Istri Untuk Tuan Simon

Semua orang memberi hormat pada sang atasan.

" Apa yang dia lakukan pada istriku Diego!?? kau sudah periksa!??" tanya Simon.

" Sudah, dia menyuruh perempuan itu membersihkan seluruh rumah selama lima hari berturut-turut dan memaksanya bekerja berat bahkan sampai memukulinya, dia juga menghina Laura dan merendahkan semua pelayan yang membantu istri anda dan kejadian tadi puncaknya, dia hampir membunuh Laura dengan Vas bunga yang dia jatuhkan dari lantai dua," jelas Diego singkat sambil menunjukkan rekaman video yang dia periksa tadi.

Wajah Simon menggelap, semua ini karena kelalaiannya, istrinya berada dalam bahaya karena ulah Vivi.

" Lenyapkan mereka yang terlibat, jangan sampai mereka tersisa, bajingan sialan yang mencoba melukai Laura akan mati mengenaskan!!!" kecam Simon.

Dani dan Lanang tersenyum sempurna, memusnahkan manusia seperti mereka adalah kualifikasi terbaik mereka berdua.

"Ikat dan bawa mereka kita akan terjun ke laut huhuhuh.... sudah lama rasanya tidak melihat hiu hiu kesayanganku!!!" seru Dani sambil meregangkan tubuhnya dan melepaskan cetakan panas itu.

Takk...

" Dasar psikopat!" Ucap Hendry sambil menjentikkan jarinya di kening Dani.

" Cihhh... suka suka saya!"

Simon pergi dari sana, melihat keadaan mereka yang mengenaskan membuat Simon mengurungkan niatnya memberikan mereka hukuman tambahan, pria itu pergi dan membiarkan Vivi dan para pelayan lain di bawa dan diberi hukuman sesuai dengan perbuatan mereka yang keji.

***

Waktu terus berlalu, detik, menit dan jam terus berputar .

Tak terasa hari sudah malam, dan sejak tiba di rumah itu Simon mengurung diri di dalam kamarnya mencari segala informasi tentang Laura, perempuan yang berhasil membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Dia menatap layar komputernya, berita tentang Laura sebagai anak haram tuan Raymond ternyata sudah diketahui semua orang.

Entah kenapa melihat hal itu membuatnya kesal bukan main.

Tangannya gatal untuk mengutak-atik seluruh data yang ada di depannya.

" Fyuuhhh.... Hari ini benar-benar membuatku pusing!!' gumam Simon sambil beranjak dari kamarnya dan meninggalkan tempat itu.

Dan di sinilah dia berakhir, di depan kamar Laura dengan wajah bingung sambil menatap kedua kakinya yang tau taunya membawanya menuju gadis itu.

" Haihhh kenapa aku ke sini lagi, " batinnya sambil beranjak dari sana dengan wajah kesal..

"Simon makanan sudah siap, " teriak Sadrakh sang koki tampan dari bawah sana.

Simon menatap ke bawah, reflek dia pergi ke kamar Laura dan membuka pintu kamar itu pelan-pelan.

Tetapi dia terdiam saat mendengar percakapan Laura dengan para pelayan yang ditugaskan menjaga Laura.

" Berapa kali ku bilang jangan panggil aku nyonya, aku bukan majikan kalian!" ucap Laura sambil menata Gretta, Obelia dan Irvan yang berdiri di pinggir ranjang menatap Laura dengan tatapan takut.

Siapa sangka perempuan itu adalah nyonya mereka.

"Tapi... tuan tidak akan memaafkan kami Nyonya, kami tidak bisa, anda adalah istri tuan Simon, sudah selayaknya kami panggil Nyonya," ucap Obelia bersikukuh.

huhfff....

Laura mendengus kesal, sekalipun dia istri Simon, dia sama sekali tidak mau menganggap dirinya sebagai orang penting karena dia tahu posisinya tidak layak.

" Kalian menyebalkan!" kesal Laura sambil menggeser tubuhnya dan berbaring ke arah lain, enggan untuk melihat mereka bertiga.

Zayn sudah pergi dari ruangan Laura, dia pamit pada Simon karena ada pekerjaan di rumah sakit tempat nya bertugas.

Zayn bukan dokter yang selalu mengekor Simon ke mana mana, dia punya kantor dan rumah sakit yang harus dia urus.

" Maaf nyonya!" ucap mereka bertiga lagi sambil membungkuk hormat sebagaimana mereka melayani tuan rumah mereka.

Laura memutar malas kedua bola matanya.

Kondisi tubuhnya sudah membaik setelah di rawat oleh Zayn.

Simon yang mendengar percakapan mereka masuk ke dalam ruangan itu perlahan-lahan, dia menatap ketiga pelayan yang dia sebut sebagai kurcaci kecil.

"Sana, tunggu di luar!" titah Simon dengan suara pelan.

