Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Diantara Dua Pilihan.
Siangnya Nathanael memanggil Vivi ke ruangannya dan sekarang Vivian berdiri kaku di depan meja Nathanael, jari-jarinya memeluk erat dokumen yang dipegangnya seperti tameng.
"Vivian," Nathanael menyapa dengan suara lembut namun tegas, "Aku ingin kamu mendampingiku di acara amal ulang tahun perusahaan besok."
Mini-Vivi berteriak kencang di belakang menjadi backsound yang menggelegar." KENAPA!!. PADAHAL AKU INGIN JADI SEKSI KONSUMSI SAJA!!. "
Vivian menelan ludah. "S..Saya, Pak?"
"Ya," Nathanael menggeser brosur ke arahnya. "Ini proyek kolaborasi dengan yayasan kanker anak. Ada pertandingan rugby dan dinner dengan direksi."
Mini-Vivi langsung jatuh berlutut di bahu Vivian, memegang kepala. " TIDAK!!. AKU TIDAK INGIN MELIHAT DUA PRIA INI DALAM SATU RUANGAN!!."
Vivian berusaha menenangkan suaranya. "Saya... saya tidak yakin bisa hadir. Saya tidak punya gaun yang cocok untuk acara formal seperti..."
Nathanael tersenyum, lalu dengan gerakan halus menggeser sebuah kotak hitam bermerek ke arah Vivian. "Tidak perlu khawatir. Aku sudah menyiapkannya untukmu."
Vivian membeku dengan wajah terkejut. "B..Bagaimana...?"
" Maaf, aku hanya mengira-ngira ukuranmu. Tapi aku harap pas dengan badanmu." Jelas Nathanael sedikit canggung, tapi matanya berbinar. "Warna birunya...seperti matamu saat terkena cahaya."
Mini-Vivi terjungkal ke lantai. " DIA MULAI LAGI!!. DIA MULAI LAGI MENGELUARKAN KARTU AS NYA!!.KECANGGUNGAN YANG YANG MEMATIKAN!!. INI SERANGAN TELAK VI!!.
Vivian mencoba lagi. Tangan mengepal erat berusaha menyembunyikan detak jantungnya yang tiba tiba kencang. "Tapi Pak, saya bukan bagian dari proyek ini..."
" Ini acara ulang tahun perusahaan Vi, semua karyawan datang." potong Nathanael, suaranya tiba-tiba lebih dalam." Lagi pula kamu satu-satunya orang yang aku inginkan di sana,"
Dengan pipi yang sedikit memerah Vivi masih berusaha menolak. "Tapi..."
"Tidak ada 'tapi'," Nathanael berdiri, mendekati Vivian perlahan. "Ini bukan permintaan, Vivian. Ini bagian dari tugasmu untuk memeriahkan acara ulang tahun perusahaan kita."
Vivian menggigit bibir. ' Bagaimana cara menjelaskan bahwa ini bukan tentang acara ulang tahun. Bahwa aku tidak ingin Zeke melihatku berdiri di samping Nathanael seperti pasangan dan membuat Zeke berpikir aku bohong padanya?.'
"Saya... saya hanya khawatir tidak cocok dengan suasana..."
Nathanael tiba-tiba menyentuh bahunya, membuat Vivian tercekat. "Percayalah padaku," bisiknya. "Kamu akan bersinar di sana."
Mini-Vivi menggeleng putus asa." DIA TIDAK MENGERTI! KALAU ZEKE MELIHAT KITA DI SAMPINGNYA, DIA GAK AKAN PERCAYA KITA."
Tapi Nathanael sudah berbalik, mengakhiri percakapan. "Jam 7 malam besok. Aku akan menjemputmu."
Vivian hanya bisa mengangguk lemas, sambil membayangkan wajah Zeke yang pasti akan melihatnya sebagai pasangan jika berdiri di samping Nathanael.
________
Vivian mendorong pintu kafe dengan napas terengah-engah, rambut sedikit berantakan setelah berlari sepanjang jalan dari kantor. Matanya langsung mencari dan menemukan Zeke di belakang counter, sedang membersihkan mesin espresso.
"Zeke!" panggilnya, suara masih tersengal.
Zeke menoleh, alis terangkat melihat Vivian yang tampak seperti baru dikejar-kejar. "Whoa, Vi. kamu dikejar debt collector apa gimana?"
"Aku aku perlu bicara," desis Vivian, tangannya menempel di meja kayu untuk menahan tubuhnya yang masih lelah karena berbagai tekanan hari ini.
Zeke mengangguk, lalu menggeser segelas air mineral dingin ke arahnya. "Minum dulu. Napas sampai tersendat seperti itu."
Vivian meneguk air itu, lalu menarik napas dalam-dalam. "Kamu tahu acara rugby besok... yang kerjasama dengan perusahaan tempat aku kerja?"
Zeke menyeringai. "Tahu. Aku kan pemain utamanya."
"Dan...dan kamu juga akan datang ke pesta ulang tahun perusahaan sebelum pertandingan?" Tanya Vivian lagi, suaranya semakin tinggi.
"Yap," Zeke mengangguk santai, menyilangkan tangan di depan dada. "Aku dan teman-teman tim diundang khusus. Katanya untuk sesi foto dengan para donatur."
Vivian menutup mata sejenak. Ini lebih buruk dari yang dia kira.
"Aku... aku juga akan ada di sana," ujarnya pelan. "Nathanael minta aku mendampinginya."
Dia menatap Zeke dengan waspada, menunggu reaksinya, marah? Kecewa?.
" Nathanael?. Bos mu?."
Vivian tegang mengangguk.
