NovelToon NovelToon
Kekasih Cadangan

Kekasih Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: ScorpioGirls

Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.

Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.

Yuk simak kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekasih Cadangan

Clara melangkah masuk ke rumah mewah yang familier baginya, dan disambut dengan hangat oleh para pelayan yang sudah seperti keluarga. "Kakek di mana?" tanya Clara pada salah satu pelayan dengan senyum lembut.

"Ada di belakang, Nyonya. Di taman belakang," jawab pelayan itu sambil menunjuk ke arah taman yang rindang.

Clara mengangguk mengerti dan melangkah menuju taman belakang. Saat dia melihat Kakek Wijaya yang sedang menikmati suasana sore di gazebo, hatinya merasa hangat. "Kakek," panggilnya lembut.

Kakek Wijaya menoleh dan tersenyum melihat Clara. "Kamu sendiri?" tanyanya sambil matanya mencari-cari seseorang di belakang Clara.

"Iya, Kek. Axel masih kerja," jawab Clara dengan senyum tipis.

Kakek Wijaya menggelengkan kepala, "Anak nakal itu, memang selalu sibuk sampai lupa pada istri dan kakeknya."

Clara tersenyum pahit, tahu bahwa Axel memang selalu seperti itu. Saat dia duduk di sebelah Kakek Wijaya, dia bisa merasakan tatapan kakeknya yang penuh perhatian.

"Kamu habis menangis?" tanya Kakek Wijaya dengan suara lembut, matanya memperhatikan wajah Clara yang masih terlihat sedih.

"Tidak, Kek. Hanya terkena debu saja," jawab Clara mencoba menyembunyikan perasaannya.

Kakek Wijaya tersenyum tahu, "Kamu tidak perlu menutupi, Clara. Kakek tahu kalau Axel belum bisa menerima kamu sepenuhnya. Kamu hanya perlu bersabar dan terus berusaha."

Clara mengangguk, merasa lega karena Kakek Wijaya masih mendukung hubungan mereka. "Iya, Kek. Aku tidak akan menyerah. Terima kasih, Kek."

Kakek Wijaya membelai rambut Clara dengan penuh kasih sayang, "Kamu di sini saja, menginap'lah di sini. Nanti aku yang akan memberitahu anak nakal itu."

Clara tersenyum cerah, merasa bahagia karena memiliki kakek yang begitu peduli padanya. "Baik, Kek."

_

_

_

Di perusahaan, Axel duduk di sofa di ruang kerjanya, meminum wine sambil menatap jendela dengan pandangan kosong. Pikirannya dipenuhi dengan kekesalan dan frustrasi. Tiba-tiba, ponselnya berdering, mengganggu lamunannya. Dia melihat nama Kakek Wijaya di layar dan merasa sedikit kesal. Namun, dia tidak lansung menerima panggilannya, hingga panggilan ketiga dia baru menerimanya.

"Dasar anak nakal, seberapa sibuknya orang, tidak pernah lupa istri dan kakeknya," kata Kakek Wijaya dengan nada yang tegas namun penuh perhatian.

Axel menghela napas, merasa sedikit kesal dengan nada Kakek Wijaya. "Kek, aku beneran sibuk, tidak ada waktu untuk bercanda,"

"Tidak ada waktu untuk bercanda? Okey, kali ini kamu harus datang ke rumah utama. Istrimu sudah ada di sini,"

Axel merasa sedikit terkejut dan merasa bahwa Clara pasti mengadu tentang dia. "Hmm," gumamnya sambil menutup panggilan telepon.

Axel menghela napas frustrasi dan mengusap rambutnya dengan kasar. "Arrghhtt," erangnya sambil merasa terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.

_

_

_

Aleena dan Chika sedang asyik bekerja, mereka terlihat telaten dan giat dalam menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba, Ayu, salah satu senior di kantor, mendatangi Aleena dengan membawa beberapa berkas tebal.

"Tolong salin semua ini, dan harus selesai sore ini," perintah Ayu sambil meletakkan dokumen-dokumen di hadapan Aleena.

Aleena merasa sedikit terkejut. "Sebanyak ini?" tanya Aleena dengan nada yang sedikit ragu.

"Iya, setelah disalin harus difotokopi 10 rangkap," jawab Ayu dengan senyum yang tidak menyenangkan.

Chika, yang melihat situasi ini, merasa kesal dan ingin membela Aleena. "Apa dia tidak tahu batas kemampuan orang?" gumam Chika dengan nada yang tidak puas.

Aleena melihat Chika yang kesal dan langsung melarangnya. "Tidak usah, Chika. Aku bisa menyelesaikannya sendiri,"

"Baiklah, tapi jika kamu butuh bantuan, jangan ragu-ragu untuk meminta,"

Ayu tersenyum dalam hati, merasa bahwa Aleena pasti akan kesulitan menyelesaikan tugas ini. "Rasakan itu," gumamnya sambil berjalan pergi dengan senyum yang tidak menyenangkan.

Aleena mengambil napas dalam-dalam dan mulai bekerja dengan tekun, dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Ayu. Chika memandangnya dengan mata yang penuh kekhawatiran, tapi dia hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Aleena melanjutkan pekerjaan hingga sore menjelang pulang kantor, namun pekerjaannya masih belum selesai. Chika melihat Aleena yang masih sibuk dan memutuskan untuk membantunya. Mereka bekerja bersama dengan penuh semangat dan suka cita.

"Al, gimana setelah pulang? Kita mampir di cafe?" tanya Chika sambil mengetik di laptopnya.

