NovelToon NovelToon
DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: rahmad faujan

Di sebuah pulau kecil di Jeju, Lee Seo Han menjalani kehidupannya yang sunyi. Ditinggal kedua orang tuanya sejak remaja, ia terbiasa bergulat dengan kesendirian dan kerasnya kehidupan. Bekerja serabutan sejak SMA, ia berjuang menyelesaikan pendidikannya sendirian, dengan hanya ditemani Jae Hyun, sahabatnya yang cerewet namun setia.

Namun musim panas itu membawa kejutan: Kim Sae Ryeon, cahaya yang menyinari kegelapan hidupnya. Perlahan tapi pasti, Seo Han membuka hatinya untuk merasakan kebahagiaan yang selama ini ia hindari. Bersama Sae Ryeon, ia belajar bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mencintai dan dicintai.

Tapi takdir berkata lain. Di puncak kebahagiaannya, Seo Han didiagnosis mengidap ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit langka yang secara perlahan akan melumpuhkan tubuhnya. Di hadapan masa depan yang tak menentu dan ketakutan menjadi beban, Seo Han membuat keputusan paling menyakitkan: mengorbankan cintanya untuk melindungi orang tersayang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahmad faujan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEPI RUMAH SAKIT

Matahari mulai mengintip dari balik tirai jendela kamar rawat inap yang berwarna krem. Bau tajam menyengat obat-obatan terasa kuat menusuk hidung. Udara di ruangan itu terasa sejuk dan kering khas pendingin ruangan rumah sakit.

Seo Han membuka mata perlahan dan melihat sekeliling.

"Saya di rumah sakit? Bagaimana bisa? Siapa yang membawa saya ke sini?"

Ingatannya samar. Ia ingat demam menggigil hebat, suara gemerutuk giginya tak terkontrol, dan perjalanan sempoyongan ke lemari obat yang ternyata kosong. Lalu, kegelapan. Ia sama sekali tidak ingat menelepon siapa pun atau ada orang yang datang.

Dengan susah payah, ia mencoba duduk. Rasa sakit yang tajam di lengannya membuatnya melihat ke bawah. Sebuah infus tertancap di sana, selang bening menghubungkannya ke kantong cairan yang menggantung. Rasa dingin dan kaku dari cairan itu merambat pelan ke kulitnya, seperti sensasi es yang menjalar, pengingat konkret bahwa ia sedang lemah tak berdaya.

Seorang perawat masuk, senyum ramah di wajahnya.

"Ah, Anda sudah bangun, Tuan Han. Bagaimana perasaan Anda?"

Seo Han mengerutkan kening, suaranya masih serak dan parau. "Suster... apa yang terjadi? Siapa yang membawa saya ke sini?"

Perawat itu tersenyum lembut sambil memeriksa tanda vital dan infus Seo Han. Tangannya terasa hangat dan cekatan di pergelangan tangan Seo Han yang dingin. "Anda demam sangat tinggi dan pingsan di rumah. Tetangga Anda yang baik hati yang menemukan Anda. Rumah Anda tidak terkunci, dan beliau melihat keadaan Anda, lalu langsung memanggil ambulans."

"Tetangga?"

Seo Han mencoba mengingat. Ibu Jae Hyun? Warungnya cukup jauh. Atau mungkin tetangga sebelah yang jarang ia temui? Pikirannya berputar, tapi tidak ada yang terasa cocok. Satu hal yang pasti: itu pasti bukan ayahnya. Ayahnya sudah pergi, dan ia yakin pria itu tidak akan pernah kembali.

Rasa lega yang aneh menyelimutinya. Lega karena yang menolongnya adalah orang lain. Ia tidak ingin berutang budi sedikit pun pada pria itu.

"Anda sangat beruntung ditemukan tepat waktu," lanjut perawat. "Anda mengalami dehidrasi parah dan kelelahan ekstrem. Stres juga memicu kondisi ini. Anda butuh istirahat total."

Seo Han hanya mengangguk lemas. Kata 'stres' itu terasa seperti sebuah pukulan tak terlihat. Ya, ia stres. Stres karena pertemuan yang menghancurkan dengan ayahnya. Kini, tubuhnya membuktikan bahwa kata-kata dan amarahnya bukanlah hal sepele.

Perawat itu meletakkan bungkusan obat di nakas. Bungkusan itu berdesir pelan. "Ini obatnya, diminum setelah makan, ya," katanya, lalu beranjak keluar.

