Perselingkuhan Berakhir Penyesalan

Kanaya dan Angga berpamitan, sudah waktunya mereka kembali ke Jakarta. Naya memeluk tubuh Umi sangat erat, seakan enggan untuk melepaskan tempat ternyamannya didunia ini, hingga Umi membisikkan sesuatu yang membuat Kanaya akhirnya bisa tersenyum dan melepaskan pelukannya.

Mereka kembali ke Jakarta dengan mengendarai mobil masing-masing, karena tidak mungkin Angga meninggalkan mobilnya di tempat Umi, itu akan mempersulit dirinya nanti ketika berada di Jakarta.

" Hati-hati sayang, kalau ada apa-apa langsung hubungi Umi ya Nak. " Pesan Umi.

Keduanya bergantian pamit pada Umi dan Kevin

" Jaga Adikku ya Bro, jangan sakiti Dia. Kalau kamu merasa Dia melakukan kesalahan maka tegurlah. Tapi jika kamu yang sudah tidak senang dengannya maka kembalikan Dia pada kami seperti awal kamu memintanya padaku dan juga Umi. " Entah apa maksud ucapan dari Kevin mungkin hanya Dia yang tau.

Setelah menempuh tiga jam perjalanan akhirnya mereka tiba di Jakarta, satpam bergegas membukakan pintu ketika melihat mobil majikannya sudah berada di luar gerbang.

" Bu Naya. " Sapa Pak satpam.

" Ya Pak, makasih. Oh ya, pintunya nggak usah di tutup, soalnya ada Mas Angga di belakang. "

Di Jakarta Kanaya kembali di sibukkan dengan rutinitas sehari-hari, merawat Umi meskipun kadang mulut Umi selalu berucap tak enak padanya, namun Naya tidak pernah sedikitpun menanggapinya.

Hari ini Naya ijin ke butik karena sudah beberapa hari Ia tidak kesana dan Angga pun mengijinkannya.

Di butik Kanaya benar-benar sangat sibuk hingga Ia lupa waktu pulang, membludaknya pesanan membuat dirinya harus turun tangan langsung.

Ting ~

Sebelum tidur ponsel Kanaya berbunyi, tanda ada pesan masuk.

" Sayang, ramuannya jangan lupa di minum ya. Buatnya harus sama persis seperti apa yang Umi buat disini. "

Ternyata itu adalah pesan rutin dari Umi Rahayu, sebenarnya Kanaya juga tidak tau itu ramuan apa, tapi sebagai anak yang baik tidak ada salahnya kalau Ia menuruti apa yang di katakan Uminya. Lagipula tidak mungkin seorang Ibu mau meracuni anaknya, diam diam Kanaya mengolah ramuan itu ketika akan tidur.

" Kenapa belum tidur Naya. "

Umi Aminah tiba-tiba sudah ada di belakang Kanaya, Naya terkejut namun berusaha tetap tersenyum.

" Ah ini Bu, Naya haus tapi air minum diatas habis jadi Naya turun ambil minumnya dulu. "  Ucap Naya memberi alasan.

Hari berganti hari tak terasa sudah satu bulan berlalu, Angga sampai melupakan janjinya pada Tante Lili untuk mengunjungi Asma dan memberikan jawaban sekaligus jalan keluar dari masalah mereka. Selama ini Ia malah fokus pada Istrinya dan urusan kantor hingga akhirnya Ia mendapat telpon dari Tantenya itu.

" Angga, kapan kamu akan ke Banjarmasin. Apa kamu lupa janjimu, ini sudah satu bulan tapi kamu belum juga ada niatan baik. "

Angga mengusap wajahnya kasar, semenjak dari rumah Umi Rahayu Ia memang sedikit lupa dengan masalahnya di Banjarmasin. Apalagi semua kebutuhannya selalu terpenuhi termasuk urusan ranjang, Ia selalu puas dan tertidur pulas setiap usai melakukan aktivitas ruitin yang mereka lakukan tiap malam dan tidak jarang juga siang kalau Angga menginginkannya.

" Maaf Tante, Angga belum bisa kesana. "Jawab Angga pelan.

Andai bisa Ia ingin melupakan semua kejadian hampir dua bulan yang lalu itu.

" Kamu tidak bisa begitu dong. Enak saja, kamu kejam tau mau enaknya saja. " Suara Tante Lili terdengar memekakkan telinga hingga Angga harus sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya sendiri.

Angga langsung mematikan ponselnya karena tidak ingin berlama-lama mendengar makian Istri dari saudara Ibunya itu.

Lili tidak ingin tinggal diam, Ia berjanji akan membuat semua rencananya berhasil. Malam hari Bu Aminah mendapatkan pesan melalui aplikasi hijaunya, matanya Umi membulat sempurna setelah melihat apa yang tertera di layar ponselnya.

