk berolahraga di halaman rumah. Dia berlari kecil dan mengangkat barbel, setelah itu dia kembali ke dalam kamar karena merasa sudah cape dan ingin mandi.
Namun, saat Sugeng masuk ke dalam kamar mandi, dia merasa begitu kaget karena melihat istrinya tak sadarkan diri. wanita itu tergeletak di lantai dengan dahinya yang Berdarah.
Kedua pergelangan tangannya memar dan memerah, begitu juga dengan pergelangan kedua kakinya, nampak memar dan merah seperti bekas ikatan.
"Sayang, kamu kenapa bisa seperti ini? Kamu terjatuh karena tidak hati-hati atau seperti apa?"
Sugeng yang panik langsung menggendong istrinya tersebut, dia menidurkan istrinya di atas tempat tidur. Lalu, dia memakaikan pakaian pada istrinya itu. Tak lupa dia berlari ke dapur untuk mengambil air hangat.
Dia mengelap tubuh istrinya dan memakaikan Inah baju, dia juga mengompres pergelangan kaki dan juga tangan Inah. Dia dengan telaten mengurus wanita itu.
"Anak kita masih kecil, Yang. Kamu gak boleh sakit, kamu harus segera sadar."
Cukup lama Sugeng menunggu istrinya, tetapi dia tidak kunjung sadar. Akhirnya dia meminta ibunya untuk menunggu istrinya tersebut, karena dia ingin segera mandi. Tak betah juga kalau harus diam dekat istrinya dengan tubuh yang berkeringat.
"Kamu cepet bangun, Mas mandi dulu."
Saat keluar dari dalam kamar mandi, Sugeng begitu kaget karena mendengar istrinya yang sedang berteriak-teriak. Matanya terpejam, tetapi tangannya melemparkan apa pun barang yang ada di dekatnya.
Wati sampai merasa ketakutan dan menghindar dari wanita itu, cepat-cepat Sugeng menghampiri istrinya tersebut. Lalu, dia memeluk wanita itu dengan cukup erat.
"Sadar, Sayang. Kenapa kamu malah marah-marah? Kenapa semua benda yang ada di sekitar kamu malah dilemparkan seperti itu?"
Inah seperti orang yang kesurupan, semua barang yang ada di dekatnya dilemparkan. Dia terus memaki dan berteriak minta tolong. Badannya penuh dengan keringat, wajahnya cemas dan rambutnya acak-acakan, tapi matanya tetap terpejam.
Sugeng yang takut istrinya kenapa kenapa langsung memeluknya dengan erat, tetapi wanita itu terus memberontak dan malah mendorong Sugeng sambil memukuli badan pria itu.
"Sialan! Dasar wanita sialan, dasar wanita jahanamm! Jangan tarik aku, tolong jangan bawa aku pergi ke neraka! Aku masih ingin hidup!"
Karena tidak tahan lagi akhirnya Sugeng menampar wajah wanita itu, Inah langsung sadar. Matanya bahkan terbuka, tak lama kemudian dia menangis.
"Mas, kamu tampar aku? Ini sakit banget loh, kenapa kamu tega?" tanya Inah sambil menangis tersedu-sedu. Dia bahkan memegangi pipinya yang terasa begitu panas.
"Kamu masih bisa berkata seperti itu setelah apa yang kamu lakukan, hah!"
"Maksudnya gimana, Mas?" tanya Inah tidak paham.
"Coba lihat apa yang sudah kamu lakukan!"
Sugeng meminta wanita itu untuk melihat suasana kamar yang ada di sana, dia bahkan meminta Inah untuk melihat dadanya yang membiru karena pukulannya.
"Ini maksudnya apa? Kenapa kamar kita begitu berantakan? Kenapa dada kamu juga begitu biru? Itu muka kamu juga merah loh, siapa yang sudah memukuli kamu?"
"Kamu, Inah. Dari tadi kamu cuma ngamuk terus bisanya, kamu mengatakan hal yang aneh-aneh. Sebenarnya kamu mimpi apa?"
"Mimpi?"
Inah mengingat ingat apa yang sudah terjadi terhadap dirinya, tak lama kemudian dia mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Dia bertemu dengan Romlah dan semuanya itu terlihat nyata.
