Hana Nayaka tidak percaya, jika pria yang menikahinya dua tahun lalu dengan mudah menjatuhkan kata talak hanya karena dia mendatangi kantor tempat suaminya itu bekerja.
Sudah hampir 3 bulan belakangan ini, Adam Husain melewatkan sarapan dengan alasan harus datang ke kantor pagi-pagi sekali karena pekerjaannya sedang banyak dan mendesak.
Braakkk...
Rantang makanan yang dibawa Hana dilempar hingga semua isinya berhamburan.
"Dasar istri tidak berguna sudah miskin, udik, kampungan lagi. Untuk apa kamu datang ke kantor, mau buat aku malu karena punya istri macam kamu."
"Mulai hari ini, Hana Nayaka bukan istriku lagi. Aku jatuhkan talak satu." Ucap Adam lantang.
"Mas... Kamu kenapa tega padaku? Apa salahku?" Tangis Hana pecah di depan lobby perusahaan tempat Adam bekerja sebagai manager keuangan.
Hana pergi dengan membawa luka yang menganga dan dendam membara.
"Aku pasti akan membalasmu, Adam. Kamu lupa siapa aku." Gumamnya.
JANGAN MENABUNG BAB!
SUPAYA CERITA INI BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Realita Yang Mengecewakan
Selembar kertas berlogo Pengadilan Agama telah ada di tangan Hana. Tinggal minta tanda tangan Adam, maka semua urusan dengannya selesai.
"Terima kasih bantuannya, Pak Yusup. Biar saya sendiri yang minta tanda tangan Adam di penjara." Ucap Hana setelah keluar dari Kantor Pengadilan Agama untuk membuat pengaduan atas perceraiannya dengan Adam.
"Baiklah, jika ada masalah jangan sungkan hubungi saya." Ucap Pak Yusup, kemudian mereka berpisah di halaman parkir Kantor Pengadilan Agama.
"Sebelum ke Kantor Polisi, mending aku ke Showroom mobil dulu." Tekad Hana untuk membuang semua bekas Adam pada barang miliknya. Apalagi mobil itu mungkin sudah pernah digunakan wik wik Adam.
Hana memilih mobil baru yang lebih mewah, karena sekarang dia terobsesi menjadi janda kaya raya. Sehingga tidak ada lagi yang memandangnya hanya dengan sebelah mata.
Sekarang, di sinilah Hana berdiri. Di depan pintu Kantor Polisi.
Hufff...
Menghela nafas berulang kali. Jangan tanya kenapa, karena rasa sakit itu masih sangat terasa.
Di luar Hana terlihat biasa. Tapi dalam otaknya dia punya segudang rencana yang luar biasa.
Langkah mantap tapi tanpa senyuman, mendekat ke arah ruang pertemuan.
"Bagaimana rasanya tidur di dalam sel penjara? Apa kamu betah? Tentu saja harus betah dong. Kan ini yang kamu pilih, mengkhianatiku yang sudah mengangkat martabatmu."
"Bedebah sialan, bebaskan aku Hana. Kamu tidak bisa memperlakukanku buruk." Ucap Adam dengan tatapan tajam.
"Kamu pantas aku perlakukan buruk. Karena memang hatimu buruk, Adam. Oh ya... siap-siap kamu menjadi tahanan miskin setelah ini. Karena aku sudah mendaftarkan gugatan cerai, disertai tuntutan nafkah yang tidak kamu penuhi dengan benar."
Hahaha...
"Kamu pikir aku akan menangis? Meratapi hidup? Kamu salah, Adam. Aku justru bersyukur bisa lepas dari suami benalu sepertimu. Laki-laki kere yang pelit memang tidak pantas menjadi suamiku. Selamat berdingin-dingin ria di sel tahanan." Ucap Hana mengejek.
"Oh... Dasar wanita mandul tidak tahu diri." Teriak Ibu Juminten.
Wanita paruh baya itu baru saja tiba di Kantor Polisi. Penampilannya sungguh sangat memprihatinkan, rambut lepek karena keringat ditambah bau kecut karena tadi lupa mandi.
"Heeiii.... Mantan Ibu Mertua? Ternyata baru sehari aku usir dari rumah, sekarang sudah jadi gembel. Makanya kalau cuma hidup numpang, jangan suka ngelunjak." Ejek Hana.
"Sudah ya... Aku pergi dulu, wanita kaya sepertiku tidak cocok bergaul dengan gembel dan narapidana. Bye.. bye..." Ucapnya lagi kemudian pergi dari kantor polisi dengan jantung yang berdebar sangat kencang.
Hana masuk ke dalam mobilnya, duduk bersandar sambil memejamkan mata.
Tes
Setetes air mata jatuh di atas pipinya yang tembam.
"Astaga... Maafkan aku Ya Tuhanku. Mulutku sudah lancang dan berdosa menghina mereka dengan kalimat pedas. Bukan seperti ini yang aku mau, tapi mereka semua memaksaku menjadi jahat dan bermulut pedas. Semoga kalimat itu cukup sampai di sini, aku tidak ingin meracuni hatiku lebih buruk lagi. Aku hanya ingin hidup damai."
