"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPAKATAN LIU DAN KIM
Hari itu berlalu begitu cepat. Matahari yang meninggi, kini kembali masuk ke tempatnya, membuat suasana kembali meredup. Langit yang tadinya terang benderang, kini perlahan gelap. Seolah tau apa yang akan terjadi hari itu.
Park berjalan menemui Soo yang kala itu sedang bersiap hendak melakukan transaksi seperti yang sudah dikatakan Kim kemarin, sebelum dia mendapatkan luka tembak.
“Soo, barusan ayahmu menelepon, kau tidak perlu ikut transaksi malam ini. Aku saja yang akan melakukannya. Lagipula transaksi hari ini tidak semenarik biasanya. Tuan Kim juga ingin kau istirahat dirumah. Ayahmu mencemaskan kesehatanmu. Mencemaskan luka tembakmu.”
Namun seolah tuli, Soo tidak mendengarkan ucapan Park. Dia terus bersiap, dan bahkan kini sudah menyiapkan pistol yanga kan dia bawa.
“Tidak paman. Aku akan tetap ikut bersamamu.” Jawabnya.
Namun Park masih terus mencoba untuk membujuk Soo supaya beristirahat di dalam rumah.
“Soo, ini hanya transaksi senjata ilegal. Kami bisa mengurusnya. Jadi kau bisa beristirahat dulu dirumah hingga lukamu benar benar pulih" kata Park membujuk.
“Tapi paman…”
“Aku benar benar bisa mengurusnya.” Ucap Park dengan tegas.
Soo menoleh memandang pria paruh baya itu, Soo tidak ingin mengecewakannya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan dirumah dan beristirahat. Aku percayakan semuanya padamu.” Ucap Soo.
Park tersenyum dan mengusap bahu Soo.
“Aku tau kau mengerti maksudku, Soo. Kalau begitu aku pergi dulu.”
Kemudian dia pergi bersama dengan semua anak buahnya.
Soo menatap kepergian pria paruh baya yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri. Setelah mereka pergi, Soo pun berjalan keluar ruang tamu, dan hendak mengambil sebotol alkohol.
Soo membuka pintu lemari es, hendak meraih sebotol whiskey.
TAP!
TAP!
TAP!
Tiba tiba dia mendengar ada langkah kaki yang mendekatinya. Soo terdiam sejenak, lalu menoleh.
“Ada sesuatu yang tertinggal, paman?” tanya Soo mengira bahwa itu adalah Park.
Namun apa yang dia lihat berbeda. Bukan Park. Pria dengan postur tinggi besar berkulit hitam dengan jam tangan hitam di lengannya, sedang menodongkan pistol kearahnya.
Tiba tiba—
DOORRR..!!
Soo refleks menunduk dan berguling ke belakang tiang beton. Nafasnya memburu. Peluru menembus dinding. Gerakan cepatnya membuat luka tembak di perut kirinya kembali berdenyut, membuat pandangannya sempat berkunang. Tangan kanannya menyentuh luka itu.
“Apa apaan ini..?” gumamnya lirih.
DUG!
DUG!
DUG!
Langkah berat mulai terdengar mendekat.
Beberapa pria datang dan berpencar mencari Soo. Soo memejamkan mata sejenak, menarik nafas dalam. Tiba tiba salah satu pria melewati dari sisi tiang, dia melompat keluar.
BUG..!
Soo memukul rahang pria itu. Pria itu terjatuh.
Dua orang lainnya langsung bereaksi dengan cepat. Salah satu dari mereka mengayunkan tongkat besi, dan Soo menunduk dengan cepat, lalu segera menendang lututnya dari samping.
Yang lainnya maju, tapi Soo dengan cepat memutar tubuhnya, menghantam ulu hatinya dengan sikunya.
Soo dengan lincahnya langsung memukul mereka satu persatu. Hingga pria pria itu jatuh ke lantai. Beladiri yang Soo miliki tidak perlu diragukan lagi. Dia melakukannya dengan cepat dan presisi. Seperti orang yang memang sudah terbiasa berkelahi untuk bertahan hidup. Hingga mereka satu persatu berjatuhan dilantai. Dan entah sudah berapa orang yang sudah dia lawan.
Hening sejenak. Hanya suara nafasnya yang tersisa.
Tiba tiba—
CEKLEK-KLEK..!
Suara kokang pistol terdengar tepat dibelakangnya. Soo membeku. Ujung pistol itu terasa sudah menempel di belakang kepalanya. Soo perlahan mengangkat kedua tangannya keatas. Kemudian berbalik perlahan.
