"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Hai semua! Kembali lagi bersama Aku, Si Cantik dan Manis, Dewi Aurora! Bercanda Seng! Hari ini, Aku bakalan kasih diskon gede-gedean yang check out khusus saat Aku live. Catet ya! Khusus saat Aku live. Selain itu gak akan ada penawaran lain yang lebih murce alias mursidah aka murah meriah muntah Seng! Cepetan digercepin aja, pokoknya khusus hari ini! Besok harga naik! Ayo, Kakak, CO sekarang juga, khusus hari ini aja."
Perkenalkan. Namaku Kartika Sari Devi. Cantik kan namaku. Kayak Putri Indonesia. Satu nama beda nasib. Kalo Si Mbak Putri Indonesia cantik, berprestasi, sudah menikah punya Suami anak Band, Anak yang cantik dan ganteng, lah Aku! Gak usah ditanya Miris!
"Tika! Buka. Jangan ngerem aja di kamar! Gimana mau dapet jodoh! Astaga! Punya anak perawan satu-satunya hobi banget nelor dikamar! Kapan Ibu punya Mantu kalo gini!"
Kartika yang biasa dipanggil Tika memutar bolamatanya, Ibunya, Kartini atau yang biasa Tika plesetkan menjadi Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono, yang bukan Harum namanya. Catet!
Jangan Ketawa! Bapak Kartika memang bernama Pak Kartono. Ketua RT, Hobi main catur sama piara burung. Sesekali mancing, tapi kalo sudah mancing bisa bikin Ibu nyamperin bawa golok supaya pulang.
Ceklek!
Kartika membuka pintu kamar. Sambil masih bersandar di daun pintu, menghadirkan senyum pepsodent yang bukan membuat Bu Tini senang malah kepingin nimpuk anak perawannya yang betah nelor dalam kamar.
"Habis jualan live lagi? Astaga Tika! Ibu gak larang Kamu mau usaha model apa aja asal jangan jadi Ani-Ani sama LC."
"Banyak tahu Bu jadi Ani-Ani sama LC duitnya. Tika aja pengen!" Senang sekali Kartika memancing huru-hara Bu Tini yang gampang sekali terpancing korban kejahilan anak perawan ting-tingnya.
"Awas aja kalo berani jadi begituan! Ibu kutuk jadi Magicom! Lagian Ibu gak suka sama modelan Ani-Ani sama LC. Kebanyakan Pelakor!"
"Ya namanya juga jaman sekarang Bu, kebutuhan hidup terus meningkat, pekerjaan susah, yang gampang jadi Ani-Ani sama LC! Makanya Ibu bolehin aja Tika begitu." Bukan Tika namanya mancing emosi, padahal Pak Kartono hobinya mancing ikan, anak perawannya malah demen mancing keributan.
PLAK!
"Kalo ngomong nyebut Tika! Emang Kamu kurang duit? Bapak sama Ibu begini-begini masih bisa kasih Kamu makan sama buat jajan bakso! Jangan suka ngaco!"
"Lagian ya Tika, Ani-Ani sama LC, kalo Ibu Perhatiin ya, kenapa mukanya mirip-mirip semua. Jidat jenong, Bibir Jeding, Hidung mancung tapi lobangnya ga sama, terus nih yang paling aneh, dagunya sama semua, lancip!"
"Astaga Bu. Merhatiin banget sampe segitunya. Ibu lihat dimana sih?"
"Eits! Jangan salah Tika, di group senam Ibu kan suka banyak yang share gosipan di Tiktok. Teman-temen Ibu juga tahu loh, Kamu jualan Online dan suka Live jualan gitu. Tapi Ibu sakit hati sama Mereka."
Melihat wajah Bu Tini yang berubah ekspresi dari ceria menggebu, berubah masam membuat Kartika mengulum senyum.
Pantes aja Bapak gemes dan cinta banget sama Ibu, walau Ibu kalau udah marah, beuh! Semua perabot dapur bisa melayang,
"Masa katanya gini, Bu Tini, itu Kartika suka live jualan di Tiktok. Saya sih niat mau beli tapi lihat Tika aja begitu-begitu aja dan maaf nih, belum nikah-nikah Saya jadi ragu mau beli. Biasanya kan yang jualan Skincare cantik-cantik, muda-muda udah bersuami. Tapi Tika kok belum nikah-nikah sampe sekarang. Ya Ibu emosi banget. Udah Ibu blokir aja tuh emak-emak julid!"
Astaga dragon. Emak-emak kalo udah ngucap bikin sakit hati. Untung Kartika sudah kebal dengan segala kata-kata begitu. Kapan nikah? Mana pacarnya? Udah basi! Bodo amat lah!
