MY DADDY IS MINE

Kedatangan Luis disambut langsung oleh Kenzo yang cukup gugup melihat wajah Luis yang tampak tidak bersahabat. Saat ini Luis hanya fokus menemui istrinya walaupun ia ingin sekali menghajar pemuda yang ada di hadapannya ini. Bagaimanapun juga Kenzo sudah menjaga Camilla dengan baik.

Tidak ada ucapan sama sekali dari mulut Luis. Sikap Luis itu suatu bentuk hukuman untuk Kenzo yang telah melarikan istrinya. Luis tetap mengikuti langkah Kenzo hingga tiba di ruang ICU dan sebelumnya itu Luis dan Kenzo sudah mengenakan baju pelindung. Memasuki ruangan itu membuat nafas Luis mulai sesak saat melihat tubuh istrinya berbaring lemah.

"Saya akan membangunkannya tuan...!" ucap tuan Glen seraya mengatur cairan infus Camilla agar Camilla membuka matanya untuk melihat pria yang sangat dicintainya.

"Camilla...!" lirih Luis dengan suara bergetar.

Camilla mendengar suara khas itu dengan mata yang masih terpejam. Ia merasa saat ini sedang mimpi.

"Camilla, sayang...!" panggil Luis sekali lagi dan Camilla berhasil mengerjapkan matanya perlahan.

"Daddy...?" batin Camilla yang saat ini tidak bisa bicara karena cup oksigen menutupi mulutnya.

"Dokter. Apakah aku bisa bicara dengan istriku?" tanya Luis dan dokter Wilem melepaskan cup oksigen itu agar Camilla bisa bicara dengan Luis.

"Kenzo. Ayo kita keluar. Mereka butuh waktu untuk bicara berdua," ucap dokter Wilem.

Kenzo merasa hatinya sangat sakit namun demi kebaikan wanita yang dicintainya iapun harus rela meninggalkan kamar itu.

"Daddy...? Kaukah ini..?" lirih Camilla.

"Sayang. Daddy datang menjemputmu. Kita pulang ya. Daddy sudah tahu semuanya tentangmu. Jangan menghilang lagi karena Daddy tidak bisa hidup tanpamu," ucap Luis menahan air matanya.

"Daddy, Camilla ingin sembuh dulu. Dengan begitu kita bisa bulan madu. Camilla ingin mengandung anaknya Daddy," pinta Camilla malu-malu.

"Kamu bisa sembuh jika menjalani pengobatan dengan baik, sayang," pinta Luis.

"Tapi Camilla mau dirawat di sini Daddy. Camilla senang dengan suasananya. Camilla merasakan ketenangan berada di tempat ini," ucap Camilla.

Luis tidak bisa membantah lagi permintaan istri kecilnya itu. Ia mengangguk pasrah. Baginya kesembuhan Camilla jauh lebih baik. Tidak lama kemudian dokter Wilem masuk kembali ke kamar itu.

"Tuan, bisa aku bicara dengan anda sebentar...!" pinta dokter Wilem.

"Sayang. Daddy akan segera kembali. Kamu istrahat dulu ya...!" Luis mengecup kening Camilla.

"Daddy. Aku tahu apa yang akan kalian bicarakan. Aku tidak mau di operasi. Aku tidak mau melupakan Daddy. Melupakan kenangan tentang kita. Untuk apa aku sembuh kalau aku menjadi orang yang baru mengenal Daddy?" ucap Camilla terdengar seperti sebuah permintaan.

Luis mengerutkan keningnya lalu menatap dokter Wilem seakan ingin mendapatkan jawaban dari ucapan istrinya barusan.

"Tidak ada jalan lain lagi, tuan atau kita akan kehilangan nona Camilla? Pikirkan itu ..!" ucap dokter Wilem penuh penekanan.

Camilla menggelengkan kepalanya dan Luis memantapkan hatinya demi satu tujuan yaitu kesembuhan Camilla.

"Sayang. Jika kamu lupa pada Daddy, bukankah memory Daddy tentangmu masih tersimpan rapi? Jadi Daddy akan menceritakan kembali tentang kisah kita dari awal kita bertemu, berpisah dan dipertemukan lagi oleh takdir. Kenapa harus takut, hmm? Cinta sejati itu adanya di hati. Jika ingatan kita hilang maka alam bawah sadar kita yang lebih merespon jejak cinta itu ada pada kita," ucap Luis panjang lebar untuk memahamkan Camilla agar mau di operasi.

