Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di luar prediksi
Kembali ke rumah Bintang, dua putra Sahara jutsru di suguhkan dengan pemandangan orang tua Laras yang menuduh Dimas melakukan pelecehan pada Laras yang terkulai lemas di rumah Bintang. Bintang sudah menjelaskan kalau itu adalah karena teluh yang di alami Laras saat dia datang ke bengkel Dimas, tapi orang tua Laras tetap keukeuh minta Dimas bertanggung jawab.
"Bapak ini bagaimana sih, kami ini justru menolong Laras, kenapa bapak malah minta tanggung jawab pada anak kami, bukannya berterima kasih" kesal Bintang yang sudah tersulut emosi
"Pak, bapak tidak boleh seperti itu, Laras tadi kesakitan pak, lihat sendiri darah di baju Laras ini, tadi perut Laras sakit bahkan sampai muntah potongan silet, paku payung dan juga kulit telur pak" ungkap Laras yang masih terlihat lemas di pelukan ibunya.
"Tapi tetap saja kamu ada di rumah laki laki sampai larut malam begini Laras, bapak mau dia tanggung jawab karena malah membawa kamu ke rumahnya, siapa yang tahu mungkin dia dan teman temannya ini melecehkan kamu saat kamu tidak sadarkan tadi" jawab ayah Laras yang bernama Tikno.
"Masya Allah pak, kalau saya berniat melecehkan anak bapak, kenapa saya dan keluarga saya menelepon bapak, mending saya buang saja anak bapak ini ke hutan" balas Dimas juga ikut emosi di tuduh yang tidak tidak.
"Maafkan kami kak, saya sebagai anak dari bapak saya memohon maaf yang sebesar besarnya" ucap Laras
"Astaga Laras, kamu bagaimana sih, kamu harus tuntut mereka juga dong, setidaknya harus ada salah satu dari mereka yang menikahi kamu, badan kamu itu sudah di pegang mereka pasti tadi waktu kamu kena teluh itu" ucap ibunya yang bernama Sulastri
"Bu, cukup, Laras mohon sekali ibu dan bapak sekarang diam, ayo kita pulang, Laras malu" bujuk Laras
"Anaknya saja tahu diri Bu, kenapa ibu dan bapak malah memaksa" cibir Gibran
"Iya pak, lagipula anak kami ini dua duanya sudah menikah, bahkan anak saya yang ini sudah punya anak" ungkap Bintang menunjuk Gibran
"Lalu yang ini?" tanya Tikno menunjuk Gilang, Sadam dan Panji.
"Ini teman anak anak saya, mereka juga sudah menikah, kecuali yang ini, nak Panji, dia belum menikah" jawab Bintang
"Kenapa belum menikah, kamu miskin ya?" tanya Tikno to the point
"Pak" protes Laras semakin merasa malu
"Iya pak, saya bukan orang kaya, tapi setidaknya saya tidak bergantung pada orang lain, saya punya pekerjaan dan punya penghasilan meski tidak sebesar penghasilan seorang direktur" jawab Panji malas
"Bagaimana Bu?" tanya Tikno
"Nikahkan saja dengan yang itu pak, yang penting Laras pulang dalam keadaan sudah bersuami" jawab Sulastri
"Bu, jangan buat Laras tambah malu dong, Laras tidak mau menikah, apalagi mungkin kak Panji juga punya calon istri" rengek Laras
Bintang, Dimas, Gibran, Panji, Gilang dan Sadam hanya bisa saling tatap, orang tua Laras seperti menggunakan kesempatan itu untuk mencari seorang menantu, bahkan sampai memaksa Laras yang masih dalam keadaan sakit. Bahkan Laras sendiri terus membujuk mereka tapi mereka tidak peduli seperti sedang memanfaatkan kejadian ini.
"Apa Laras hamil sampai kalian ingin menikahkan dia dengan sembarang orang?" tanya Panji
"Tidak, anak kami ini anak baik baik, dia tidak mungkin hamil, iya kan Laras?" tanya Sulastri
"Laras cepat jawab!" bentak Tikno
"Aku hamil jadi sebaiknya jangan menikahi ku" jawab Laras.
