Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Want to go back?
"Lihat sang primadona kita datang." Suara sarkastis terdengar dari arah belakang.
Liora menoleh pelan.
Selina, Anna, dan Gisel berjalan mendekat dengan wajah sinis.
Talia ikut menoleh. Begitu sadar siapa yang datang, ekspresinya langsung berubah—amarahnya kembali naik.
“Kak, kamu baik-baik saja semalam?” tanya Selina dengan nada pura-pura peduli.
Talia langsung menyambar, “Udah merebut pacar orang, masih berani muncul juga?”
“Jangan asal ngomong! Damien memang suka sama Selina,” bela Anna cepat.
"Oh iya, Selina dan Damien akan segera bertunangan. Tadinya setelah lulus, tapi rencananya dipercepat. Sebagai adik, kamu wajib datang ya," ucap Gisel sambil menyunggingkan senyum sinis.
“Tenang aja, Liora pasti datang,” ucap Talia tajam.
Selina tersenyum manis. “Benarkah? Aku senang sekali kalau kakak bisa hadir.”
Liora tak membalas. Ia hanya menarik lengan Talia pelan. “Ayo pergi.”
Talia menatap sahabatnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya memilih diam dan mengikuti langkah gadis itu tanpa sepatah kata pun.
Saat lewat, Talia dengan sengaja menyenggol bahu Selina hingga gadis itu terhuyung.
“Sel, kamu nggak apa-apa?” tanya Anna cepat.
“Aku baik-baik saja,” jawab Selina pelan.
“Mereka benar-benar nggak tahu diri. Nanti pas pertunanganmu, aku pasti bikin dia malu,” gerutu Gisel kesal.
Selina hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia puas. Sudah lama ia ingin menjatuhkan Liora, tapi entah kenapa gadis itu selalu lolos. Kali ini, ia tidak akan membiarkannya lagi.
......................
Di sisi lain.
Di lantai paling atas gedung Alverez Corporation, Lucien duduk tenang di ruang kantornya. Ruangan luas bergaya minimalis dengan dominasi warna gelap memberi kesan dingin sekaligus berwibawa.
Terdengar ketukan pelan di pintu.
“Masuk,” ucap Lucien datar.
Aiden melangkah masuk. “Tuan.”
“Bagaimana hasilnya?”
“Saya sudah selidiki. Pria itu pemilik Virellon Corp. Karena perusahaan keluarga Liora sedang bermasalah, ayahnya berencana menikahkan Liora dengannya. Sebagai kompensasi, ia menawarkan mahar lima ratus juta.”
Krek—pena di tangan Lucien patah begitu saja.
“Ambil alih Virellon Corp,” ucapnya tenang, namun dingin.
Aiden menelan ludah.
Lucien kembali bersandar di kursinya, jemarinya mengetuk meja pelan. Ia tenggelam dalam pikirannya.
"Apakah perusahaan kita pernah bekerja sama dengan Leonhart Group di Noturn City?" tanya Lucien, suaranya terdengar dingin.
Ia tahu, banyak perusahaan yang ingin berkerja sama dengan Alverez Corp. Tapi yang satu ini… menarik perhatiannya.
“Ya, Tuan. Kita juga sempat bekerja sama dengan keluarga Damien. Reputasi mereka masih cukup kuat di kota ini,” jawab Aiden hati-hati.
Sorot mata Lucien berubah tajam. “Batalkan semua kerja sama dengan mereka.”
“Baik. Lalu Leonhart Group?”
"Biarkan aja dulu," jawab Lucien singkat.
Aiden langsung paham maksud tuannya. Ia mengangguk.
Lucien menyerahkan dokumen di atas meja. “Sudah kutandatangani. Siapkan semua sesuai daftar, jangan ada yang meleset.”
“Baik,” jawab Aiden cepat, lalu membungkuk sebelum pergi.
Begitu ruangan kembali sepi, Lucien bersandar ringan di kursi dan menatap layar komputer.
Tak lama, sebuah panggilan video muncul di layar monitor. Ia langsung menerima panggilan tersebut, dan muncul lah wajah seorang pria tampan dengan senyum jahilnya.
“Kau pasti kangen aku, kan?” ujarnya santai.
Lucien hanya menatap dingin tanpa bicara. Tatapan itu cukup membuat senyum pria itu goyah.
“Aku sudah bereskan semuanya. Lalu, apa rencanamu dengan barang-barang itu?” tanyanya serius.
“Itu bukan milik mereka sejak awal. Mereka hanya memegang sementara. Waktu mereka sudah habis,” jawab Lucien singkat.
Pria itu mengangguk. “Kau benar.”
“Aku harus kembali kerja.” Lucien hendak menutup panggilan.
“Tunggu!” seru pria itu cepat.
Lucien menatapnya datar. “Apa lagi?”
“Aku sudah selesaikan semuanya. Boleh aku kembali sekarang?” pintanya, hampir memohon.
Lucien meletakkan penanya. Ia menyandarkan tubuh dan mengusap dagunya pelan, menatap pria itu dengan ekspresi sulit ditebak.
“Kau ingin kembali?” tanya Lucien datar.
Pria itu menunjuk wajahnya sambil mengeluh, “Lihat ini… Wajah ku gosong kena matahari.”
Lucien mengangguk ringan. “Kalau begitu, pulanglah.”
“Akhirnya! Aku tak perlu bertahan di tempat itu lagi.” Pria itu menghela napas lega.
Lucien hanya melirik sejenak, lalu mematikan layar dan kembali fokus pada pekerjaannya.
................
Di sisi lain.
Karena hari ini jam kosong, Liora dan Talia memutuskan untuk berjalan-jalan.
“Aku masih nggak nyangka. Kupikir Damien orang yang bisa diandalkan. Ternyata salah besar,” ucap Talia, nada suaranya kecewa.
Liora menoleh pelan. “Tal, dari tadi kamu ngomel terus soal mereka,” ucapnya pasrah.
Talia menatap sahabatnya dalam. “Kamu nggak sedih?”
Liora menarik napas, lalu tersenyum tipis. “Kalau dia ninggalin aku demi Selina… berarti aku memang nggak cukup berarti buat dia.”
Talia menghela napas, lalu menepuk bahunya. “Suatu saat nanti, kamu bakal ketemu seseorang yang benar-benar bisa jaga perasaanmu.”
Ucapan itu tanpa sadar membuat bayangan Lucien muncul di pikiran Liora. Refleks, ia menggeleng kuat, berusaha menepisnya.
“Kamu kenapa?” tanya Talia heran.
“Aku lapar,” jawabnya tiba-tiba.
Talia terkekeh kecil. Namun, ponselnya berdering dan membuyarkan suasana.
Talia segera mengangkat telponnya. “Kak Renald?” serunya begitu melihat nama di layar.
Suara hangat terdengar dari seberang. “Aku baru saja kembali.”
“Benarkah!” jawab Talia antusias.
Talia adalah anak bungsu di keluarganya. Dan ia mempunyai dua kakak, dan yang paling dekat dengannya adalah kakak laki-lakinya — Renald.
ditunggu up nya lagi...😊