Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Wina duduk termenung melihat jendela besar di ruangannya, bohong jika dia tidak merasakan apapun dari semua ini, biar bagaimanapun dia dulu begitu mencintai suaminya dan menyayangi keluarganya.
Kini rumah tangganya hancur tanpa sisa dan meninggalkan luka yang mendalam dan sangat membekas dibenaknya.
"Apa kurang dan salahku padamu mas, kenapa kamu melakukan semua ini padaku, aku sungguh tulus mencintai kamu, tapi kenapa, kenapa??".
Air matanya luruh tanpa dia minta, dia tidak ingin semuanya seperti ini tapi mengetahui jika selama ini suaminya tak pernah mencintai dan hanya memanfaatnya, dia tidak bisa menerima itu, apalagi dia dan keluarganya sengaja membuatnya akan kehilangan segalanya.
Dia teringat bagaimana pertemuan mereka saat itu hingga akhirnya dia jatuh cinta dan menikah.
"Kamu baik-baik saja?? ". Tanya seorang pemuda tampan dengan pakaian sederhana nampak sangat khawatir.
Perempuan yang ditolong oleh pemuda itu tersenyum tipis melihat kepedulian lelaki itu.
"Aku baik-baik saja, terima kasih telah menolongku". Cicitnya dengan pelan.
Dia masih terkejut karena hampir saja tertabrak mobil saat akan menyeberang jalan, padahal dia sudah berhati-hati untuk menyeberang tapi masih ada saja orang-orang yang seenaknya dijalan raya.
"Sama-sama, kamu mau kemana, biar saya antarkan dulu, kakimu terkilir sepertinya". Ucapnya menunjuk kaki perempuan itu yang terlihat biru dan bengkak.
Sang perempuan meringis, dia baru menyadari jika kakinya cedera karena masih terkejut.
"Sepertinya benar kakimu terkilir, aku antar saja". Ucap sang laki-laki itu melihatnya kesakitan.
"Kerumah sakit saja, aku tidak mau pulang kedalam keadaan cedera seperti ini".
Lelaki itu hanya bisa mengangguk, dia melihat motor Bebek murahnya kemudian melihat perempuan itu, dia takut kalau gadis ini menolak naik motornya apalagi dia bisa melihat gadis ini memakai mobil.
"Aku antar pakai itu". Tunjuknya dengan wajah sendu.
"Kamu tidak apa?? ". Tanya dengan pelan.
Wina hanya mengangguk tersenyum tipis dia tahu lelaki ini pasti minder karena melihatnya memakai mobil dan dari golongan berada.
"Ayo aku tuntun". Ajak Sang pemuda itu dengan pelan.
Akhirnya mereka menuju rumah sakit sedangkan mobil Wina diurus oleh bengkel karena mogok.
Setelah dari dokter, Pemuda itu mengantar gadis itu pulang kerumahnya.
"Kalau begitu aku pamit dulu, oh iya namaku Reno". Sang pemuda mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Wina". Jawabnya singkat sambil tersenyum
Wina masuk kedalam rumah tanpa tahu bagaimana pemuda itu tersenyum misterius seolah merencanakan sesuatu.
Setelah pertemuan itu, keduanya kembali ketemu beberapa kali dan berubah intens kemudian memutuskan menikah, Berkat bantuan dari Wina, Reno akhirnya diterima di perusahaan tempatnya bekerja saat mereka baru menikah.
"Kamu ternyata sudah merencanakannya dari awal mas, aku tidak menyangka". Wina meneteskan air matanya karena kecewa.
Dia sungguh tidak menyangka jika ternyata pertemuan itu disengaja agar dia bisa berkenalan dan dekat dengan Reno dan dia baru menyadarinya sekarang.
"Aku akan mengembalikan segalanya seperti semula, kau yang tidak pernah bersyukur memiliki ku".
Sedangkan Reno dan juga Dena kini telah sampai dirumah, Reno mengamuk dan menghempaskan barang yang ada didepannya, dia ingin membunuh orang rasanya.
"Berhentilah menghancurkan rumah, aku lelah membersihkannya, lebih baik kamu mandi agar kepalamu jernih". Ucap Dena dengan jengah dengan tingkah laku Reno.
