NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Kembali ke kota

.

Bu, Mas, Mbak, Rina. Arhan harus kembali ke kota besok pagi," ucap Arhan ketika mereka selesai makan malam.

Bu Astuti yang sedang membereskan piring kotor, seketika menghentikan gerakannya. Wajahnya berubah murung. "Lho, kok cepat sekali, Nak? Baru juga dua hari kamu di sini. Ibu masih rindu sekali."

"Iya, Bu," sahut Arhan dengan nada menyesal. "Budi bilang kalau ada yang menawarkan sewa ruko untuk tempat tempat usaha. Katanya yang punya ruko pindah ke kota lain dan juga butuh uang dalam waktu dekat, jadi Arhan harus segera mengurusnya."

Hati Bu Astuti mencelos mendengar penjelasan putranya. Baru saja ia bisa merasakan kehangatan kehadiran Arhan di rumah, kini ia harus kembali melepasnya. Wanita tua itu tampak tidak rela, namun ia mencoba memahami, karena sebelumnya Arhan dan Fahri memang sudah mengatakan tentang rencana arhan untuk mulai merintis usaha.

"Tapi Han, kenapa buru-buru sekali? Apa tidak bisa ditunda sebentar?" tanya Arum, mencoba membujuk.

"Tidak bisa, Mbak. Ini kesempatan bagus mumpung ada yang jual. Kalau ditunda, takutnya keburu disewa oleh orang lain," jelas Arhan. E

Fahri menepuk pundak Arhan. "Kalau memang mendesak dan demi kebaikannya, tidak apa-apa, Bu. Arhan kan juga punya rencana besar yang harus segera direalisasikan. Kita dukung dan doakan saja, rencana Arhan berjalan lancar."

Rina cemberut. "Yah, padahal Rina masih kangen sama Mas Arhan. Belum sempat jalan-jalan juga."

"Mas janji akan sering-sering pulang," Arhan berusaha menghibur adiknya. "Atau kamu yang ke tempat Mas pas libur kuliah."

Bu Astuti menghela napas panjang. Meskipun berat, ia harus merelakan putranya. Wanita tua itu pun mengangguk pelan, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya yang keriput.

"Baiklah, Nak. Kalau memang begitu, Ibu tidak bisa menahanmu," ucap Bu Astuti dengan suara bergetar. Ia mendekat, membelai pipi Arhan.

"Ibu hanya bisa berdoa untuk semua anak-anak ibu. Kalau ada apa-apa, langsung kabari Ibu ya. Jangan disimpan sendiri seperti sebelumnya."

"Pasti, Bu," jawab Arhan, memeluk ibunya erat. Ia mencium kening ibunya dengan penuh kasih sayang. "Doakan Arhan ya, Bu, supaya semua lancar."

*

Keesokan harinya.

Setelah berpamitan dengan ibunya, Arhan bergantian memeluk Arum, Fahri, dan Rina. Suasana haru menyelimuti ruang tamu rumah itu. Dengan langkah mantap namun hati yang berat, Arhan melangkah keluar dari rumah itu.

“Mas akan antar kamu sampai terminal," ucap Fahri sambil menenteng tas kerjanya.

Arhan terkejut. "Lho, Mas Fahri tidak kerja?"

"Mas sudah izin untuk datang terlambat tadi," jawab Fahri sambil menepuk pundak Arhan. "Ayo, berangkat sekarang. Nanti ketinggalan bus."

Arhan merasa terharu dengan perhatian kakak iparnya. "Terima kasih banyak, Mas," ucap Arhan tulus.

“Sudah, nggak usah sungkan. Kita ini keluarga," balas Fahri sambil tersenyum. "Ayo, kita berangkat sekarang."

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil setelah Arhan berpelukan dengan ibu dan adik kakaknya sekali lagi.

"Han, jangan pernah menyerah dengan keadaan. Jadikan semua yang terjadi sebagai pelajaran berharga," pesan Fahri ketika mereka sudah dalam perjalanan.

"Iya, Mas. Arhan akan selalu ingat pesan Mas Fahri," jawab Arhan dengan mantap.

*

Sesampainya di terminal, Fahri memarkirkan mobilnya dan membantu Arhan menurunkan barang-barang bawaannya. Mereka kemudian berjalan menuju ruang tunggu, karena sebelumnya arahan sudah membeli tiket secara online.

