Demi untuk mendapatkan pengakuan dari keluarga Tan, Claudia bersedia menikah dengan pria misterius yang penyakitan demi mengganti posisi Pricilia kakak tirinya.
Claudia lahir dari sebuah kesalahan ibunya yang hamil di luar nikah oleh ayahnya Morgan Tan.
Tidak pernah mendapatkan kasih sayang sejak kecil dan kerapkali mendapatkan hinaan, Claudia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan percaya diri.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam persembahan (Bagian 2)
Aku mengikuti langkah bibi Helen menuju sebuah Aula yang berada di luar mansion. kami melewati beberapa taman serta kolam renang untuk sampai di aula yang berada di ujung taman.
Mansion milik nenek Chen sangat luas dan bangunannya tinggi menjulang. Aku saja baru tahu kalau di mansion ini memiliki aula yang sangat luas dan besar. Aku dan bibi Helen sudah berada di halaman aula. Ku edarkan pandangan ku keseluruh tempat, Aku begitu takjub dengan bangunan aula yang pilar-pilar nya berbentuk kepala Naga.
Suasana di luar Aula sangat menakutkan, apa lagi udara malam Ini begitu dingin dan mencekam. Bulu kuduk ku meremang saat kakiku menginjak porselin aula bangunan tua yang kokoh, sekeliling tembok nya berwarna merah menyala.
Bibi Helen berjalan kearah pintu dan mengetuk dengan keras. Tak lama kemudian pintu terbuka lebar, Bibi Helen menoleh kearah ku dan mempersilakan aku masuk mengikuti langkahnya.
Aku masuk ke dalam Aula yang begitu besar dan luas. Lampu-lampu kristal bergelantungan di atas plafon.
Seketika aku tertegun saat melihat Nenek Chan berhias layaknya seorang Ratu, pakaian tradisional Tiongkok terkesan mewah di tubuhnya. Malam ini, wanita tua itu begitu berbeda, auranya begitu mencekam dan tidak ada senyuman di bibirnya. Nenek Chen duduk di sebuah singasana mirip seperti kerajaan dan di sebelah kanannya berdiri seorang pria tua memakai pakaian jubah merah yang menatapku dingin dan ekspresinya tidak bisa ku tebak. Di samping kiri nenek Chen ada sosok pria yang sudah ku kenal, dia adalah kaki tangan nenek Chen.
Aku berjalan semakin mendekat dan memberi salam pada nenek Chen. Wanita tua itu berdiri dan menggandeng tangan ku dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Nenek membawa ku berjalan kearah Altar dan di sana juga sudah ada abu-abu para leluhur yang di masukan kedalam kendi.
"Kau ikuti aku!" tukas nenek Chen.
Aku hanya mengangguk tanpa bertanya.
Nenek Chen memberi hormat pada para leluhur, tubuhnya membungkuk sebagai tanpa penghormatan untuk arwah para leluhurnya. Aku mengikuti tata cara yang di ajarkan nenek Chen.
Pria berjubah merah ternyata guru spiritual kelurga Chen. Pria paruh baya ini biasa di sebut seorang supranatural atau cenayang. Ia bisa melihat masa depan atau kehancuran seseorang melalui ritualnya. Tetapi di jaman modern yang serba canggih ini aku tidak pernah percaya dengan yang namanya ramalan.
Sang spiritual maju kedepan altar, ia meraih teko dan menuangkan air suci ke dalam cangkir. Pria paruh baya itu mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra, lalu meniupnya kedalam kedalam cangkir. Kemudian cangkir itu di berikan kepada ku.
"Minumlah! Kata sang guru spiritual
Aku sempat terdiam dan ragu untuk minum, namun melihat wajah-wajah mereka yang tegang dan menakutkan, akhirnya aku meneguk air putih dalam cangkir pemberian guru spiritual.
Nenek Chen dan guru spiritual membaca doa-doa yang tidak aku pahami. Bunyi klenteng terdengar nyaring di sekitar aula, pertanda sudah pukul 12 malam. Nenek Chen bersimpuh dan berkata dengan lirih.
"Bulan purnama darah, Kami datang membawa gadis perawan untuk penyembuhan keturunan kelurga Chen. Buang kutukan pada cucu ku yang bernama Edward Yohanes Chen. Sembuhkan penyakitnya melalui sesembahan darah perawan Pricilia Tan."
Aku terkejut dengan penuturan nenek Chen, apa maksud semua perkataannya?. Kenapa dia ingin menyembah kan darah perawan ku? Bukankah aku sudah tidak perawan lagi?" Apa tuan Chen tidak pernah bilang pada neneknya, kalau kami sudah pernah melakukan hubungan.
Nenek Chen berdiri dan membalikkan badannya. "Helen, Jonathan." wanita tua itu menyebut nama kedua kaki tangannya, seakan mengerti akan perintah nenek Chen. Tiba-tiba bibi Helen dan asisten Jonathan berjalan mendekat kearah ku dan memegangi kedua tangan ku.
"Apa yang ingin kalian lakukan!" kata ku sambil berontak.
"Aku ingin meminta darah mu Cilla! Untuk menyembuhkan kutukan cucu ku!"
"Tidak! Aku tidak mau! Teriak ku "Aku di nikahkan bukan untuk di jadikan persembahan iblis!" bantah ku tidak terima.
"Sudah aku katakan padamu! kalau kamu ku nikahi dengan cucuku Edward Chen, bukan untuk jadi pendamping nya, tetapi untuk membantu pengobatan cucu ku yang tertimpa kutukan! Seru nenek Chan dengan tatapan menghunus.
