NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

"Ugh!." Abila menggerutu karena rasa b!R yang pahit saat pertama kali mencobanya. Ia meringis dan Meneguk isinya, membuat Zerga yang melihat hal itu pun tersenyum geli. "Pait banget!." Gumamnya.

"Biasain aja!." Zerga tertawa dan langsung menghabiskan minumannya.

Abila hanya mengernyitkan dahinya. Bagaimana mungkin seseorang begitu acuh tak acuh terhadap rasa minuman yang aneh ini? Dan bagaimana jika mereka ketahuan telah meminum minuman yang memang di larang ini?

Abila menatap minumannya lagi.

"Ayo minum lagi." Kata Zerga, menyenggol lengan Abila. "Nanti juga terbiasa."

"Iya, iya!." Gumam Abila dan menyesap minumannya lagi. Kali ini, ia sudah siap dengan rasanya, jadi rasanya tida terlalu buruk. Bahkan, ia merasakan sensasi terbakar ditenggorakannya, tetapi tidak separah itu. Abila menahan napasnya dan menyesap minuman itu lagi.

"Tenang!." Kata Zerga memperingatkan saat melihat Abila cegukan. "Jangan di minum sekaligus!."

"Hisk! Terus gimana?."  Abila menjadi agak cadel. Dia sudah merasakan efek b!R yang mulai bekerja dalam dirinya, yang membuat Zerga memeriksa botol Br yang disediakan untuk Abila.

"Yang ini kadar alkoholnya cuma empat puluh persen!." Zerga mengernyitkan dahinya. "Lo seharusnya ngga mabuk.."

"Hiks! aku belum pernah minum sama sekali.."

Zerga mendesah. Memikirkan Abila yang terlalu naif dan tertutup.

"Keluarganya Rafka emangnya selalu ngekang lo, ya?." Tanya Zerga, terdengar mengejek. "Lo ngga pernah pergi ke klub, lo ngga pernah ciuman sebelum malam itu, lo masih pw dan lo juga belum pernah pacaran. Lo sama sekali ngga punya temen selain Rafka! Lo itu mau jadi apa sih? Orang yang sok suci?."

"Aku cuma selalu pengen sendirian." Jawab Abila dengan suara yang lirih.

"Oh, jadi yang kemarin. Nyanyi sendirian di danau dan ngga mau orang lain tau?."

Klub itu semakin ramai seiring banyak orang yang masuk. Beberapa pria yang berpenampilan aneh juga datang ke tempat itu, tetapi Abila dan Zerga tidak menyadari hal itu.

"Aku ngga terlalu bisa nyanyi, jadi aku cuma nyanyi kalau aku lagi sendirian." Kata Abila.

"Rafka tau lo bisa nyanyi?."

Abila menggelengkan kepalanya. Dulu ia pernah mengikuti les menyanyi dari ibunya, tetapi setelah orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan itu, membuat Abila berhenti bernyanyi didepan orang.

Seolah-olah, gadis itu telah kehilangan semua motivasi untuk mengejar mimpinya menjadi  seorang penyanyi suatu hari nanti.

"Suara lo ngga jelek kok."

Kedua mata Abila berkedip karena terkejut saat Zerga meliriknya.

"Lo lumayan juga kalo jadi penyanyi." Kata Zerga lagi. "Gua suka sama lagu lo dan menurut gua itu bagus."

Kedua pipi Abila langsung memerah, tangannya terangkat untuk membenarkan posisi kacamatanya. Entah karena kata-kata Zerga atau karena minuman itu, Abila saat ini menjadi tersipu. Jantungnya berdebar kencang dan ia berusaha untuk tidak menatap kearah Zerga, takut bahwa lelaki itu bisa membaca pikirannya.

Zerga hanya menggelengkan kepalanya dan meminta isi ulang minuman untuk dirinya sendiri. Sementara Abila melihat ke sekeliling, kepalanya terasa sangat ringan. Pandangannya tertuju ke arah papan dart tempat beberapa orang pria sedang bermain dart. Tanpa sepengetahuan Zerga, Abila berjalan menuju para pria yang sedang bermain itu.

Salah satu dari para pria itu mengamati gadis muda yang berjalan mendekati mereka dan langsung menyenggol teman-temannya.

"Woy, woy. Liat tuh ada cewe sendirian!." Kata pria itu memberitahu teman-temannya.

"Kayaknya dia mau ke sini." Jawab temannya.

Jika dilihat para pria itu berusia sekitar tiga puluhan tahun yang sengaja datang ke klub hanya untuk menghabiskan waktu dan sekaligus mencari gadis. Melihat anak SMA itu sendirian mulai membuat para pria itu bersemangat.

Para pria itu mendekati Abila yang terlihat berjalan sempoyongan. Gadis itu masih sedikit mabuk saat mengambil panah magnetyang tersedia. Salah satu pria dengan sengaja menabrak Abila dan membuat gadis itu kehilangan keseimbanganya, lalu jatuh terduduk.