"Kamu naik bus yang jam berapa, Han?" tanya Fahri.

"Lima belas menit lagi, Mas," jawab Arhan.

Tidak lama kemudian, terdengar pengumuman bahwa bus yang akan ditumpangi Arhan sudah siap berangkat. Diikuti oleh Fahri, Arhan berdiri dan bersiap untuk naik ke dalam bus.

"Mas, Arhan berangkat dulu ya," ucap Arhan sambil menjabat tangan Fahri.

"Hati-hati di jalan, Han. Jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di kota, ya," pesan Fahri.

"Pasti, Mas. Arhan akan langsung menghubungi Mas Fahri.”

Arhan mengangguk dan melangkah masuk ke dalam bus. Ia mencari tempat duduknya dan meletakkan barang-barang bawaannya. Dari jendela, ia melihat Fahri masih berdiri di luar, melambaikan tangan kepadanya. Arhan membalas lambaian tangan Fahri dengan senyum tulus.

Bus pun mulai melaju meninggalkan terminal. Arhan menatap ke luar jendela, melihat kota Surabaya semakin menjauh. Dalam hatinya, ia berjanji akan kembali ke kota ini dengan membawa kesuksesan.

Fahri masih berdiri menatap bus yang membawa Arhan hingga menghilang dari pandangannya. Setelah itu, barulah Fahri berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Ia harus segera kembali bekerja

*

*

*

Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya bus yang ditumpangi oleh Arhan tiba di terminal di Kota Tangerang. Ia meregangkan badannya yang terasa kaku setelah berjam-jam duduk di dalam bus. Sambil membawa tas ransel dan kardus kecil berisi oleh-oleh untuk Budi yang semalam disiapkan oleh ibunya, Arhan turun dari bus dan berjalan menuju area kedatangan.

Matanya menyapu sekeliling, mencari sosok yang sudah sangat ia rindukan. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Budi melambaikan tangan ke arahnya dari kejauhan. Senyum lebar langsung menghiasi wajah Arhan.

"Budi!" seru Arhan sambil mempercepat langkahnya.

"Arhan!" Budi menghampiri Arhan dan langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat. "Akhirnya sampai juga kamu, Bro! Aku sudah menunggu dari tadi."

"Maaf ya, Bud, jadi merepotkan kamu," ucap Arhan merasa bersalah.

"Ah, santai saja. Buat kamu apa sih yang enggak," balas Budi sambil menepuk pundak Arhan. "Bagaimana perjalananmu? Lancar?"

"Lumayan, Bud. Agak pegal saja duduk lama di bus," jawab Arhan sambil meringis.

"Ya sudah, yuk kita ke mobil. Kamu pasti capek banget kan?" ajak Budi.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju tempat parkir, di mana mobil Budi sudah menunggu. Budi membantu Arhan memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam bagasi mobil. Setelah semuanya beres, mereka masuk ke dalam mobil dan Budi mulai menjalankan mobilnya meninggalkan terminal.

"Bagaimana keadaan ibu dan yang lain, Han?" tanya Budi.

"Alhamdulillah, Bud. Semua sehat. Mereka kirim salam buat kamu." jawab Arhan.

"Waalaikumsalam," cara Budi. " Oh iya. Pemilik ruko ingin bertemu besok pagi."

"Oke, aku siap. Terima kasih banyak ya, Bud. Kamu memang sahabat yang paling bisa diandalkan,” kata Arhan tulus.

“Nggak usah terima kasih terus," ucap Budi sambil menoleh sekilas lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya.mengangguk setuju. "Besok kita langsung ketemuan sama pemiliknya sekaligus survey lokasi. Aku sudah melihatnya kemarin tapi aku nggak tahu kamu cocok apa nggak," kata Budi.

Arhan menoleh ke arah Budi dengan tatapan antusias. “Apa benar, lokasi itu berdekatan dengan tempat usaha kedua penghianat itu?"

Budi menoleh dan mengangguk. “Kamu bisa lihat besok."

Arhan tersenyum lebar. Ia merasa sangat bersemangat dan optimis dengan rencana mereka.

1
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
Hasanah Purwokerto
Lha kok malah bela selingkuhan...
wah..minta dipecat dg tidak hormat nih istri...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!