Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18.Rahasia Li mei.
Setelah mayat pelayan keluarga Hu selesai diidentifikasi oleh warga dan pengadilan desa, Zi ning menyelesaikan catatan kecil yang ia bawa. Ia sempat menutup matanya sejenak, menghela napas panjang karena hari itu terasa sangat melelahkan. Li mei belum juga kembali dari perjalanannya, dan meski ia mencoba tetap tenang, ada rasa gelisah yang terus mengganggunya.
Yue yang sejak tadi setia menunggu di dekat tepi sungai yang tidak jauh dari Zi ning berada,setelah Zi ning selesai membantu petugas bekerja ia menghampirinya.
“Nona apa sudah selesai?” tanyanya pelan.
Zi ning menatap ke arah jalanan yang mulai gelap. “Sudah,aku mau membersihkan badan dulu lalu kita pulang.”
Zi ning memberikan catatan laporan sementara kepada petugas yang ada disana,mereka berterimakasih karena Zi ning mau membantu mereka.
Setelah bersiap-siap Zi ning menghampiri Yue, dan mengajaknya pulang bersama.
Mereka berdua pun jalan kaki dengan ditemani lentera yang menyala dengan terang dan sepanjang perjalanan Zi ning menceritakan kondisi pelayan itu pada Yue.
"Kasihan pelayan itu, selain cekikikan pada lehernya yang menyebabkan kematian nya, di sekitar tubuhnya banyak luka pukul tendang dan benda tumpul baik baru ataupun lama. "
Yue hanya tersenyum kecil, ia mulai ketakutan mendengar cerita Zi ning. "Nona, jangan ceritakan mayat tadi. Apalagi kita di tempat yang sepi seperti ini, rasanya sungguh menakutkan!. "
"Apa yang kamu takuti Yue, di dunia ini tidak ada hantu. Walaupun ada ia tidak bisa menyerang kita, jangan khawatir!. "
"Bagaimanapun juga aku masih takut nona, jadi jangan bicara tentang mayat itu lagi!. "
"Iya.. "
Di sepanjang perjalanan, langit malam terasa berat, dengan angin dingin yang berhembus kencang seolah membawa firasat buruk.
Sesampainya di rumah, suasana terasa aneh dan hening, terlalu hening. Zi ning dan Yue masuk kedalam rumah Li mei, Yue terus memaksa Zi ning untuk segera kembali ke rumah keluarga Liu.
"Ayo kita pulang nona!, jika terus-terusan disini aku bisa gila. Lihat isi rumah nona Li mei, semuanya tentang buku otopsi. Dan ramuan herbal seperti mayat, yang ada di rumah nona Li mei. Bukankah kita cukup lama berada di sini!. "
"Kau benar!, besok kita akan pulang tapi kita harus berpamitan dan berterima kasih pada Li mei. Karena sudah di berikan tempat untuk singgah, dan aku juga sudah banyak mendapatkan ilmu dari dirinya. "
"Baik, aku akan bersiap-siap dulu. Agar besok pagi kita langsung pergi dari sini!. "
Zi ning menatap Yue, matanya serius.
Malam itu, sebelum tidur, Zi ning duduk di ruang kerja Li mei, menatap alat-alat forensik kuno yang biasanya ramai digunakan. Rasa khawatir bercampur dengan firasat buruk, dan di kejauhan, suara serigala terdengar melolong dari arah hutan.
"Kenapa hari ini perasaan ku tidak enak? Gumam pelan Zi ning sambil melihat kearah jendela kamarnya.
___
Di tempat lain, seorang pelayan keluarga Hu yang sempat menyaksikan kejadian sore itu tampak gelisah. Ia bersembunyi di balik pohon besar di tepi jalan, jauh dari kerumunan warga yang masih membicarakan penemuan mayat di pinggir sungai dekat desa Yan shi.
Pelayan itu menggigit bibirnya, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia tahu betul siapa mayat itu mereka adalah sesama pelayan keluarga Hu yang hilang sejak dua hari lalu.
"Sebaiknya aku harus memberitahukan ini kepada tuan besar terlebih dahulu, jika tuan muda yang sudah melakukan itu pada Han" Gumamnya pelan.
Ia yang tadinya tidak berani bicara jujur, karena takut bernasib sama dengan Han temannya.
Namun, karena rasa setianya dirinya pada keluarga Hu, ia pun melaporkan hal tersebut kepada tuan besarnya. Bagaimanapun juga tuan besarnya harus tahu kelakuan anaknya itu, walaupun dihati nya ia merasakan ketakutan semua ini demi kebenaran atas kematian Han.
Dengan langkah cepat, ia meninggalkan tempat itu dan bergegas menuju kediaman tuannya. Suara gemericik sungai dan bisikan warga yang penuh curiga seolah terus menghantuinya.
Sesampainya di halaman rumah besar keluarga Hu, ia berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu bersiap melaporkan temuannya pada tuan besar keluarga Hu.
Malam itu, Shen yaitu tuan muda pertama keluarga Hu yang berjalan pelan di lorong panjang kediaman keluarga Hu. Langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja mendengar percakapan ayahnya dengan salah satu pelayan kepercayaan ayahnya.