Plak.
"Kenapa kamu berbohong! Kamu itu sudah dua puluh enam tahun, kamu di sebut perawat tua di kampung kita bahkan tidak ada laki laki yang mau melamar kamu karena kamu sudah terlalu tua untuk menikah dan punya anak! Kamu juga dengan bodohnya terus menolak lamaran juragan Samad!" bentak Tikno menampar pipi Laras
"Hiks.. Laras tidak peduli, daripada Laras jadi istri ketujuh juragan Samad, Laras lebih baik sendiri!" jawab Laras
"Samad lagi Samad lagi, mau muntah rasanya" gumam Dimas
"Kalau begitu kamu jangan pulang sebelum kamu menikah! Bapak tidak peduli kamu mau menikah dengan orang kaya ataupun orang miskin, yang pasti bapak sudah malu di ejek para warga karena punya anak seorang perawan tua" balas Tikno
"Jangan pak, Laras anak perempuan Kita satu satunya" bujuk Sulastri
"Maaf pak saya memotong pembicaraan kalian, lebih baik bicarakan masalah ini besok saja, hari sudah larut malam dan sebaiknya kita istirahat saja" usul Bintang
"Iya pak, ini butuh kepala dingin untuk membahasnya, bapak sudah minta sesuatu yang di luar kemampuan kami" ucap Dimas
"Kalian mengusir kami?" tanya Tikno
"Kami menawarkan anda untuk menginap di paviliun saya yang kosong, silahkan diskusikan masalah ini, bicara dengan Laras tentang apa yang tadi terjadi supaya bapak bisa berpikir dengan jernih dan tidak pakai emosi apalagi maksa maksa para laki laki ini untuk menikah dengan anak bapak" jawab Bintang
"Laras tidak mau Bu, ayo kita pulang, sudah cukup kalian buat Laras malu, Laras mohon sudah cukup" jawab Laras
"Tidak, Kita akan menginap di sini, ayo, di mana tempatnya?" tanya Tikno
"Mari ikut saya" jawab Bintang membawa Tikno dan Sulastri yang masih menuntun Laras
"Gue pulang ya dim, besok gue ke sini lagi sama papa, barangkali saja kalau lihat papa , orang itu nggak akan ngotot menikahkan Laras sama kamu" pamit Gibran begitupun yang lain
"Mereka sepertinya hanya ingin Laras menikah, tidak peduli menikah dengan siapa yang penting menikah" jawab Dimas
"Mungkin Lo ji yang akan menikahi dia, apa Lo mau?" tanya Gilang
"Gue memang tertarik saat lihat dia tadi pagi, tapi ini terlalu cepat, gue nggak mau buru buru apalagi tadi orang tuanya ketus banget pas tahu gue miskin" jawab Panji
"Ya Lo tunjukan siapa Lo ji, gue yakin Laras itu orang yang baik ko" jawab Dimas
"Lihat besok deh" jawab Panji
Teman teman Dimas sudah pergi, para anak anak Sahara menanyakan apa Dimas terganggu dengan keberadaan mereka tapi Dimas dengan tegas mengatakan tidak terganggu. Dimas tahu kalau Dimas mengatakan iya, maka kedua anak itu akan melakukan hal yang mungkin akan membuat orang tua Laras atau mungkin Laras sendiri terluka.
"Kalian pulanglah, ibu kalian mencari kalian nanti" bujuk Dimas
"Kami akan menginap di sini, tadi kami lihat si tokek terus bersuara sepertinya akan ada penyusup malam ini" jawab Argadana
"Kalian ini jin apa tukang ronda sih, perasaan tiap malam di suruh tidur malah melek terus" ketus Dimas
"Hihihi, kan kami memang jin malam papa, keluyuran tiap malam mencari mangsa" jawab Anggadana terkikik.