Inah merasa tidak percaya kalau itu hanyalah sebuah mimpi, karena hal itu benar-benar sangat terlihat nyata dan membuat dia ketakutan setengah mati.
"Jadi, yang tadi itu mimpi ya, Mas?"
Sugeng memutarkan bola matanya dengan malas, sudah tahu jika semuanya mimpi, tapi wanita itu masih bertanya. Dia merasa kalau istrinya itu benar-benar bodoh saat ini, tak sepintar saat pertama mereka bertemu.
"Memangnya kamu mimpi apa sampai kamu ngamuk begitu? Kamu udah kaya orang gila tau nggak, lama-lama aku bisa gak tenang hidup sama kamu kalau kamu bersikap seperti itu terus!" sentak Sugeng penuh tanya.
Inah ketakutan, dia langsung bersimpuh di kaki Sugeng. Kalau pria itu bosan hidup dengan dirinya, lalu bagaimana kehidupannya dan juga Ayu ke depannya?
"Maafkan aku, Mas. Tadi aku mimpi bertemu dengan Romlah, nyata banget loh, Mas. Dia jadi wanita cantik dan katanya dia datang dari neraka untuk membalaskan dendam, dia mau bunuh aku."
"Halah! Ngimpi aja kok dianggap, Ibu sampai ketakutan tuh sama perbuatan kamu. Cepat minta maaf sama dia!" teriak Sugeng, Inah sampai kaget.
Inah cepat-cepat menolehkan wajahnya ke arah Wati, wanita itu masih terdiam mematung di pojokan kamar. Sepertinya dia masih sangat syok dengan apa yang dilakukan oleh Inah.
"Bu, maafkan aku, Bu. Tadi aku benar-benar tidak sadar, tadi aku mimpi bertemu dengan Romlah. Dia katanya ingin membalas dendam, Bu. Jadi, aku takut."
Wati masih menjaga jarak dengan wanita itu, tetapi dia menganggukkan kepalanya. Inah dengan cepat memeluk wanita itu, tetapi Wati dengan cepat mendorong tubuh Inah.
"Jangan dekat-dekat, ibu masih takut. Lepas!" teriak Wati.
Sugeng dengan cepat menghampiri Ibunya dan membawa ibunya itu keluar dari dalam kamarnya, dia membawa ibunya itu ke dalam kamar ibunya. Dia meminta pelayan untuk mengurusi ibunya tersebut, barulah dia kembali untuk menemui istrinya.
"Mending kita makan aja, aku lapar. Untuk kamar, nanti aku minta bibi rapikan."
"Ya," jawab Inah.
Keduanya akhirnya pergi ke ruang makan, karena pelayan sedang mengurus Wati, jadi yang menyiapkan makanan adalah Minati. Wanita itu begitu cekatan, walaupun sambil menggendong Ayu, tetapi dia masih bisa melakukan pekerjaan lain.
"Makasih ya, Mbak."
Sugeng mulai makan setelah mengatakan hal itu, melihat suaminya mulai makan, Inah dengan cepat mengambil piring dan menyendok nasi lengkap dengan lauknya.
Dia mengambil ikan dan juga sayur lodeh, terlihat sangat enak. Namun, saat dia hendak menyiapkan makanan itu ke dalam mulutnya, dia merasa ada yang bergerak pada piringnya.
Semakin diperhatikan, dia merasa kalau nasi yang ada di piringnya itu seperti belatung. Inah menolehkan wajahnya ke arah Sugeng, dia juga memperhatikan nasi yang ada di piring pria itu.
Nasi yang ada di piring pria itu nampak normal, tidak seperti nasi yang ada di piringnya yang seperti belatung. Dia tak jadi makan, dia merasa mual dan dengan cepat dia melihat ke arah Minati.
"Mbak mau bunuh saya, ya?"
"Hah? Maksudnya?" tanya Minati tak paham.
"Ini loh, kenapa di piring saya ada belatungnya?"
Sugeng yang sedang makan langsung menghentikan aktivitasnya, kemudian dia memperhatikan nasi yang ada di piring istrinya. Tak ada belatung di sana, hanya ada makanan yang bisa dimakan dan dinikmati.
"Mana belatungnya sih? Kamu ngigo pake acara bilang di piring kamu ada belatung? Atau, mau bikin aku nggak napsu makan?"