Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.
Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.
Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.
Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.
Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan Terakhir
Dion berdiri di depan cermin besar yang ada di hadapannya. Dia memandangi pantulan dirinya dari cermin besar tersebut. Tubuhnya sudah terbungkus beskap berwarna coklat muda. Beskap yang dikenakan Dion adalah beskap khas Sunda yang dilengkapi boro-boro di bagian pinggang. Boro-boro adalah sejenis aksesoris berbentuk sabuk. Boro-boro atau sabuk boro berada di bagian luar dan dijadikan tempat untuk menaruh keris. Untuk bagian bawahnya mengenakan kain sogan dengan kombinasi warna coklat dan keemasan. Selain itu, di bagian kepala juga tertutup bendo atau blangkon.
Cukup lama pria itu berdiri di sana. Hari ini untuk kedua kalinya dia akan melakukan pernikahan. Dan dari dua kali pernikahan, Dion menikahi wanita yang tidak dicintainya. Hanya bedanya, untuk pernikahan kali ini, dia sendiri yang memutuskan tanpa ada paksaan dari orang tua. Sedianya hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk pasangan yang akan menikah, tapi tidak dengan Dion. Hari ini justru pria itu menorehkan luka pada wanita yang dicintainya.
Tiga hari sebelum pernikahan, Dion pergi ke Jakarta untuk meninjau Blue Mart di sana. Fendi tidak hanya memberikan investasi untuk Blue Living, tapi dia juga menyuntikkan dana segar untuk Blue Mart cabang Jakarta. Saat ini Blue Mart Jakarta sudah menjadi pilihan banyak warga kota metropolitan sebagai tempat berbelanja kebutuhan bulanan.
Suntikan dana yang diberikan Fendi dipergunakan untuk menambah fasilitas di Blue Mart. Dion menambahkan lantai khusus untuk permainan. Di sana berbagai permainan disuguhkan, baik untuk anak, remaja atau dewasa. Dengan adanya wahana permainan ini diharapkan pengunjung Blue Mart akan bertambah.
Kepergiannya ke Jakarta juga dimanfaatkan Dion untuk menghabiskan waktu bersama Raras. Sebelum pergi, dia sudah mengatakan niatnya pada Letisha. Wanita itu mengerti dan mencegah anak buah Fendi untuk mengikuti pria itu sampai ke Jakarta. Wanita itu memberikan kebebasan untuk Dion dan Raras bersama untuk terakhir kalinya.
Usai mengunjungi Blue Mart, Dion mengajak Raras bermain ke Dunia Fantasi. Salah satu kencan yang belum sempat diwujudkan Dion bersama Raras adalah membawanya ke tempat permainan terbesar di Indonesia tersebut. Seharian itu mereka menghabiskan waktu mencoba berbagai wahana permainan. Raras memilih wahana permainan ekstrim. Di sana dia bisa berteriak sepuasnya, mengeluarkan beban yang menghimpit dadanya.
Menjelang sore, Raras mengajak Dion menaiki Bianglala. Wahana permainan itu dipilih sebagai wahana untuk mengakhiri petualangan mereka di Dufan. Ketika gondola yang dinaikinya terus bergerak naik, mereka bisa merasakan semilir hembusan angin yang menerpa. Udara sudah tidak sepanas siang tadi.
“Pemandangan dari atas sini benar-benar indah. Kalau bisa, aku ingin menghentikan waktu. Aku tidak mau kebersamaan kita berakhir.”
Nada suara Raras terdengar sedih. Dion bisa merasakan apa yang dirasakan kekasihnya itu karena dirinya juga mengalami kesedihan yang sama. Pria itu memeluk bahu Raras erat.
“Maaf harus membuat mu menunggu lagi.”
“Tidak apa, asalkan kamu memenuhi janji mu. Kamu akan tetap menikahi ku setelah bercerai dari Leti.”
“Dan seperti yang kubilang, kalau kamu menemukan laki-laki yang lebih baik dariku, kamu bisa pergi bersamanya.”
“Hanya kamu yang aku inginkan menjadi pendamping hidup ku. Jangan lupakan janji mu. Ingatlah ada aku yang masih setia menunggu mu. Aku harap hati mu tidak akan berpaling dari ku.”
“Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku akan berusaha menjaga hati ku untuk mu.”
“Harus, kamu harus menjaga hati mu hanya untuk ku. Kamu jangan sampai jatuh hati pada Leti, aku tidak rela.”
Raras memeluk erat pinggang Dion. Tak dapat dipungkiri, dalam hatinya Raras memendam luka. Dion lebih memilih menyelamatkan perusahaan dibanding menikah dengannya. Jika mengingat itu dia jadi membenci dirinya yang terlahir dari keluarga sederhana. Andai dia berasal dari keluarga berada, pasti Marina dan Letisha tidak akan merendahkannya.
“Kita tidak akan langsung kembali ke Bandung kan?” tanya Raras seraya mendongakkan kepalanya.
“Sudah kubilang kita akan menghabiskan hari ini bersama. Kita akan menginap di hotel yang ada di sini. Makan malam lalu berjalan-jalan di tepi pantai.”
Senyum mengembang di wajah Raras. Hari ini Dion adalah miliknya sepenuhnya. Wanita itu menarik leher Dion hingga mendekati wajahnya. Kemudian wanita itu melabuhkan bibirnya di bibir Dion. Pagutan dan lumat*n langsung terjadi di antara keduanya. Ketika gondola tepat berada di bagian puncak, keduanya asik memadu kasih dengan saling berbalas ciuman.
Malamnya usai makan malam dan berjalan-jalan di tepi pantai, Dion mengajak Raras kembali ke kamar untuk beristirahat. Besok pagi mereka sudah harus kembali ke Bandung. Pria itu memesan dua kamar untuknya dan Raras. Walau ini adalah hari terakhir mereka bersama, namun Dion masih cukup waras untuk tidak melakukan hal di luar batas.