"Boleh tuh," jawab Aleena dengan senyum.

"Pasti kamu rindu dengan ayang Revan, ya?" goda Chika sambil tersenyum nakal.

"Chi...ka.." tegur Aleena sambil mengangkat kepalan tangannya ingin memukul Chika, namun Chika menepisnya dengan cepat.

"Tidak usah malu, gitu. Kalau di kantor kamu memang milik Bos Axel. Tapi, kalau di cafe, kamu milik Bos Revan," kata Chika dengan nada yang jenaka.

Aleena menggelengkan kepala dengan tingkah Chika yang aneh. "Kamu gila, ya?" katanya sambil tersenyum.

Chika berhenti mengetik dan memandang Aleena dengan serius. "Ehh, gimana keadaan Bos. Kamu sih, suka bikin dia emosi. Bagaimana kalau dia benar-benar menjauh darimu? Apa kamu bisa hidup tanpa dia?"

Aleena terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab. "Chik, aku pusing. Di lain sisi aku memang tidak bisa mengelak, kalau aku menyukainya. Tapi, aku tidak mau menjadi seorang pelakor," jawab Aleena dengan nada yang sedih.

Chika memandang Aleena dengan mata yang penuh pengertian. "Yang sabar, ya. Tapi, aku selalu mendukungmu, apapun itu," kata Chika sambil tersenyum.

Aleena terlihat ragu-ragu, namun Chika melanjutkan. "Meskipun, harus menjadi pelakor. Kan hebat, tu. Pemeran utama yang menjadi pelakor, pasti seru," kata Chika sambil tersenyum dan membayangkan cerita dalam novel.

Aleena menggelengkan kepala dengan tingkah Chika yang aneh. Namun, dia tidak bisa tidak memikirkan kata-kata Chika. 'Apa saatnya aku memperjuangkan kebahagiaanku sendiri. Selama ini, hidupku tanpa arah dan tujuan, terombang ambing. Mungkin, saatnya aku benar-benar memberontak. Agar Ayah bisa melihatku lagi. Walaupun, mungkin akan merasa kecewa dengan semua ini,' batin Aleena membenarkan Chika.

Dreeet... Dreeet... Ponsel Aleena berdering, dan dia melihat bahwa Revan yang menghubunginya. Tanpa ragu, dia menerima panggilannya.

Chika melirik sekilas ponsel Aleena dan tersenyum jahil, sedangkan Aleena mengisyaratkan agar Chika tetap diam dengan isyarat mata.

"Halo, iya, Rev," jawab Aleena dengan nada yang lembut.

"Aku mau tanya, Al, nanti malam ada acara nggak?" tanya Revan dengan nada yang santai.

"Hmm, tidak ada sih," jawab Aleena.

"Nanti malam aku jemput, ya? Aku mau mengajak kamu ke rumah kakek," kata Revan dengan nada yang tegas.

"Tapi..." Aleena mencoba membantah, namun Revan memotongnya.

"Pokoknya kamu siap-siap aja," kata Revan dengan nada yang tidak sabar sebelum menutup panggilannya sepihak.

Aleena hanya mengangkat bahu, merasa sedikit kesal dengan sikap Revan yang tidak sabar.

Chika tersenyum menggoda. "Ciee, kekasih cadangan. Begitulah hebatnya seorang Aleena. Mempunyai kekasih di sambut saat di butuhkan," ledek Chika dengan nada yang jenaka.

Aleena mengancam Chika dengan nada yang kesal. "Mulut mu, pengen aku jadikan ulekan cabai."

Chika terkekeh, "Lucu sih, kamu di jadikan kekasih cadangan oleh Bos Axel. Dan kamu menjadikan Revan kekasih cadangan juga. Jadinya, ini cinta persegi dong!"

Aleena menggelengkan kepala dengan tingkah Chika yang aneh. "Sinting," katanya dengan nada yang kesal.

"Biarlah, aku yang sinting. Setidaknya aku masih waras dan bisa menikmati hidup dengan gila-gilaan!"

Aleena menggelengkan kepala. "Dasar otak udang! Kamu memang spesialis bikin masalah dan bikin orang pusing!"

Chika terkekeh dan membalas dengan nada yang sama, "Hey, otak udang itu lebih baik daripada otak batu seperti kamu yang hanya memikirkan Bos Axel siang malam!"

Aleena mengangkat alisnya. "Kamu memang tidak bisa di ajak serius, Chika. Aku serius membahas masalah ini, tapi kamu malah bikin lelucon terus!"

Chika tersenyum, "Aku tahu, Al. Aku cuma mau bikin kamu tersenyum. Belakangan ini kamu terlalu serius, kayaknya kamu lupa cara bersenang-senang. Aku cuma mau lihat kamu bahagia, meskipun dengan cara gila-gilaan!"

Aleena tersenyum sedikit, merasa sedikit lebih baik dengan kata-kata Chika. "Terima kasih, Chika. Kamu selalu ada untuk aku," kata Aleena dengan nada yang tulus.

Chika tersenyum dan memeluk Aleena. "Aku akan selalu ada untuk kamu, Al. Apapun yang terjadi," kata Chika dengan nada yang penuh kasih sayang sambil membuka lengannya untuk memeluk Aleena dan mereka pun berpelukan.

1
iqbal nasution
oke
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Terima kasih, Kak, sudah mampir.🤩
total 1 replies
Merica Bubuk
Hadir thor...
Gaskeun 🔥🔥
🎧✏📖: semangat
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Makasih, Kak...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!