NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa dia tau

"Sialan, dia lagi." Ucap Aziya pelan. Ia berjalan dengan wajah datar duduk di kursi kosong kantin dengan tangan yang memegang Napan.

Aziya hanya menatap sekilas geng sampah yang ia lewati.

Aziya tersenyum singkat kepada orang yang duduk seorang diri dikantin, karena meja penuh akhirnya Aziya memilih duduk didepan orang itu.

"Gue boleh duduk disini kan?"seorang pria yang tengah menyantapi makanan nya menatap Aziya sekilas kemudian mengangguk.

Aziya menatap orang itu datar, sedikit dingin. Aziya menaikan bahunya acuh dan hendak menyantapi makanan yang ia bawa. Tapi pergerakannya terhenti saat melihat bakso yang ia pesan.

"Haiss! Kenapa cabenya sedikit?"Gumam Aziya, Dengan malas Aziya berdiri dari duduknya, ia sangat tidak suka makan bakso kalau tidak pedas.

Aziya kembali mengangkat Napan nya untuk menambah cabai yang menurutnya kurang. Saat berjalan tiba-tiba ada seseorang berjalan dihadapannya, bukannya menghindar orang itu malah menabrak dirinya dan berakibat mereka terjatuh dengan kuah bakso yang mengenai tubuh keduanya.

"Akhhh panas!"

Aziya berdiri, ia yang awalnya menuduk sambil membersihkan seragam nya yang terkena kuah bakso refleks mendongak. Ia menghela nafas jengah, kalau begini sudah ia pastikan perempuan dihadapannya ini sengaja.

"Zura!"Aziya menatap datar Evan yang terlihat panik. Hanya panik terhadap Zura? Hello! Adiknya Zira juga terkena kuah panas ini!

"Astaga... tangan kamu merah."Azura menggeleng.

"Zira juga kena kuah panas kak, tadi dia gak sengaja nabrak aku."Evan menatap tajam Aziya, membuat sang empu menaikkan sebelah alisnya sambil bersidekap dada.

"Lo pasti sengaja kan?"Aziya menghela nafas.

"Sorry, gue gak se norak itu buat nyakitin dia pakai cara sampah. Kalau gue mau gue bisa terang-terangan."Evan menatap tajam Aziya.

"Jalan Segede ini ngapain lo harus nabrak dia?"Aziya menatap datar Evan, ia memalingkan wajahnya saat Roy berdiri dari duduknya yang memang duduk tidak jauh dari mereka.

"Kalau Zira sengaja gak mungkin ngelukain diri dia juga Van, liat tangan dia juga merah."Aziya yang awalnya menatap Roy beralih menatap kedua tangannya. Memang merah dan sedikit perih. Tapi bagi Aziya ini hanya kecil.

Evan memandang tangan Aziya yang sama merahnya dengan Azura. Ia menghela nafas panjang dan memilih menarik lembut Azura untuk membawanya ke UKS.

"Ayo kita obatin dulu."Azura menggeleng.

"Zira juga kak, dia juga sakit tangannya."ucap Azura sok prihatin.

Aziya menghela nafas jengah, ia terdiam sejenak sambil menatap lurus ke depan. Ia tersenyum miring setelah memikirkan sesuatu.

Aziya maju kehadapan Azura beberapa langkah. Tepat didepan Azura, Aziya semakin memperlihatkan seringai nya. Azura sendiri sempat kaget, tidak biasanya Aziya tersenyum seperti itu.

"Zura, perlu gue perjelas ke lo? Gue bukan Azira yang dulu lagi. Azira yang lemah itu udah mati, lo yang buat dia mati Zura."Azura menatap Aziya dengan wajah sok polos.

"Maksud kamu apa?"Aziya berdecih.

Plakk

Tamparan Aziya membuat Azura melotot kaget, bukan Azura saja melainkan semua orang yang ada disana.

"Ini buat lo yang udah fitnah gue terus menerus."

Plakk

"Ini buat lo yang udah buat semua orang benci sama gue."

Plakk

"Ini buat lo yang udah nyuci otak mama buat benci gue."

Plakk

"Ini buat lo yang udah ngancurin hidup gue!"

"Azira!" Aziya menatap Evan yang terlihat sangat marah.

Plakk.

Aziya berdecih sambil meludahi sepatu Evan. Terlihat bekas ludah itu yang berwana merah karena bibir Aziya yang sobek akibat tamparan Evan.

"Lo benar-benar menjijikkan Zira!"

Aziya menatap Evan dengan sebelah alis terangkat. Dengan sekali tendangan Aziya membuat Evan tersungkur ke ubin seperti perbuatannya dirumah waktu itu.

Aziya berjalan mendekati Evan, ia berdiri disebelah Evan dan setelah itu berjongkok menatap wajah Evan yang terlihat sangat marah.