Keheningan kembali melingkupi ruangan, hanya suara ritmis 'tik-tik-tik' tetesan infus yang terdengar.

Drettt........

Ponsel di nakas bergetar, memecah kesunyian. Ia segera mengambilnya dengan pelan. Saat layar menyala, terpampang wallpaper dirinya dan ayahnya saat wisuda SD—ia yang bertubuh kecil dengan senyuman lebar. Ia bisa merasakan senyum palsu dari masa lalu itu menusuk.

Seo Han cepat-cepat membuka kunci dan mengangkat telepon.

"Halo?"

"Ya! Anda di mana? Kenapa pintu rumah Anda terbuka? Anda baik-baik saja, kan?" Suara Jae Hyun terdengar panik dari seberang. Suara itu serak, dipenuhi kekhawatiran yang nyata.

"Maaf ya, saya tidak sempat memberi kabar. Saya tiba-tiba ada urusan mendadak di Seoul, jadi saya langsung pergi," Seo Han berbohong.

"Astaga Anda ini, kalau rumah Anda kemalingan bagaimana coba?"

"Malingnya mau mencuri apa coba, Hyun? Anda tahu kan rumah saya kosong, tidak ada apa-apa," tawa Seo Han hambar. Tawa itu terdengar kering di tenggorokannya.

"Ah, terserah Anda deh. Cepat pulang."

"Iya."

Seo Han menutup teleponnya. Lagi dan lagi ia berbohong. Ia mencoba menutup matanya lagi.

Namun, di luar kamar, Ayah Seo Han (Lee Young Jun) berdiri di ambang pintu. Ia menatap putranya yang tampak pucat melalui kaca kecil di tengah pintu. Ia menekan pipinya ke kaca dingin itu, berharap bisa merasakan sedikit kehadiran anaknya.

"Syukurlah, Nak. Kamu sudah sadar," bisiknya pelan, suaranya tercekat. Ekspresi lega dan sedih bercampur.

Ia cepat-cepat beranjak pergi, menghilang sebelum Seo Han sempat membuka mata, jejak langkahnya di lantai keramik yang mengkilap tidak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Ia bergerak seperti bayangan, takut suaranya akan membawa bahaya bagi Seo Han.

Ayah Seo Han (Lee Young Jun) tidak langsung meninggalkan rumah sakit. Ia justru berjalan menuju ruang tunggu keluarga yang terletak di ujung koridor yang sunyi. Ia memilih kursi sudut yang paling gelap dan paling jauh dari pandangan, seolah ia sendiri adalah sesuatu yang aib, yang harus disembunyikan.

Napasnya masih terengah-engah setelah menyaksikan Seo Han melalui kaca pintu tadi. Kebahagiaan melihat putranya sadar bercampur dengan rasa sakit yang begitu hebat. Ia menutup mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdentum keras, menghasilkan suara gaduh di telinganya sendiri.

Syukurlah. Anakku selamat.

Pikirannya langsung kembali pada percakapan dengan perawat dan kata-kata dusta yang ia minta untuk disampaikan. "Tetangga yang baik hati." Betapa ironisnya. Aku, ayahnya, harus menyamar menjadi orang asing yang baik hati.

Ia menarik napas dalam-dalam, bau kopi basi dari dispenser di sudut ruangan samar-samar tercium. Ini bukan tentang martabatnya lagi, atau citranya sebagai pebisnis sukses. Ini tentang Seo Han.

Lee Young Jun memegang keningnya. Rasa hangat dan dingin bercampur di sana. Ia teringat kembali pada pandangan mata Seo Han saat mereka berdebat, pandangan yang penuh kebencian murni, rasa sakit yang tidak bisa lagi ditahan. Amarah itu sudah menjadi racun yang menggerogoti tubuh Seo Han hingga ambang kehancuran.

Dokter benar. Perawatan fisik hanyalah sebagian kecil.

Jika ia masuk sekarang, jika ia mengakui dialah yang menyelamatkan putranya, amarah itu akan kembali menyala. Seo Han akan merobek infus dari lengannya dan mencoba lari. Kehadirannya adalah pemicu. Lee Young Jun tahu itu. Rasa bersalahnya tidak lebih penting daripada kesembuhan Seo Han.

Ia mengeluarkan dompet kulit mahalnya. Di dalamnya terselip selembar foto lama yang buram: Varida tertawa, memeluk Seo Han kecil yang baru saja kehilangan gigi depannya. Senyum Varida yang hangat terasa seperti matahari yang menusuk matanya.