"Aduh." Abila meringis dan mendongak, mendapati tiga pria yang menjulang tinggi diatasnya. Seorang pria berbadan kekar membungkuk untuk menyentuh rambut Abila.

"Kamu sendirian ya?." Tanya pria itu dengan suara yang lembut.

Abila kini ketakutan dan refleks menjauh dari sentuhan pria itu.

"Aku..."

"Jauhi cewe itu!."

Ketiga pria itu mendongak dan mendapati Zerga berdiri berhadapan dengan mereka, dia terlihat geram.

Zerga menyadari keributan itu saat bersamaan menyadari bahwa Abila yang sedang berurusan dengan ketiga preman itu. Mereka semua bertubuh besar dan tegap dengan tato yang menghiasi lengan mereka. Salah satu dari mereka memiliki bekas luka besar diwajahnya, terlihat menakutkan, tetapi Zerga tak gentar sama sekali.

"Cabut!." Perintah Zerga. Dia melangkah dan berdiri didepan Abila, dan menghadap ketiga pria asing itu.

"Mau ngapain, cowok ganteng?." Salah satu preman itu justru terkekeh. "Sini tunjukkin burung lo yang kecil itu...."

Tinju Zerga langsung mengenai orang itu sebelum orang itu menyelesaikan perkataannya. Karena tinjuan Zerga, pria asing itu jatuh ke belakang dan darah mengalir deras dari sisi mulutnya.

"AGHHHHHH!." Teriak pria itu kesakitan.

Orang-orang lain yang berada di klub itu langsung menghentikan aktifitas mereka setelah mendengar keributan. Abila ketakutan dan mencoba untuk menghentikan Zerga, tetapi pengunjung lain menghalangi jalannya.

"Lawan, ayo lawan!." Teriak mereka dengan lantang.

Melihat temannya dalam kondisi seperti itu, salah satu preman mencoba menyerang Zerga. tetapi Zerga cukup cepat dan langsung menendang selan9k4n94n pria kedua. Pria itu tentu saja menjerit kesakitan. Pergelutan sengit itu di tambah oleh pria ketiga dan Zerga lagi-lagi berhasil mengalahkan ketiga preman itu.

"Masih berani lo?!." Zerga meludahi mereka.

Abila entah bagaimana berhasil menerobos kerumunan dan bergegas mendekati Zerga.

"Apa yang kamu lakuin, Zerga?." Tanya Abila dengan raut wajah panik. "Mereka itu preman, kan?."

"Di klub semua ini udah biasa." Seru Zerga.

"Kamu bilang klub ngga terlalu nyeremin!."

"Iya deh, gua boong sama lo."

Abila kembali ketakutan saat memikirkan bagaimana jika ada preman lagi yang datang dan tidak terima teman-temannya sudah dihajar oleh Zerga sampai babak belur?!

Tiba-tiba, mereka mendengar sirine polisi dari kejuhan. bartender dan orang-orang itu menjadi panik. Bahkan para preman pun mulai berdiri dan langsung pergi.

"Polisi ada di sini!." Teriak bartender. "Ayo lari!!."

"Gua bakalan balas dendam!." Teriak salah satu preman saat mereka berjalan pergi.

Semua orang mulai melarikan diri, membuat jalan keluar penuh dengan orang-orang yang berhimpitan.

Zerga meraih pergelangan tangan Abila dan menariknya agar ikut pergi bersamanya.

"Kita mau kemana?." Teriak Abila ketika mereka berlari."

"Udah deh, percaya aja sama gua!."

Mereka berlari dengan cepat kearah yang berlawanan dengan kerumunan yang berusaha melarikan diri. Beberapa orang berlari ke pintu keluar yang macet, tetapi Zerga justru mengajak Abila untuk masuk ke toilet pria.

"A-apa yang mau kita lakuin di sini?." Tanya Abila, menahan diri ketika Zerga masih menariknya. "Kita harus keluar dari tempat ini, Zerga!."

"Kita bisa lewat sini!." Seru Zerga sembari jari telunjuknya menunjuk kearah jendela yang berada diatas toilet. "Gua gendong lo, nanti lo lompat keluar dan tunggu gua."

Abila seakan tengah berada didalam dilema. Dia kurang aletis dan takut terjatuh, lalu cedera!

"Lo ngga punya waktu buat mikir, Abila!." Kata Zerga terdengar geram. "Gua tadi nyuruh apa, lo lakuin aja sekarang!."

Abila menyingkirkan semua kekhawatirannya dan akhirnya mengangguk. Zerga melipat kedua telapak tangannya, Abila menginjaknya dan meraih jendela, lalu memanjat keluar. Ia jatuh ke tanah di luar, menepuk telapak tangannya dan pahanya sedikit.