Sungguh, terbuat dari apa hati wanita tua ini. Bisa-bisanya mengorbankan diriku untuk kepentingan cucunya. Aku tidak menyangka hidupku akan berakhir seperti ini.
"Cepatlah laksanakan upacaranya, kita sudah tidak ada waktu lagi. Bulan purnama darah akan menghilang tepat pukul satu dini hari" tukas guru spiritual.
Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh guru spiritual itu. Ku lihat nenek Chen mengangguk. Kemudian aku menoleh pada guru spiritual, ia meraih sebuah belati yang terselip di pinggangnya. Sementara Bibi Helena menaruh baskom di bawah tanganku. Aku benar-benar ketakutan dan tidak bisa berbuat apa-apa saat kedua tanganku dicekal oleh Bibi Helen dan Jonathan.
Jonathan menarik tangan ku kuat dan membalikkan telapak tangan ku. Tubuh ku gemetaran, rasa takut menjalar di seluruh tubuh ku. Pasti wajahku sudah pucat pasi melihat sebuah belati tajam berada di tangan guru spiritual.
"Mau apa kalian? lepaskan!" teriak ku, namun, semakin aku berteriak dan berontak, Bibi Helen dengan cepat membekap mulutku. Sungguh aku heran mengapa tenaga bibi Helen berkali-kali lipat kuatnya, hingga aku sulit untuk melepaskan diri.
Guru spiritual membuka telapak tangan ku, dan tiba-tiba menggoreskan belati di telapak tangan kanan ku, darah keluar dengan deras berjauhan ke bawah baskom. Aku menjerit-jerit merasakan kesakitan yang luar biasa, Namun suara ku tidak bisa keluar karena masih di bekap.
Airmata ku bercucuran membasahi pipiku, berlomba-lomba keluar tanpa henti. Aku merutuki nasibku yang sial ini. Kenapa aku selalu menderita dan tidak mendapatkan kebahagiaan sedikitpun. Aku menyesal kenapa mau menerima pernikahan misterius ini. Seharusnya dari awal aku menolaknya dan tidak perlu ingin memiliki nama keluarga Tan. walaupun aku sudah berkorban untuk keluarga Tan, tetap saja ibuku menderita menjadi bagian kelurga toxic itu
Aku sudah tak tahan melihat darahku sendiri yang terus berjatuhan. Jonathan begitu kuat memegang tanganku hingga aku susah melepaskan diri. Akhirnya ku gigit tangan bibi Helen, saat ia melepaskan tangannya aku berteriak sekuat tenaga. "Aaaaaaaggrh!
"Aahww!" pekik bibi Helen kesakitan.
"Kalian sudah keterlaluan!" teriak ku, "Kalian terang-terangan ingin membunuh ku!"
"Sudah diam, tidak perlu banyak bicara! kami hanya meminta darah mu sedikit! Dan aku sudah melunasi semua hutang-hutang ayahmu. Sekarang kau harus membayarnya dengan darah perawan mu, untuk pengobatan cucu ku!" seru nenek Chen.
"Ini sudah tidak masuk akal, iblis apa yang sudah merasuki kalian semua!" balas ku sambil tersedu-sedu.
"Kalian salah bila ingin darah perawan! kata ku dengan nafas tersengal "Aku sudah tidak perawan lagi!"
Ku lihat nenek Chen terkejut, bola matanya membulat sempurna dan bibirnya menganga karena menahan kecewa.
Guru spiritual juga terkejut, ia menatap ku tak percaya. "Bagaimana bisa dia sudah tidak perawan! Tukas guru spiritual pada nenek Chen.
"Tidak mungkin! Sebelum menikah dengan cucuku, dia masih suci!" aku melihat sendiri resume dari rumah sakit kalau Pricilia masih suci." tegas nenek Chen.
Aku teringat, seminggu sebelum menikah dengan tuan Chen. Ayahku menyuruh ku untuk periksa kesehatan dan keperawanan di salah satu rumah sakit di Beijing. Dan ternyata mereka mengincar kesucian ku untuk di jadikan tumbal.
"Aku sudah tidak suci nek!" seru ku, menatapnya dengan sinis, sisa jejak airmata ku masih ada, bahkan masih terus berjatuhan. Aku berusaha melawan meskipun rasa takut itu masih kuat.
Nenek Chen mendekat dan menampar wajah ku. "PLAKK!" berani-beraninya kau berbohong, aku tahu kamu sengaja berkata begitu, agar aku melepaskan mu!"
"Lanjutkan, ambil darahnya untuk persembahan!" perintah nenek Chen.
Guru spiritual menggores luka ku lebih dalam lagi. Aku menjerit histeris, karena sudah tak tahan dengan rasa sakit di telapak tangan ku. Rasanya aku sudah tidak kuat, perut ku terasa di aduk-aduk dan kepala ku berkunang-kunang. Di saat bersamaan seseorang mendobrak pintu dari luar.
"Hentikan kegilaan ini!" teriak seseorang pria di ambang pintu. Aku melihat pria itu berjalan mendekat kearah ku dan menarik tubuh ku dari bibi Helen dan Jonathan.
"Edward apa yang sudah kamu lakukan!" seru sang nenek.
"Edward?" pria ini ternyata suami ku, dan dia telah menyelamatkan ku.
Aku sudah tak bisa menahan rasa sakit, tiba-tiba pandangan ku gelap dan aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.
TERUS DUKUNG KARYA NOVEL INI, JANGAN LUPA UNTUK LIKE SETELAH MEMBACA, BERIKAN KOMENTAR KALIAN ALL... BIAR BUNDA SEMANGAT TERUS UNTUK MENULIS 💜💜