Bergegas beliau berlari ke lantai atas ingin mengetuk pintu kamar Angga namun tangan Bu Aminah hanya melayang di udara karena tanpa sengaja melihat pergulatan panas anak dan menantunya.

Rupanya karena terburu-buru ingin mendaki puncak himalaya, Angga sampai lupa menutup pintu dengan benar.

Umi mengepalkam tangannya ketika melihat pemandangan yang penuh dengan keringat itu, nampak Angga begitu menikmati perannya.

Umi yang kurang suka langsung kembali turun ke lantai bawah karena kamar beliau berada di lantai bawah.

" Brengsek si mandul itu, ah oh ah oh apaan, capek- capek nggak ada hasil juga. Benar kata Lili, pasti gara-gara Dia jadi Angga melupakan calon menantuku yang ada di Banjarmasin, baiklah kita lihat bagaimana nanti. Apa Angga masih akan tetap peduli padamu setelah mendengar kabar ini, akan kupastikan kamu menangis karena tidak di pedulikan Angga lagi. " Gumam Umi geram.

Beliau sampai *******- ***** ponsel yang berada di dalam genggamannya. Untung ponsel mahal jadi anti pecah.

Umi mondar-mandir di kamarnya setelah mengirim pesan tadi Ia berharap Angga akan membacanya. Dan benar saja, Angga langsung mengambil ponselnya yang tadi sempat menyala. Alangkah terkejutnya Ia ketika melihat apa yang tertera di layar ponselnya, Pria itu nampak mengatur nafasnya agar tidak gugup dan panik.

Ia melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajah Kanaya memastikan kalau sang Istri sudah tertidur pulas setelah melayaninya. Berulang kali Ia melakukan itu namun tidak ada reaksi sama sekali, tanpa memakai penutup atas Angga berlari keluar kamar.

Ia langsung mengetuk pintu dan langsung di bukakan oleh Ibunya.

" Kenapa lama sekali sih Angga, Ibu sudah lumutan tau nggak nungguin kamu. " Protes Bu Aminah.

Angga tersenyum, Ia sudah tau pasti akan terkena amukan Ibunya tapi apapun itu Ia akan menerimanya.

" Maaf Bu, tadi Angga ketiduran. Ini baru terbangun karena notif pesan Ibu. " Jawab Angga memberi alasan.

Bu Aminah mendengus kesal, bisa- bisanya Putranya itu membohonginya.

" Ketiduran apa lagi oh ah oh ah dengan Istri yang tak berguna itu. "

Angga hanya bisa cengengesan karena tebakan Ibunya adalah benar adanya. Ia memang baru saja merengkuh masa masa menyenangkan bersama sang Istri.

Pembicaraan keduanya berubah jadi serius, apalagi Ibu Aminah yang bersikeras memaksa Angga untuk menuruti keinginannya.

" Pokoknya Ibu tidak mau tau, Ibu minta kamu harus ke Banjarmasin dan menikahinya secepatnya, kalau perlu besok. "

Angga masih berusaha menolak karena Ia masih bingung harus mencari alasan apa kepada Kanaya yang sebulan ini mampu membuatnya bertekuk lutut meminta jatah lagi dan lagi.

" Tapi Bu.. !"

" Stop Angga, untuk kali ini Ibu tidak ingin menerima apapun alasan darimu. Apa kamu ingin melawan Ibumu ini Angga. Baiklah, silahkan kamu pilih tetap bersama wanita tak berguna itu atau Ibu mu yang sudah melahirkanmu kedunia ini yang artinya kamu harus segera ke Banjarmasin dan menikahi Asma. "

Angga menghempaskan bokongnya di sofa, Ia benar-benar dilema. Sungguh ini adalah pilihan yang sangat sulit, Ia tidak ingin meninggalkan Istrinya namun juga tidak bisa menyakiti hati wanita yang sudah berjasa besar dalam hidupnya itu.

Setelah lama terdiam akhirnya Angga pamit pada Ibunya, Ia kembali ke kamarnya. Mungkin disana Ia bisa mendapatkan ketenangan.

Sampai di atas Ia tidak bisa tidur, di pandangnya punggung Istrinya yang masih polos.

" Maafkan aku Naya, maaf karena aku sudah menghianatimu. Tapi aku harus apa, semua sudah terlanjur dan aku bingung harus bagaimana. Aku mencintaimu tapi aku juga tidak bisa dengan mudah menolak kemauan Ibu. " Batin Angga.

Karena lelah akhirnya Ia tertidur sambil membelakangi Kanaya, hal yang tidak pernah Ia lakukan sebelumnya. Biasanya Ia akan menyembunyikan wajahnya di kedua bulatan kenyal Istrinya atau di belakang tubuh Naya. Intinya Ia akan tertidur ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Istrinya.