Kemudian Zeke tersenyum. "Oke. Aku tunggu aja di meja tamu VIP ya."
Vivian mengerutkan kening dengan jawaban yang terlalu santai Zeke.
Vivian berpikir, apa dia terlalu berlebihan dengan semua ini?.
Tapi kemudian Zeke mendekat perlahan. "Vi," panggilnya dengan suara rendah seperti deru mesin Harley. "Kenapa kamu sampai dua kali harus jelasin semua ini ke aku?"
Vivian membeku. Matanya langsung membulat. Mulutnya terbuka-tutup seperti ikan. Pipinya memerah sampai ke telinga.
Kenapa?. Vivian pun gak yakin dengan jawabannya. Vivi sadar dia menyukai Zeke. Tapi sebesar apa rasa sukanya pada Zeke, sampai dia gak ingin Zeke salah paham dengan hubungannya dan Nathanael ?.
Zeke menyempitkan matanya, melihat diamnya Vivi. Senyum licik mengembang. "Kenapa..." Langkahnya mendekat lagi, sampai Vivian bisa mencium aroma kopi dan kayu manis yang melekat di kulitnya. "...kamu takut aku salah paham?"
Mini-Vivi yang bersembunyi di dalam tas Vivi menjerit. " JANGAN JANGAN DIA TAU! DIA PASTI TAU! KITA UDAH SUKA DIA SEJAK PERTAMA KALI KETEMU!!."
Vivian mencoba mundur, tapi punggungnya sudah menempel di dinding. Tangannya tanpa sadar mencengkeram kaos Zeke yang ketat, jari-jarinya menekan otot perutnya yang keras.
Zeke sadar, dia menikmati ini. Tangannya menempel di dinding di samping kepala Vivian, mengurung gadis itu.
"Jawab, Vi," desisnya, nafasnya hangat di kulit Vivian. "Aku mau dengar kamu ngomong."
Vivian menarik napas pendek. "Aku...aku..."
Mini-Vivi menjerit dengan kedua tangan menutup telinga. " JANGAN BILANG!!. JANGAN BILANG!!. JANGAN BILANG KALAU KITA UDAH SUKA DIA SEJAK AWAL!!. ITU MEMALUKAN!!."
Zeke mendekatkan bibirnya ke telinganya, sengaja membuatnya merinding.
"Atau..." bisiknya kasar, "aku bisa bikin kamu ngaku tanpa kata-kata."
Tangan Vivian mencengkeram lebih erat. Logikanya ingin menolak, tapi tubuhnya bergerak sendiri lebih...mendekat.
Zeke tertawa pendek.
Vivian ingin meleleh. Tapi kemudian Zeke melepas kurungannya. Berjalan mundur satu langkah dari Vivian...
"Tapi...aku lebih penasaran," lanjut Zeke, senyum nakal masih terkembang di bibirnya, "gaun seperti apa yang bakal kamu pakai besok."
Mini-Vivi yang muncul di bahu Vivian langsung menjerit. " FOKUS KAMU BERUBAH, ZEKE!.FOKUSNYA BERUBAH!."
Vivian memerah tangan masih mencengkram kain baju Zeke wajah tertunduk ."Itu...itu cuma gaun biasa.!"
" Benarkah?." Zeke kembali mendekat dengan bibir yang hampir menyentuh telinga Vivi. " Kalau begitu jangan biarkan Bos mu itu menyentuh mu Vi, atau aku akan benar benar..." Zeke tidak melanjutkan ucapannya.
Vivian tersedak saat Zeke menjauh seolah tak terjadi apa apa, meninggalkan Vivi masih dengan wajah memerah panas namun tanpa jawaban.
Mini-Vivi terlempar ke belakang. " DIA!! APA MAKSUDNYA ITU!! APA MAKSUDNYA ITU!!."
________
Vivian duduk di tepi tempat tidurnya, mata tak lepas dari gaun mewah yang tergantung di depan cermin. Gaun itu indah terlalu indah. Warna biru pastel dengan potongan mewah yang seolah keluar dari halaman buku dongeng dengan diteil pita di pinggang.
"Aku tidak pantas memakai ini..." bisiknya pada diri sendiri dengan bayang bayang Zeke masih melayang di kepalanya.
Mini-Vivi muncul di bahu, memeluk bantal kecil. "NIH GAUN HARGA 20 JUTA. KALAU DIPAKAI BISA BIKIN KAMU LANGSUNG KAYA AURA PUTRI. TAPI HANYA BIKIN KITA MERASA BERSALAH."
Vivian menghela napas, jari-jarinya menyentuh lembut kain gaun itu.
Vivian menghela napas. "Aku gak ngerti kenapa dia terus-terusan kayak gini."
Dia memandang gaun itu lagi, perasaan campur aduk.
Senang? Tentu. Gaun itu cantik, dan Nathanael jelas memilihkannya dengan perhatian.
Tidak enak? Sangat. Dia bukan pacarnya. Bukan siapa-siapa nya, kecuali sekadar karyawan.
Dan perasaannya pada Zeke membuatnya seakan hanya memanfaatkan Nathanael tapi dilain pihak dia juga gak ingin mengecewakan Nathanael.
Mini-Vivi mengangguk-angguk. "JADI GINI. KALAU KAMU PAKAI GAUN INI, ARTINYA KAU TERIMA KASIH. KALAU KAU TOLAK, ARTINYA KAU NGGAK HARGAI USAHANYA. SUSAH, KAN?"
Vivian menjatuhkan diri ke kasur, menatap langit-langit.
"Aku cuma gak mau Zeke salah paham...tapi kenapa malah jadi ribet gini."
***