"Ya udah sih Bu, biarin aja Mereka mau ngomong apa. Yang penting Tika live jualan di Toktok halal Bu. Gak modal umbar Tetek sama Bokong doang! Lagian nih ya Bu, biarin aja, ntar kalo udah jodohnya, Tika juga nikah."
"Makanya Tika, Ibu bilang juga apa. Kalo Ibu kondangan ikut. Biar bisa nyolong melati mantennya. Biar ketularan gitu!"
"Kalo gitu besok pas Ibu sama Bapak kondangan jangan cuma dicolong, rampok aja Bu melati mantennya sepala-pala. Pasti lebih manjur!"
"Awww! Astaga! Perih amat cubitan Ibu Kita Kartini, Istrinya Pak Kartono, yang bukan Harum namanya." Kartika mengusap lengannya yang menjadi korban KDRK, Kekerasan Dalam Rumah Kartono.
"Udah ah! Ibu capek ngomong sama Kamu, mending Kamu susulin Bapak di kolam pemancingan. Ibu mau masak. Laper!"
"Loh kenapa mesti Tika sih Bu, biasanya Ibu sendiri. Kalo gak suruh aja Tama. Kemana tuh anak minggu gini. Libur sekolah bukannya dirumah."
"Kamu aja Tik yang minggu demen banget dirumah aja. Nelor dikamar. Udah cepet sana. Susulin Bapak. Bilang kalo gak pulang sebulan tidur diluar kata Ibu."
"Astaga! Kejem amat Bu sama Suami sendiri. Kalo Bapak digondol Ani-Ani gimana?"
"Kalo Kamu mau jadi anak tiri Ani-Ani silahkan! Biar dagu sekalian dilancipin! Kaya logo club bola dikamarnya Tama!"
"Baiklah Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono, yang bukan harum namanya.
"Tika!"
"Iya. Nih sambil jalan!"
Kartika dengan malas mengambil hoodienya dan langsung memakai. Perjalanan ke kolam pemancingan yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki tapi terik matahari membuat Kartika cari aman dengan berlindungan memakai hoodie belel yang entah kapan terakhir Ia cuci. Jangan tanya baunya gimana. Selama belum di amuk Ibu ya bagi Kartika masih oke-oke aja.
"Heran banget, Bapak seneng banget sama Mancing. Kalo gak mancing main burung. Kalo gak dirumah Pak RW main catur."
Pak Kartono memang sangat amat menikmati hidupnya. Setelah Pensiun, Pak Kartono mengisi hidupnya dengan hobi. Pak Kartono mengisi Masa Purna Baktinya dengan hal yang bermanfaat salah satunya dengan menjadi Ketua RT. Ia dipilih oleh warga bukan mencalonkan diri apalagi mau, tapi warga senang pembawaan Pak Kartono yang supel dan santai dan senang guyon membuat warga nyaman.
"Cari Pak RT yang Neng? Tuh disana. Bareng Pak RW."
Kartika sudah dihapal. Selain anak Pak RT tentu juga label perawan tua yang tak sengaja diberikan oleh orang mengingat diusia Kartika yang berkepala tiga belum juga menikah.
"Pak, dicari Ibu."
Kartika duduk disebelah Bapaknya yang sedang diam, tenang menunggu umpan dilahap ikan.
"Tumben Tik Kamu yang nyusulin? Biasanya Bu Tini?" Pak RW mengulur tali pancingnya, dikira umpan yang Ia pasang sudah dimakan ikan nyatanya putus dan kembali dipasang umpan baru.
"Ibu lagi masak Pak RW. Mau masak Rawon. Sama Tempe Mendol." Asal sekali Kartika. Mana ada Ibunya masak Rawon, pulang senam pagi bersama Ibu-Ibu yang ditenteng kangkung sama udah rebon. Dasar Kartika, tipu muslihat yang membuat Pak Kartono, seketika tergiur dan mengemasi alat pancingnya.
"Loh, pulang Pak Tono? Tanggung! Siapa tahu sedikit lagi dimakan ikan umpannya!"
"Udah ngiler denger Rawon. Pak RW mau gabung? Ayo makan dirumah! Bu RW belum pulang kan dari Kampung?"
Eits! Si Bapak! Malah sambat! Lah Aku cuma bohong! Bodo mata deh! Yang penting sesuai permintaan Ibu, Bapak balik!
"Wah, bener juga ya! Boleh Pak? Jadi enak Saya. Masa numpang mangan dirumah Pak RT?"
"Gapapa. Gak setiap hari juga! Ayo! Tika, ayo! Malah Kamu ngelamun disitu! Kesambet setan empang Kamu!"
"I, iya Pak!"
Siap-siap bakal ada perang brata yudha nih! Duh, Si Tama kemana sih! Gak ada yang bantuin misahin nih kalau perabot melayang!