Lebih dulu Dion mengantarkan Raras ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya. Raras menarik tangan Dion untuk masuk ke kamarnya. Pria itu menuruti saja kemauan kekasihnya itu. Mungkin Raras masih ingin menghabiskan waktu lebih lama dengannya. Raras mengajak Dion menonton film melalui layar datar yang terpasang di depan kasur berukuran king size. Keduanya duduk menyandar ke headboard ranjang.
“Setelah pernikahan, aku hanya bisa melihat mu tanpa bisa menyentuh mu.”
“Tapi setidaknya kita bisa bertemu hampir setiap hari. Waktu yang ku habiskan bersama mu di kantor lebih lama dibanding bersama Leti di rumah.”
Apa yang dikatakan Dion tentu saja membuat Raras menyunggingkan senyuman. Wanita itu yakin kalau perasaan Dion padanya tidak akan berubah walau pria itu sudah berstatus suami Letisha. Hal itu semakin diperkuat dengan pernikahan Dion terdahulu. Selama dua tahun Dion menikahi Amelia, namun tidak sedikit pun hati Dion tersentuh oleh wanita itu. Malah Dion terpincut pesonanya. Apalagi sekarang, di saat perasaan Dion sudah semakin dalam padanya.
“Aku ingin waktu satu tahun cepat berlalu. Andai saja ada lorong waktu, aku akan masuk ke sana agar aku bisa melewati waktu dengan cepat dan bisa bersama mu lagi.”
Hanya tawa kecil yang diberikan Dion mendengar ucapan konyol Raras. Tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan pergerakan Raras. Wanita itu sekarang sudah duduk di atas pangkuannya. Kedua tangannya memeluk leher Dion kemudian menariknya hingga mendekati dadanya. Dion menarik nafas ketika wajahnya berada di dekat dada Raras. Apalagi wanita itu mengenakan kaos model U neck. Bentuk leher kaos ini lebih rendah di bagian dada. Dion bisa melihat dengan jelas belahan bukit kembar kekasihnya.
Sebagai lelaki normal, melihat pemandangan itu tentu saja menggugah gairahnya. Pria itu menarik leher Raras lalu membenamkan bibirnya. Kembali ciuman panas terjadi di antara mereka. Ciuman basah yang dilakukan mereka berhasil menyulut hasrat masing-masing. Apalagi ketika Raras berada di atas pangkuan Dion, wanita itu tak henti menggerakkan bokongnya hingga membuat senjata pusaka Dion menggeliat.
Dion mulai kehilangan akal sehatnya. Ciuman mereka kini berubah menjadi cumbuan. Pria itu merebahkan Raras di kasur dengan dirinya berada di atasnya. Kini bibir Dion mulai menyusuri leher jenjang Raras yang kemudian terus turun ke area dada. Tidak ada penolakan sama sekali dari Raras akan apa yang dilakukan Dion. Wanita itu malah berharap Dion akan mengambil kehormatannya malam ini. Jika wanita itu bisa hamil anak Dion, maka jalan mereka untuk bersama ke depannya semakin terbuka lebar.
Dion menyingkap ke atas kaos yang dikenakan Raras, perut dan bagian dada wanita itu kini bisa terlihat olehnya. Pria itu menciumi perut Raras, membuat tubuh wanita itu tak enak diam. Tangannya terulur ke bawah untuk membuka kancing celana yang dikenakan Dion. Tepat ketika dia sudah berhasil membuka kancing celana, Dion tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Pria itu menghentikan apa yang sedang dilakukannya, lalu menegakkan diri.
“Maaf Raras, maafkan aku. Aku khilaf.”
“It’s okay Dion. Malam ini aku milikmu.”
Raras menyentuh dada Dion kemudian terus turun ke bawah dan berhenti di depan celana pria itu. Dengan cepat Dion menahan tangan Raras ketika hendak meremat senjata pusakanya. Dia segera beranjak dari kasur.
“Maafkan aku. Kita tidak seharusnya melakukan ini. kamu tidurlah.”
Bergegas Dion keluar dari kamar Raras dan langsung menuju kamarnya. Raras hanya bisa berteriak kesal karena Dion meninggalkannya begitu saja. Gagal sudah upayanya malam ini membuat Dion meniduri dirinya.
“Dion..”
Kesadaran Dion kembali ke tempatnya ketika mendengar suara Pahlevi. Tanpa disadari Ayahnya itu sudah berada di dekatnya. Karena terus melamun mengingat kebersamaannya dengan Raras terakhir kali, dia sampai tidak mendengar kedatangan Pahlevi.
“Apa kamu sudah siap?”
“Sudah, Pa.”
“Ayo, semua sudah berkumpul di ballroom.”
Dion menarik nafas panjang, kemudian mengikuti langkah Pahlevi keluar dari kamar. Akad nikah dan resepsi pernikahan dilaksanakan di Hotel Grand Luxury, salah satu hotel bintang lima terbaik yang ada di kota Bandung. Sesampainya di ballroom, semua keluarga pasangan pengantin sudah berkumpul. Penghulu yang akan menikahkan mereka juga sudah datang. Kedua pria itu segera menuju meja akad yang ada di dekat panggung pelaminan.
***
Untung Imin Dion masih kuat😂
Marahlah Raras kepada Susi yang merasa dia yang memperkerjakan Susi.
Ketika Raras bilang mau memecat Susi, Letisha sudah berdiri di belakang Susi dan berkata - kamu tidak berhak memecat pegawai di rumah ini.
Malu dong harusnya Raras dengan Letisha berkata begitu.