Matanya terbelalak, ketika melihat siapa pria yang kini sedang menodongkan pistol ke arahnya.
“Ayah..?” ucap Soo lirih.
Soo langsung menurunkan kedua tangannya yang tadi sempat dia angkat keatas.
Kim kemudian menurunkan senjatanya dan tersenyum melihat putranya yang selalu bisa melakukannya dengan baik, sekalipun sedang dalam keadaan terluka.
"Bagus Soo.. kau memang hebat. Bisa kuandalkan dalam keadaan apapun." katanya.
Seketika Soo melihat kesekeliling. Melihat pria pria yang tadi sempat dihajarnya itu sedang berusaha berdiri. Soo kembali memandang ayahnya tajam. wajahnya terlihat sedang menahan amarahnya.
“SAMPAI KAPAN AYAH AKAN TERUS MENGUJIKU..?!” Teriak Soo menggema di ruangan sepi itu.
Mata Soo menajam menatap ayahnya. Nafasnya terengah menahan amarah yang kini meledak.
Soo nampak sangat marah melihat apa yang dilakukan ayahnya malam itu. Karena sejak dahulu ayahnya masih tidak mempercayainya untuk bisa melakukan tugasnya dengan benar. Kim memandang Soo dengan santainya, seolah apa yang dia lakukan ini adalah hal yang biasa.
"Tenanglah Soo. Jangan marah begitu. Sebaiknya kita bersantai sejenak dan minum beberapa teguk alkohol." kata ayahnya sambil menyodorkan sebotol alkohol kepada putranya.
Soo hanya terdiam, mengatur nafasnya yang sejak tadi memburu. Ekspresinya masih memperlihatkan ketidak sukaannya melihat apa yang dilakukan ayahnya itu. Kemudian dia mulai menenangkan dirinya dan duduk di samping lelaki yang sudah membesarkannya itu. Lalu Kim menoleh dan memandang ke putra satu satunya. Sesekali Kim melihat telapak tangan kanannya ditekan ke luka tembaknya.
“Bagaimana lukamu?” tanya Kim.
Soo terdiam. Namun tidak memandang ayahnya. Entah kecewa atau masih mencoba meredam amarahnya.
“Aku baik baik saja.” Jawabnya dingin.
Kim mengangguk.
“Bagus.” Jawabnya.
Kemudian Kim meneguk minumannya. Lalu kembali menatap putranya.
"Soo, paman Liu tadi menghubungi ayah. Dia masih tidak terima karena kau sudah menyandera putrinya beberapa waktu yang lalu" katanya.
Soo hanya memegang botol alkoholnya, kemudian meneguknya perlahan.
“Lalu?” tanya Soo lirih.
Kim terdiam sejenak. Kemudian mengalihkan pandangannya ke gelas kaca yang berada di atas meja, dihadapannya itu.
"Liu ingin kau berkunjung kerumahnya untuk meminta maaf. Karena bagaimana pun dia sudah mengembalikan uang kita dan jumlahnya dilebihkan" kata nya.
“Untuk apa aku meminta maaf kepadanya? Aku tidak melakukan kesalahan.”
“Aku tidak mau.” Ucap Soo.
Kim mengangguk. Lalu mengangkat alisnya.
“Tapi ayah sudah berjanji, membawamu kesana Soo. Janji adalah janji. Aku mau kau menyelesaikan masalah ini. Kau tau kan, hubungan ayah dan Liu sangat baik. Jangan dirusak hanya karena kau melibatkan putrinya.” Ucapnya.
Soo langsung mengangkat kepalanya dan memandang Kim tajam.
"Ayah yang berjanji. Bukan aku. Aku tidak pernah menjanjikan apapun" katanya.
Kemudian Soo berdiri dari kursinya. Dan berjalan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan ayahnya sendiri. Kim hanya terdiam memandang punggung Soo yang telah berlalu. Kim tersenyum kecil memandang nya menghilang dari balik pintu.
Nam berjalan mendekat.
“Bagaimana sekarang, tuan? Apakah aku perlu membawanya dengan paksa?” ucap Nam.
Namun Kim terdiam, berdiri dari duduknya, kemudian berjalan hendak pergi dari situ.
"Biarkan dia sendiri malam ini" katanya kepada Nam.
“Baik tuan Kim.” Jawab Nam.
Lalu Nam dan semua anak buahnya berjalan pergi meninggalkan rumah Soo.
Jam dinding kini sudah menunjukkan pukul 1 pagi, ketika rumah Soo sudah kembali sunyi.