"Aduh!." Erangnya sembari berdiri. Ia kemudian mendongak, memperhatikan Zerga yang sedang memanjat jendela dan melompat keluar dengan mudahnya, tanpa cedera.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, mereka berlari secepat mungkin, menjauh dari gedung klub. Mereka bisa mendengar sirene dari kejauhan, tetapi polisi tampaknya tidak mengejar mereka.

Zerga dan Abila terus berlari hingga mereka memutuskan untuk berhenti di gang lain. Keduanya terlihat terengah-engah sembari mengatur napas.

"Lo itu sebenarnya cewe pemberani atau bodoh, hah?." Bentak Zerga. "Kalau lo tau mereka itu para preman, kenapa lo berani-beraninya deketin mereka?."

Abila mengatakan sesuatu dengan suara pelan.

"Kalo ngomong itu yang keras."

"A-aku tadi mau coba main dart." Ungkap Abila. "Dulu... Aku pernah main itu waktu ayah masih ada. Dan sekarang aku jadi ngga pernah main itu lagi setelah ayah dan ibu meninggal. Tadi, waktu liat ternyata ada mainan itu, aku tanpa ngomong dulu ke kamu..." Abila tidak melanjutkan ceritanya, ia tahu bahwa Zerga sangat kesal padanya saat ini.

Setelah mendengar cerita Abila, Zerga hanya menatapnya dengan tatapan cemas.

"Jangan pernah gitu lagi!." Kata Zerga dengan tegas. "Gua tadi kan udah bilang, lo harus selalu ada didekat gua."

"Ini karena kamu ngajakin aku ke tempat itu." Gumam Abila lirih.

"Ya, gua juga salah. Seharusnya gua lebih jagain lo tadi."

"Tapi..."Abila tampak ragu. "Tadi itu seru." Abila tersenyum kecil, membuat Zerga bingung.

"Seru?." Lelaki itu mengernyitkan dahinya.

"Aku minum alkohol buat pertama kalinya." Kata Abila, sembari mengenang kejadian tadi. "Liat kamu berantem sampe kabur dari polisi. Itu emang bukan hal baik, tapi..."

Abila terdiam seolah kesulitan menemukan kata yang tepat. "Ngobrol sama kamu juga ngga kalah bikin aku happy." Ungkap Abila pada akhirnya.

Senyum gadis itu melebar, kebahagiaannya terpancar di matanya. Dan hal itu membuat Zerga terpesona sesaat oleh kecantikan Abila.

Apa dia memang selalu semanis ini? Atau ini efek karena dia mabuk?

"Ayo kita pulang!." Ajak zerga.

Abila terkejut ketika melihat Zerga melepaskan jaketnya dan memakaikan jaket itu padanya.

"Jangan sampe lo masuk angin." Kata Zerga, berusaha terlihat dingin, tetapi Abila tersenyum dan mengangguk karena perlakuan Zerga.

"Ayo."

Mereka kemudian berjalan menuju halte bus terdekat, berjalan berdampingan, menyadari kehadiran satu sama lain. Punggung tangan mereka hampir bersentuhan, tetapi entah mengapa, mereka tidak saling berpegangan.

Mereka akhirnya sampai didepan halte bus, tetapi Abila terkejut saat melihat mobil Ida muncul dan berhenti didepan mereka.

Abila khawatir ketika Ida keluar dari mobil dan terlihat marah.

"Abila Beyza Auliandra! Bunda--"

Ida berhenti berbicara saat tatapan matanya tertuju kearah Zerga yang berdiri di samping Abila. Kedua mata Ida terbelalak kaget.

"Zerga." Seru Ida terkesiap.

Abila juga memperhatikan keduanya. Zerga yang tadinya bisa tersenyum kecil, kini terlihat sebaliknya, ada amarah dingin dalam dirinya yang membara melalui tatapan Zerga, seolah lelaki itu ingin menyakiti seseorang sekarang. Dan orang yang ingin dia sakiti adalah wanita yang sedang bertatapan dengannya saat ini!

"Dia aman, Tante Ida." Kata Zerga dengan tenang. "Kita berdua baru aja pulang dari toko buku, cari buku-buku yang bisa di jadikan proyek kita."

'Mereka kenapa? Dan kenapa aku ngerasa kalo mereka udah saling kenal sejak lama?.' Batin Abila, bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Seingat Abila, Ida dan Zerga sama sekali tidak pernah berinteraksi sebelumnya.

Zerga menjauh dari Abila dan berbalik untuk pergi.

"Zerga, tante bisa anterin kamu pulang." Kata Ida menawarkan, tetapi Zerga justru mengabaikannya dan terus berjalan hingga menghilang dari pandangan

"Bunda?." Panggil Abila, saat menyadari Ida yang melamun, melihat kepergian Zerga.

"Ayo pulang, Abila." Ajak Ida dan langsung masuk kedalam mobil

Abila merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi, tetapi dia menuruti perintah Ida.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!