Varida, aku gagal. Aku gagal total. Anak kita hancur karena aku.

Ia menatap foto itu lama sekali. Ia harus menebus kesalahannya dengan cara yang tidak akan menyakiti Seo Han lebih jauh. Dan penebusan itu adalah ketidakhadiran. Ia harus menjadi penjaga yang tidak terlihat, bayangan yang memastikan segalanya berjalan lancar tanpa pernah menuntut pengakuan atau maaf.

Lee Young Jun bangkit berdiri. Ia merasa kakinya kaku karena lama duduk dalam ketegangan. Ia melangkah menuju meja perawat lagi, namun berhenti beberapa meter sebelum sampai. Ia tidak boleh terlalu sering terlihat.

Ia memanggil asistennya melalui ponsel, suaranya kembali menjadi suara perintah yang tegas, profesional, suara yang digunakan untuk membangun imperium, bukan untuk memeluk anak.

"Ya. Ini adalah kamar Tuan Seo Han. Saya butuh laporan kondisinya setiap enam jam. Pastikan dia mendapatkan makanan terbaik, bukan hanya makanan rumah sakit. Tambahkan perawat pendamping khusus. Saya ingin dia merasa nyaman, tenang. Dan yang paling penting: tidak ada yang boleh tahu saya yang mengurus ini. Semuanya harus anonim. Ya, anonim. Jika ada masalah keuangan, hubungi saya langsung. Jangan sampai ada kendala sekecil apa pun."

Setelah telepon ditutup, Lee Young Jun menatap kembali pintu kamar rawat inap Seo Han. Di balik kaca, ia melihat siluet perawat sedang mengganti kantong infus.

Aku akan melindungimu, Nak. Aku tidak pantas ada di hadapanmu, tapi aku akan memastikan kamu pulih. Kamu hanya perlu tahu bahwa ada 'tetangga' yang baik hati yang peduli.

Ia mengusap kaca pintu sebentar, hampir tidak menyentuhnya, seolah memberi ciuman selamat tinggal yang tidak akan pernah terasa.

Akhirnya, dengan langkah berat yang sekarang terasa lambat dan penuh makna, Lee Young Jun membalikkan badan. Ia berjalan keluar dari koridor itu, meninggalkan rumah sakit dengan janjinya: menjadi ayah yang menjaga dari kejauhan, selamanya menjadi orang asing yang anonim demi kedamaian putranya.

Apakah pengembangan pacing dan pendalaman konflik batin ini sudah sesuai dengan yang Anda inginkan?

1
Anonymous
kamu jahat
Anonymous
tidakkk😭
Anonymous
serius kamu jahat banget sih le seo han tidak boleh mati😭
Anonymous
woo jin kamu ga salah 😭
Hanik Andayani
wah odeng kesukaan aku apalagi toppoki 😃
Wida_Ast Jcy
kejar kejaran donk ya ceritanya ini🤭🤭🤭
Dee
Dari awal ceritanya sudah menarik kak. Cuma aku agak kesulitan ngapalin nama-namanya... buatku susah diingat, hehe... Suka ketukar mana yang cowok dan ceweknya 😅
checangel_
Seo Han, maafkan Authormu ya 😭😭
rahmad faujan: aku aja nangiss kasih mati dia😭
total 1 replies
Chimpanzini Banananini
aku pernah naik roller coaster. tapi emang sih, klo emng takut, mata kita seakan gabisa dibuat melek jirr/Sob//Sob/
Chimpanzini Banananini
main roller coaster sambil memegang kamera? apa ga jatuh tuh?
Vᴇᴇ
suka bgt makan kimchi, walau awal makan rasanya kek asem, gurih manis, tp rill enak bgt cuuyyy
Mingyu gf😘
Han ngumpat aja bilang shibbal gitu🤣
Mingyu gf😘: mwhehehe🤣🤣🤣
total 2 replies
Mingyu gf😘
Penakut🤣
Irfan Sofyan
di sini banyak yang keren kak🤭
Irfan Sofyan
aku juga gitu kak, karena keluarga lagi kumpul aku selalu pergi nyari tempat yg bisa menyendiri, sambil merokok🤭
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Di paksa main loler Koster. aku gak pernah naik sih, tapi kelihatannya seru🤣
iqbal nasution
refleks hebat
iqbal nasution
lezat juga ya
bela
siapa taruh bawang disini😭
bela
😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!