“…jasad Han ditemukan di tepi sungai dekat desa Yan shi. Beberapa warga sudah mengenalinya, Tuan. Petugas daerah mungkin akan melibatkan pemeriksa mayat untuk memastikan penyebab kematiannya,” lapor sang pelayan dengan suara rendah.
"Terus apa hubungannya dengan keluarga ku, beri saja keluarganya uang duka" Jawab tuan besar Hu.
"Tapi.. tapi tuan, yang melakukan kekerasan pada Han adalah tuan muda. "
"APA?, kami tidak salah. Putraku yang melakukannya pada pelayan rendahan itu!. " Nada tuan besar mulai meninggi karena tidak percaya dengan yang didengarnya.
"Bagaimana ini tuan? " Tanya cemas pelayan itu.
"Diamlah, dan jaga tuan muda jangan keluar dari rumah" Perintah tegas tuan besar.
"Baik tuan" Jawab pelayan tersebut.
Saat itu Shen yang berdiri di balik dinding kayu langsung merasakan jantungnya berdegup kencang. Wajahnya memucat. Han… mayatnya ditemukan. Jika penyelidikan berlanjut, rahasia Shen bisa terbongkar.
Dia hanya diam , wajahnya memucat seakan-akan jika kematian pelayan Han terbongkar maka kejahatan yang ia sembunyikan selama ini akan terbongkar.
Shen yang sudah menguping pembicaraan itu, segera pergi sebelum ayahnya mengetahui kalau dia ada disana.
Malam itu, Shen tidak bisa tidur. Duduk di ruang kerjanya dengan gelisah, ia memutar otak. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya adalah menghentikan pemeriksaan lanjutan pada mayat Han.
Ia pun menyuruh salah satu anak buah kepercayaannya mencari tahu siapa yang akan melakukan pemeriksaan terhadap jasad Han. Dari laporan yang diterimanya keesokan harinya, nama itu muncul yaitu Li mei, tabib forensik terkenal dari Yan shi yang bekerja sama dengan pengadilan daerah.
“Kalau petugas Li mei ikut campur, semuanya berakhir untukku…” gumam Shen dengan mata menyipit. Ia harus bertindak cepat sebelum Li mei menyentuh jasad Han lebih lanjut.
___
Saat ini Li mei berada di depan rumah keluarga Zhao yaitu keluarga ayahnya, ia menyembunyikan identitas dirinya pada Zi ning kalau dirinya adalah putri bangsawan dari wanita petugas forensik.
Dimana keluarga ayahnya menolak keberadaan ibunya dan dirinya, dan diusir pergi dari rumah keluarga Zhao karena dianggap pembawa sial.
Setelah beberapa hari kematian ibunya, ibunya memberitahukan siapa dirinya sebelum ibunya meninggal.
Dan saat ini Li mei berdiri di depan gerbang megah keluarga Zhao, rumah yang sudah lama hanya ia dengar namanya. Lampion merah besar menggantung di kedua sisi pintu, menerangi malam yang mulai gelap. Hatinya berdebar kencang, namun kakinya tak berani melangkah lebih dekat.
Di balik dinding besar itu tinggal ayah kandungnya, seorang pria terpandang dari keluarga Zhao. Tapi bagi Li mei, gerbang itu terasa seperti tembok pemisah yang tak bisa ia lewati.
Sejak kecil ia sudah tahu pandangan dunia terhadap profesinya. Petugas forensik dianggap pembawa sial, apalagi jika seorang wanita. Bagi keluarga terpandang seperti Zhao, mengakui dirinya akan jadi aib. Ia tak sanggup membayangkan tatapan jijik atau penolakan terang-terangan jika ia berani mengaku sebagai putri dari seorang petugas forensik.
Pelan, ia merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan sebuah benda: liontin giok hijau pucat yang merupakan kenangan terakhir dari mendiang ibunya, satu-satunya bukti hubungan darahnya dengan keluarga Zhao. Bersamaan dengan itu, ia menyerahkan surat tertutup kepada seorang pelayan keluarga Zhao yang hendak masuk ke dalam.
“Aku titip ini pada Tuan Besar Zhao,” ucap Li mei, suaranya bergetar namun tegas. “Katakan… jika beliau mau menerimaku sebagai bagian dari keluarga Zhao, jemput putrinya di desa Yan shi, sisi barat kota. Aku akan menunggu di sana.”
Pelayan itu menerima barang-barang tersebut dengan wajah ragu, namun mengangguk sopan. Li mei tak menunggu jawaban. Ia berbalik, menyembunyikan kegundahannya di balik jubahnya, lalu pergi menyusuri jalan gelap, ditemani suara angin malam.
Langkah kakinya terasa berat, tapi ia juga tidak bisa terus menunggu keputusan keluarga ayahnya.
Li mei pun pergi, karena ia tidak mau Zi ning merasa cemas padanya, "Aku harus pulang, dan menceritakan keberadaan ku selama ini" Gumamnya pelan.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