Adam mengepalkan tangannya, saking eratnya hingga buku-buku tangannya memutih. Seharusnya dia menahan diri, tidak terpancing yang membuat semakin runyam. Kalau sudah begini, tidak ada harapan baginya bebas dengan mudah.
"Jadi, Ibu sudah diusir Hana? Lalu sekarang di mana Ibu tinggal? Apakah di rumah reyot kita yang dulu?" Tanya Adam.
"Ya... Ibu sekarang tinggal di rumah yang bahkan sekali tertiup angin langsung roboh tanpa sisa. Dan ini semua karena kamu, kenapa bisa bodoh seperti ini. Jika memang kamu ingin berselingkuh, harusnya kamu bisa main cantik. Ambil semua harta Hana, baru jatuhkan talak." Omel Ibu Juminten.
"Ya... Aku akui aku gegabah."
"Waktu itu aku sangat kesal karena Hana berani datang ke kantor dengan membawa rantang makanan. Apalagi penampilannya sangat lusuh, aku malu Bu." Ucap Adam kesal.
"Ibu tahu kamu malu memiliki Istri seperti Hana, tapi bukan begitu caranya. Meskipun Hana gendut, tapi dia juga gendut tabungannya. Harusnya kamu kuasai dulu kekayaannya."
"Sekarang katakan siapa wanita itu? Ibu ingin menemui calon menantu yang baru." Ucap Ibu Juminten.
"Namanya Veronika, dia di sebelah. Dia keponakan HRD tempatku bekerja. Dan sekarang dia hamil anakku. Bu, bantu kami keluar dari sini. Aku tidak mau anakku lahir di penjara." Pinta Adam.
"Jadi, Ibu akan punya cucu."
"Iya... Ibu akan punya cucu. Karena aku memang tidak bermasalah, dan yang mandul adalah Hana. Jadi cari cara apa saja, supaya kami bebas dari sini."
"Baiklah, akan Ibu lakukan untukmu. Kamu tenang saja, Ibu punya banyak cara untuk membebaskan kalian. Tapi, berikan pada Ibu tabunganmu. Supaya Ibu bisa meminta bantuan."
Setelah itu, Ibu Juminten benar-benar menemui calon menantu barunya. Bayangan Ibu Juminten selingkuhan Adam cantik, sexy dan kaya raya. Tapi terkadang kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi, jatuhnya hanya kecewa.
Sama seperti Ibu Juminten yang kecewa saat bertemu dengan Veronika.
"Jadi, kamu yang namanya Veronika? Selingkuhan Adam?" Tanya Ibu Juminten.
"Iya siapa kamu? Buat apa babu sepertimu menemuiku." Lantang Veronika.
"Astaga... Kenapa dengan mata Adam." Ucap Ibu Juminten memenang dadanya, mengabaikan panggilan 'babu' dari Veronika.
Syok... Ibu Juminten sangat terkejut. Yang tadi ada di otaknya, nama Veronika nama yang indah. Pasti orangnya cantik, sexy, berkulit putih mirip seperti aktris Hollywood.
Tapi, yang ada di hadapannya hanya seorang wanita jelek yang wajahnya penuh bopeng, tinggi memang tapi kerempeng, seperti tiang listrik. Dengan perut yang sedikit buncit, entah hamil atau busung lapar.
Jika dibandingkan dengan Hana, jauh bagai langit dan kerak bumi. Karena dulu wajah Hana cantik, dengan tubuh tinggi dan padat.
Benar, Hana sejak dulu punya postur tubuh bukan sexy langsing. Tapi sexy padat berisi, orang Jawa biasanya sebut 'Gede Duwur'. Jadi memang mudah untuk gemuk. Sudah ada bakat dari gennya. Apalagi selama setahun, Hana tidak mengontrol pola makan akibat ingin segera hamil dengan mengkonsumsi obat penyubur kandungan resep dari Dokter.
"Heii... Babu... ada apa menemuiku, ditanya malah ngomong sendiri. Buang-buang waktuku saja." Ucap Veronika.
"Aku tidak akan memberi restu Adam menikah dengan pelakor sepertimu. Aku pikir, kamu lebih cantik dan lebih kaya daripada Hana. Tidak tahunya, kamu hanya keset jika disandingkan dengan mantan menantuku. Adam buta atau kena pelet."
"Astaga... Aku bisa gila jika seperti ini." Oceh Ibu Juminten.
"Hah... Kamu Ibunya Adam? Kok bisa mirip gembel di Pengkolan. Bukankah katanya kalian orang kaya? Punya rumah mewah?" Tanya Veronika.
"Rumah itu milik Hana, dan aku sudah diusir karena kamu."
"Apa? Jadi kalian orang miskin?"
Bruukkk...
Veronika seketika jatuh pingsan.