Reno melotot mendengar perkataan itu, dia sedang dalam keadaan marah malah dihina seperti itu.
"Diam kamu, aku pemilik rumah ini, terserah apa yang kulakukan disini". Teriaknya dengan keras dan menggelegar diruangan tamu itu.
Dena menghela nafas lelah, dia sedang hamil dan dia juga baru dipecat tanpa gaji dan juga pesangon padahal uang tabungannya juga tinggal sedikit.
"Kamu ini lucu mas, seharusnya kamu cari istri kamu dan lampiaskan kesana, percuma kamu hancurin rumah ini karena tidak akan ada manfaatnya, kau membuat rugi dirimu sendiri, barang-barang itu dibeli pakai uang dan sekarang kita berdua tidak bekerja, aku tidak mau membeli barang itu lagi, aku tak punya uang".
Dena membalas tatapan tajam itu karena sangat kesal, dia capek jika harus membereskan kekacauan yang dibuat oleh lelaki tidak tahu diri ini.
Reno terdiam mendengar perkataan itu, benar yang dikatakan Dena, percuma dia menghancurkan barang-barang ini, dia akan rugi karena harus membeli lagi dan mereka kini tidak bekerja.
Reno langsung meninggalkan Dena tanpa kata, dia akan masuk kedalam kamar mereka untuk mandi setelah itu akan pergi mencari Wina untuk membuat perhitungan padanya.
Setelah semuanya selesai, Reno keluar tanpa memperdulikan Dena yang kini tengah makan malam, bahkan untuk menawarkan dirinya makan saja tidak.
"Aku yakin dia berada ditoko itu, dia selalu disana". Ucapnya dengan penuh emosi.
Dia bergegas kembali ke toko itu, dia tidak peduli jika apra security itu mengusirnya kembali.
Benar saja, begitu dia berada didepan pintu dia dihadang oleh kedua security yang berbeda karena dia mereka sudah diberi tahu jika Reno adalah orang yang terlarang untuk masuk kedalam.
"Maaf anda tidak bisa masuk, jika memaksa maka kami akan nabil tindakan keras".
"Tapi saya suami dari pemiliknya, kalian tidak berhak melarang saya". Reno tetap bersikeras masuk kedalam.
Para security yang kesal karena Reno terus memaksa masuk langsung menghempaskan Reno dengan kasar.
"Sudah kami katakan anda dilarang masuk, sepertinya anda ingin diusir menggunakan kekerasan". Kedua security itu menatap berang pada Reno
Reno menundukkan kepalanya, dia sebenarnya ketakutan melihat kedua security berbadan besar itu menghampiri dirinya tapi ternyata didepan pintu terlihat istrinya berdiri melipat kedua tangannya menatapnya dengan tajam
"Mau apa kemari?? ". Tanya Wina dengan dingin.
Tak ada lagi tatapan hangat dan cinta darinya yang diterima oleh Reno, melihat itu Reno menelan ludahnya karena tahu istrinya kini bukan lagi Wina yang dulu.
"Sayang, mas ingin bicara denganmu, kenapa kamu suruh mereka mengusir dan melarang mas masuk??". Reno berusaha mendekati istrinya tapi Wina mengangkat tangannya menyuruh Reno diam ditempat.
Reno berhenti, dia takut mendekati istrinya karena disana ada dua security yang menjaga dan mengamati keduanya apalagi istrinya menyuruh security untuk berasa didekat istrinya
"Ayolah sayang kita bicara berdua tanpa orang lain, tidak enak bicara seperti ini". Bujuknya dengan nada lembut berusaha meluluhkan hati Wina.
"Bicara saja, tidak perlu banyak tingkah, mereka akan jadi saksi apa yang kau bicarakan, aku bukan orang bodoh, kau pikir aku tidak tahu jika kau akan melakukan kekerasan fisik jika aku tidak mau mendengarkan mu dan menuruti keinginanmu??
Wina tersenyum sinis dan mengejek, dia sangat tahu lelaki ini bukan orang baik dan bermuka dua kejadian di restoran sudah membuatnya berjaga-jaga.
"Tapi kan sayang, mereka orang lain tak pantas mendengar pembicaraan rumah tangga kita". Ucapnya dengan memohon.
"Terserah apa katamu, yang jelas, katakan atau tidak sama sekali".
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️