Ketiga pelayan itu mengangguk dan keluar dari kamar Laura dengan cepat.

Simon berdiri di dekat kasur Laura, dia menatap gadis itu dengan tatapan kosong, Entah apa yang sedang pria itu pikirkan saat ini.

" Nona bangunlah!" ucap Simon dengan pelan seolah itu bukan Suaranya.

" Ck... ayolah berapa kali ku bilang jangan sebut aku dengan panggilan itu, tidak cocok untukku, lagipula apa otak tuan Simon rusak sampai dia meminta kalian memanggilku dengan sebutan itu!??" gerutu Laura sambil bangkit dan duduk di atas kasur.

dan betapa stoknya Laura saat kedua netranya bertatapan langsung dengan Simon.

" Tu...tuan... ma..maaf!!" ucapnya spontan menunduk dan menutup telinganya sambil gemetaran.

Sepertinya trauma karena ulah Simon masih menghantui pikiran gadis itu.

Setiap melihat wajah Simon yang kaku dan tegang selalu berhasil membuat Laura ketakutan.

Simon menghela nafas berat, dia duduk di atas kasur itu.

Yang benar saja, apa seorang Simon harus melakukan ini pada seorang perempuan!??

Ini pertama kalinya dia memperlakukan perempuan seperti itu.

Bahkan saat bersama Cintia dulu, dia tidak seperti ini.

Hubungannya dengan Cintia adalah hubungan yang kaku, Simon pikir Cintia adalah perempuan yang baik karena selama bertahun-tahun dekat dengan gadis itu dia merasa nyaman tapi hanya sekedar nyaman bukan perasaan cinta yang dalam.

Dekat dengan Cintia juga karena permintaan kakeknya.

Tapi ternyata setelah kecelakaan itu terjadi, semua kebusukan Cintia terbongkar, dia adalah perempuan busuk yang bersembunyi di balik sosok polos dan lugu di mata publik, padahal dia adalah serigala licik yang menghalalkan segala cara untuk meraih keinginannya.

Simon duduk dan menatap Laura.

" angkat wajahmu!" ucapnya tegas.

Laura menurut, meski takut dia melakukannya agar Simon tidak marah.

Laura tak berani menatap Simon dia gemetaran sambil mencengkram selimut yang dia pakai

Tangan Simon terangkat ke atas, sontak Laura menutup kedua matanya dan meringkuk ketakutan, takut terkena pukulan lagi.

tepp...

Nyatanya tangan Simon yang hanya mendarat di keningnya. Pria itu memeriksa Demam Laura dengan tangannya sendiri," Apa kau memakan obatmu dengan baik!?" tanya Simon.

Laura mengangguk cepat.

" Kau bisa berdiri!??" tanya Simon.

Lagi lagi Laura mengangguk lalu menurunkan kakinya dan mencoba untuk berdiri tanpa sadar kancing baju piyama atasnya terbuka dan menunjukkan dada Laura yang di tutupi dengan dua kacamata kuda berwarna hitam yang entah bagaimana langsung berhadapan dengan mata Simon.

Simon terdiam, ada yang aneh dengan dirinya, kenapa dia merasa panas melihat itu!??

Padahal melihat Perempuan berpakaian tak senonoh dia sudah biasa, terutama ketika dia bekerja di lapangan, banyak yang pakaiannya kurang bahan pabrik sampai dipakai pun gantung .

Tapi kenapa melihat Laura dia merasa Aneh!??

"Aku jadi merasa seperti pria mesum!! sialan!!" umpat pria itu di dalam hatinya.

Laura berdiri dengan pelan, dia masih pusing tapi tenaganya mulai terkumpul dengan cepat.

Simon ikut berdiri, dia memalingkan wajahnya yang memerah karena dada gadis itu.

" Ekhmmm... kancing bajumu, kau tidak malu!??" ketus Simon sambil menatap nanar ke sembarang arah.

Laura terkejut, dia sontak mengancing pakaiannya dengan wajah malu.

" Ma..maaf tuan," ucapnya pelan.

" Hmmm... apa kau bisa berjalan!??" tanya Simon.

" Bisa," jawabnya lagi mencoba untuk berjalan, tetapi tubuh gadis itu terlalu lemah, sampai dia terhuyung karena pusing, kedua kakinya belum kuat, spontan dia mencengkram lengan panjang Simon.

" Maaf tuan saya belum terlalu kuat," ucap Laura sambil melepas tangan Simon dengan cepat.

" Ck... pegang saja, aku akan membantumu, ayo jalan, kalau lelah bilang!" ucap Simon dengan ketus.

" Tuan sepertinya anda perlu belajar menawarkan bantuan dengan benar, " gumam Laura sambil tersenyum kecil dan melangkah dengan pelan.

Simon melirik Laura," Dia tersenyum, kenapa sembunyi-sembunyi!?? dasar Perempuan aneh!"

.

.

.

like, vote dan komen 🤗