Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 [ Kamu pembunuh ]
Kabar meninggalnya Fero sudah diketahui semua orang termasuk keluarganya, tapi tidak dengan Adara ia masih tak mengetahui kabar ini.
Tak seperti biasanya Elgar mengunjungi Adara, tapi ada keanehan dari wajah Elgar.
"Kenapa anda datang kesini?"
"Ikutlah denganku aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
"Apakah anda berniat mempermainkan aku lagi? Ataukah kali ini anda berniat menjual ku?"
"Yang jelas jika kamu tidak mematuhi perintahku, anda akan sangat menyesal! Janganlah membantah cepat bersiap-siap."
"Ada apa sebenarnya yang terjadi pada lelaki ini?"batin Adara tak mengerti lagi.
DIDALAM MOBIL
"Kita sebenarnya mau kemana kenapa arahnya malah menuju ke rumahku?"
Elgar sama sekali tak membalas pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkannya, sesampainya mobil Elgar di depan halaman Rumah Adara pandangan Adara dikejutkan adanya bendera kuning yang membentang.
"Ini ada apa? Kenapa di rumahku ada bendera kuning siapa yang meninggal?"gumam Adara yang mulai menunjukkan tanda-tanda kepanikan.
"Kamu akan tau jika kita keluar dari mobil, cepat keluar."
"Ada apa ini? Siapa sebenarnya yang meninggal dan ada maksud apa lelaki ini yang malah mengantarku?"
Langkah kaki Adara seketika terhenti sesampainya ia menginjakkan langkah diruang tamu. Mama dan Papanya yang menangis histeris ditambah disampingnya Mamanya ada Sandra membuat banyak pertanyaan terlintas di otak Adara siapa sebenarnya yang meninggal, otot-otot kakinya terasa kaku tak memiliki tenaga untuk melangkah lagi.
"Ini siapa sebenarnya yang meninggal?"
"Nona yang sabar Tuan mengalami kecelakaan, nona yang sabar, tuan sudah tidak ada." Berupaya sang asisten pembantu menenangkannya.
"Tidak! Ini pasti kesalahan tidak mungkin Abang Fero ninggalin aku, tidak mungkin ini pasti kesalahan kan?"
Tubuh Adara hampir kehilangan keseimbangan dan untungnya Elgar cepat meraih pergelangan tangan Adara. Mendengar suara Adara dan tangisannya Mamanya membalikkan tubuh, tak segan-segan bergegas wanita itu mendekati putrinya dan dilayangkan satu tamparan mengenai pipi Adara.
"Mama ...kenapa Mama malah menamparku? Apa salahku?"
"Masih berani tanya apa salah kamu?"tegas Mamanya.
"Apa yang kamu lakukan disini? Pergilah!"usir Papanya berbalik ikut merundung putri kandungnya.
"Ma! Pa! Ijinkan Adara untuk disini menemani Kakak di peristirahatan terakhirnya ...ijinkan Adara ...tolong jangan usir aku, aku mohon!"
"Putraku meninggal itu gara-gara kamu! Coba saja jika ia tidak nekat mengunjungimu mungkin dia masih ada disini! Coba saja kalau dia tidak terlalu besar memikirkan kamu mungkin anakku sampai sekarang ada disampingku ...kamu yang telah membuatnya meninggal! Kamu pembunuh! Pergi dari sini saya tidak mau melihat muka kamu! Pergi!"
"Tidak! Adara mohon kali ini saja jangan usir Adara, Adara masih mau disini jangan usir Adara, mohon!"
Berlutut bahkan bersimpuh langsung dibawah kaki sang Mama dan Papanya, kemarahan kedua orang tua Adara tak mampu lagi menolongnya. Tangan kekar sang Ayah akhirnya mencengkram pergelangan tangan Adara dengan erat, diseretnya keluar kini tak ada lagi hati bahkan keperdulian yang ditujukan oleh keduanya terhadap Putri kandungnya sendiri.
"Pergi dari sini jika tidak ingin tanganku sendiri yang kembali memberikan hal lebih buruk! Cepat pergi!"usirnya.
Pria tua itu lalu masuk tak memberikan harapan lagi pada sang Putri, disaat masih bersimpuh satpam menjabat tangan Adara membantunya untuk berdiri.
"Alangkah baiknya Non pergilah suasana hati Nyonya dan Tuan sedang terguncang besar, jika Nona tetap kekeh mereka bisa bertindak kasar tanpa terkendali terhadap Non, saya menyayangi non sudah seperti Putri kandung saya sendiri, saya mohon non pergilah!" Saran yang ditujukan satpam penjaga kediaman orang tua dari Adara.
"Baiklah aku akan pergi, tapi Bapak bisa kasih tau dimana tempat peristirahatan terakhir Kak Erlangga? Jika aku tidak diijinkan masuk, setidaknya di pemakaman saya bisa mengucapkan kata-kata terakhir saya." Satpam pun mengijinkannya.
"Pemakaman ***, disana tempat peristirahatan terakhir Tuan akan disemayamkan, sekali lagi maafkan saya dan Bibik tidak bisa menolong Non, yang sabarlah, saya ijin masuk."
"Baik Pak."
Perginya satpam, Elgar menghampiri Adara ia sengaja tak bersuara karena ia tau itu akan percuma.
"Cobaan apa ini Tuhan? Kenapa engkau selalu memberikan cobaan silih berganti ...kenapa?"batin Adara.
Air matanya mengalir dengan derasnya, siapa sangka hari yang cerah ini menjadi hari yang mengharukan dimana ia harus ikhlas menerima kepergian sang Kakak untuk selama-lamanya.
Beberapa jam kemudian setelah dilaksakan prosesi pemakaman, akhirnya ia bisa bertemu dengan sang Kakak biarpun sudah beda alam.
Disamping batu nisan bertuliskan Erlangga
Algantara Rahadi akhirnya Adara bisa menumpahkan semua kehancuran dan kesakitan yang selama ini ia pendam.
"Kenapa Kak? Kakak berjanji padaku baru kemaren akan melindungi dan menjaga ku, baru kemaren Kak Erlangga memohon kepadamu untuk memaafkan Kakak, tapi kenapa malah seperti ini? Kenapa!"
"Maafkan Adikmu ini yang belum bisa membahagiakan dan membuat Kakak bangga, maafkan Adikmu ini semasa hidup Kakak belum bisa memberikan apa-apa pada Kakak, maafkan Adara ... maafkan Adara."
"Tidak ada gunanya menangisi seseorang yang sudah tiada, menangis dengan hujan-hujanan. Bahkan jika sampai sakit pun itu akan percuma tindakan bahkan pengorbanan kamu tidak akan mengembalikan nyawanya kembali."
Sahutan yang dilayangkan oleh Elgar berganti lirikan Adara berganti mengarah kepadanya.
"Ngapain kamu ada disini? Aku minta pergi!"
BERSAMBUNG.
lanjut thor