"Bukankah Daddy entar akan mengalami banyak kesulitan menghadapi ku jika aku kehilangan ingatanku. Daddy akan menjadi asing bagiku. Dan aku akan menolak Daddy dan mungkin akan meninggalkan Daddy. Apakah Daddy siap untuk kehidupan aneh kita selanjutnya?" protes Camilla.

"Justru Daddy ingin tahu seberapa besar cintamu pada Daddy. Jika Daddy begitu penting dalam hidupmu, Daddy ingin lihat apakah putriku yang nakal ini akan jatuh cinta lagi pada Daddy-nya?" canda Luis menarik pelan hidung mancungnya Camilla.

"Aku berdoa semoga itu terjadi antara kita. Dan aku berharap Daddy sabar menghadapi setiap penolakan ku. Satu lagi, aku ingin memiliki banyak anak dari Daddy," pinta Camilla.

"Iya sayang, Daddy akan kabulkan permintaanmu itu. Kita akan bangun sekolah TK sendiri untuk anak-anak kita," ucap Luis sambil terkekeh. Walaupun begitu ia tidak bisa menahan gejolak kesedihannya yang sudah memenuhi rongga dadanya.

"Apakah Daddy janji akan mewujudkan nya?" pinta Camilla menatap dalam mata elang itu.

"Hmm...!" Luis mengangguk lalu memeluk tubuh lemah itu. Keduanya saling berpelukan satu sama lain. Dokter Wilem meninggalkan lagi kamar itu. Luis dan Camilla saling berciuman. Melepaskan kerinduan mereka. Ciuman yang diiringi air mata penuh rasa cinta yang mendalam. Mereka tidak mengira bagian hidup mereka akan dilewati lagi oleh air mata.

"Daddy. Aku sangat mencintaimu...!" bisik Camilla di sela ciuman mereka.

"Hiduplah untukku Camilla jika cintaku masih memberimu nafas kehidupan," bisik Luis penuh dengan isak tangis.

Sementara di luar sana, Kenzo menangis seorang diri sambil melihat foto-foto Camilla yang diambilnya secara diam-diam.

"Dari sekian banyak wanita yang aku kencani kenapa hatiku memilih untuk jatuh cinta padamu sementara kamu mencintai pria lain yang sudah memilikimu, Camilla," gumam Kenzo di sela Isak tangisnya.

Tidak lama kemudian brangkar Camilla sudah di dorong keluar menuju ruang operasi. Di sampingnya ada Luis yang menggenggam erat tangannya seakan begitu takut untuk berpisah dengan belahan jiwanya.

"Daddy. Aku sangat mencintaimu," ucap Camilla saat mereka akan berpisah di pintu kamar operasi.

"Cinta Daddy lebih dari segalanya untukmu. Cepat sembuh sayang...!" bisik Luis lalu melepaskan tangannya perlahan dari genggaman tangannya Camilla.

Begitu pintu kamar operasi itu ditutup, Luis segera pergi dari tempat itu untuk mencari tempat menangis seorang diri. Ia tidak menyangka bahwa mantan putrinya itu hanya singgah sesaat dalam hidupnya.

"Ya Tuhan. Jangan biarkan dia pergi dari hidupku....!" bisik Luis begitu tiba di tempat yang cukup sepi untuk mencurahkan isi hatinya pada alam.

"Bagaimana kalau dia tidak bertemu denganku sebelum penyakit itu mengendap ditubuhnya? Aku pasti akan kehilangan Camilla ku," batin Luis yang masih merasa bersyukur bertemu Camilla lebih cepat dari yang ia duga.

Sementara di kediamannya Luis, Anna yang ingin bertemu dengan putrinya cukup kaget begitu melihat tempat tinggal Luis.

"Apakah aku tidak datang di alamat yang salah?" batinnya.

Ia menatap mansion mewah itu lalu menanyakan satpam yang berjaga di luar gerbang utama.

"Apakah ini kediaman tuan Luis?" tanya Anna.

"Iya nyonya. Tapi tuan sedang melakukan bulan madu dengan istrinya," ucap satpam yang mendapatkan perintah seperti itu.

"Maksud kamu istrinya itu Camilla? Putriku?" tegas Anna.

"Iya nyonya," ucap satpam itu membuat Anna meradang.

"Dasar jal**Ng kecil, bisa-bisanya kamu menggoda mantan ayah tiri mu sendiri," umpat Anna.