"Lo, Abang lo, mama lo, adalah orang yang paling tolol yang pernah gue temuin. Lo pegang ucapan gue, Suatu saat lo dan keluarga lo akan menyesal. Gue pastiin itu." Aziya berdiri, ia melangkahi tubuh Evan dan setelah itu pergi dari sana, sebelum itu ia menatap Azura yang juga menatapnya dengan amarah.

Mata Aziya tidak sengaja menangkap sosok orang yang berdiri disebelah Roy. Ia hanya menatap datar mereka semua dan setelah itu benar-benar pergi.

...~Transmigrasi Aziya~...

"Lo tadi di kantin gak?"

"Enggak kenapa emang?"

"Itu loh si Azira ngehajar Azura sama abangnya anjir!"

"Seriusan Lo?"

"Ngapain gue boong coba, tadi tu ya Azira berantem sama Azura gara-gara Azira gak sengaja nabrak Azura, terus si kak Evan marah sama Azira."

"Terus terus."

"Terus ya, entah kenapa Azira nampar Azura. Sampai 4 kali loh."

"4 kali!"

"Iya, marah kak Evannya, dia balik nampar Zira. Eh si Azira malah nendang kak Evan sampai jatoh, keren banget anjir, sumpah."

"Demi apa Azira ngelakuin itu?"

"Nah itu anjir! Gue gak nyangka Azira bisa berubah drastis gitu."

"Gue dukung Azira sih, kasian gue liat dia ditindas mulu, apa lagi sama sodara sendiri."

"Iya sih, tapi kok bisa secepat itu ya?"

"Semua orang punya batas kesabaran sendiri, bisa jadi dia sebenarnya singa betina. Singa terlihat pendiam tapi kalau udah di singgung habis sudah."

Mereka tertawa."ada-ada aja lo."

Aziya keluar dari bilik toilet sambil menatap pintu toilet yang baru saja keluar orang yang berbicara tadi. Aziya berdiri didepan wastafel  menatap pantulan dirinya.

Dimana-mana selalu saja ada gosip, tidak bisakah orang-orang itu mengurus diri mereka sendiri? Hidup mereka belum beres malah mengurus hidup orang lain.

Aziya membasuh tangannya yang masih memerah, ia menghela nafas sambil mematikan kembali keran wastafel.

"Menyebalkan!"

Aziya mengeringkan tangannya dan setelah itu berjalan keluar toilet. Aziya tersentak kaget saat melihat seseorang berdiri menyandari dinding toilet.

Aziya menatap datar orang itu yang hanya menatap nya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ngapain lo disini?"

Pemuda itu hanya diam, ia mengeluarkan kedua tangannya yang berada didalam saku dan beralih menggapai tangan Aziya yang terkena kuah bakso tadi, Aziya hanya menatap apa yang dilakukan pemuda itu.

"Ayo obatin."Aziya melepas pelan tangannya yang dipegang Gabriel.

"Bersikap kayak biasanya El, gue gak mau lo dibenci teman lo Karena gue."Gabriel menatap datar Aziya.

"Ikut!"

Aziya hanya bisa menurut saat Gabriel menarik nya, saat berjalan di koridor banyak yang menatap mereka bertanya, walaupun berpacaran mungkin Azira tidak pernah menemui Gabriel disekolah. Tidak heran semua orang kaget.

Saat sampai di UKS, Gabriel dengan enteng mengangkat pinggang Aziya dan mendudukkan nya di atas bad.

Aziya memperhatikan Gabriel yang dengan telaten mengompres memar ditangannya, setelah itu ia juga mengobati luka disudut bibir Aziya.

Gabriel meletakkan kembali alat setelah selesai mengobati Aziya. Ia duduk disebelah Aziya sambil mengusap lembut sudut bibir Aziya.

"Sakit?"tanya nya disambut gelengan oleh Aziya.

"Cuma perih sedikit."Gabriel menatap Aziya dalam diam.

"Apa gue harus balas dia?"Aziya menggeleng.

"Gak usah, sebenernya ini semua udah gue rencanain dari awal."dahi Gabriel berkerut.

"Rencana?"

"Gak usah lo balas, nanti gue yang balas mereka."Gabriel hanya diam. Ia melepaskan tangannya yang sedari tadi mengusap bibir Aziya.

"Lo sebenernya siapa?"

"Hah?"Aziya menatap kaget saat Gabriel merubah raut wajahnya menjadi dingin.

"Lo bukan Zira, Zira gak kayak gini. Lo bukan dia."Aziya meneguk silvanya susah payah. Ia menatap manik Gabriel.

Aziya terkekeh masam."gue bukan Zira. Zira udah mati, Zira udah capek ngadepin orang-orang gak waras."

Gabriel menunduk menarik rambutnya kasar.

"Maaf."

Satu kata itu yang dia ucapkan, Aziya menatap dalam diam Gabriel yang terus menarik kasar rambutnya. Apa dia tau? Apa dia percaya dengan adanya transmigrasi? Kenapa dia terlihat sangat terpukul.

"Maafin aku Zira."lirihnya, Aziya menatap nya datar, tapi hatinya sangat lirih. Entah kenapa ada sedikit rasa sesak.

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!