NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:873
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan dan Kenangan

Hujan deras mengguyur kota di mana Radella berada, suasana dingin membuat beberapa orang enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Salah satunya Radella, perempuan itu masih bergelung nyaman di bawah selimutnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, tapi karena hujan mendung terasa seperti masih pukul lima pagi.

Tidak ada tanda-tanda dirinya akan bangun, malah menyamankan tubuhnya agar lebih hangat lagi. Memejamkan mata untuk meneruskan tidurnya, tapi ternyata sudah tidak bisa. Matanya terbuka memindai keadaan kamarnya yang terasa hening meski suara hujan di luar begitu keras.

Beberapa hari terakhir ini, dirinya merasa kosong seolah ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Di tengah keramaian pun, dia merasa sepi dan selalu merasa sunyi. Beberapa kali dirinya kehilangan fokus dan lebih sering kedapatan melamun, bahkan saat tengah berdua dengan Reno.

Sekarang pun, dirinya kembali melamun dengan banyak pikiran. Tentang masa depannya, tentang pernikahan yang sudah berada di ujung tanduk juga tentang hubungannya dengan sang kekasih. Sudah sekitar dua minggu sejak Reno menyatakan keseriusannya, tapi sampai saat ini Radella tidak kunjung memberikan kepastian.

Setiap jalan dengan Reno, perempuan itu selalu merasa bersalah karena masih bungkam dengan jawabannya. Meskipun, Reno juga tidak bertanya lagi tapi Radella tahu kalau pria itu juga butuh kepastian. Dia tahu, Reno bukan tipe pemaksa dan selalu mencoba memahami dirinya.

Sekarang, bukan hanya perasaan bersalah tapi juga merasa begitu jahat dengan Reno. Pria setulus itu tidak pantas untuk disia-siakan atau digantungkan. Radella berpikir harus bisa tegas dengan dirinya sendiri. Setelah urusannya benar-benar selesai dengan Delan, dia harus siap dengan Reno.

"Kakak!" Suara itu membuyarkan lamunan Radella yang entah sudah berapa lama dia bergelut dengan pikirannya.

Seorang gadis dengan langkah ringan mendekati dirinya yang masih berbaring nyaman. Berbanding terbalik dengan sang adik yang sudah rapi dengan switer hangat membalut tubuhnya. Wajahnya juga sudah segar dan cantik dengan make up tipisnya, siap menyambut hari walau di luar masih hujan deras.

"Ya Tuhan, Kakak?" seru gadis itu melihat bagaimana kakaknya masih nyaman dengan selimut.

"Kakak belum bangun juga? Mentang-mentang kembali menjadi gadis, sekarang malah malas-malasan terus," omelnya membuat Radella mendengus.

"Masih pagi, jangan buang-buang energi dengan berteriak, Rasyafa!" balas Radella.

Dengan berat hati, dia mulai mengubah posisinya menjadi duduk dan melipat asal selimut yang masih terasa nyaman. Matanya menatap Rasyafa yang ikut duduk di atas kasurnya sambil ikut menatap dirinya juga. Radella berdecak, lalu mengalihkan pandangan untuk membereskan selimut dan gulingnya yang berantakan.

"Kakak, kenapa akhir-akhir ini malas banget, sih?" gerutu Rasyafa. Hampir setiap hari dirinya harus memanggil kakaknya untuk turun sarapan bersama.

"Ya, sebelumnya juga malas, sih. Tapi, ini lebih parah lagi mana sering banget melamun," imbuh Rasyafa yang sering mendapati Radella melamun hingga membuatnya berteriak untuk menarik kesadaran kakaknya kembali.

"Kakak, ada masalah sama bang Delan?" Rasyafa menatap lekat kakaknya, menunggu jawaban yang tak kunjung keluar dari bibir Radella selama beberapa detik.

"Kakak, menyebalkan sekali," umpat Rasyafa karena Radella malah menatapnya tanpa bersuara.

"Ayo, turun. Ayah sama bunda sudah menunggu untuk sarapan!" Rasyafa menyerah untuk bertanya lagi, memilih mengajak kakaknya sebagaimana tujuan awal dirinya datang ke kamar Radella.

"Kamu turun duluan, Kakak mau mandi dulu!" titah Radella mulai beranjak menurunkan kakinya dari atas kasur.

"Mandi nanti saja, Kak. Ayo turun sekarang!" tolak Rasyafa tapi Radella juga tetep kekeh. Tidak ingin menambah rasa kesal, Rasyafa kembali mengalah dan turun lebih dulu setelah memperingatkan Radella agar turun lebih cepat.

"Iya, iya, sana. Bawel banget!" usir Radella sambil berlalu ke kamar mandi.

"Dasar orang dewasa labil," umpat Rasyafa juga ikutan keluar dari kamar sang kakak.

***

Hujan masih mengguyur dengan deras, untung saja ini hari libur dari aktivitas padat. Pria dengan kaos santinya tengah menikmati suasana hujan di teras rumahnya, di meja ada mie instan dan segelas kopi hangat yang menemani paginya. Sebenarnya, dirinya tidak terbiasa makan mie instan apalagi saat masih pagi dan belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya.

Hanya saja, dia teringat kenangan saat hujan seperti ini. Saat membuka mata dan mendapati hujan deras, pikiran pria itu langsung melayang membuka kembali kenangan hujan dengan perempuan yang saat ini masih menjadi istrinya. Matanya menatap ke halaman luasnya dengan tersenyum samar.

Mengingatkan kembali, di mana saat itu Radella berlari keluar menuju halaman rumahnya untuk bermain hujan. Berteriak dengan senang, sedangkan dirinya saat itu merasa kesal dan bercampur panik melihat kelakuan Radella yang seperti anak kecil. Padahal, saat itu perempuan yang menjadi istrinya sudah menginjak usia dua puluh tiga tahun, dan masih berteriak senang di bawah guyuran hujan.

Delan yang sudah siap menjemput dan menyuruh untuk segera masuk dengan payungnya urung, melihat bagaimana wajah bahagia Radella saat itu. Tatapannya terpaku hingga tidak sadar perempuan itu sudah berada di depannya. Melepaskan payung yang dia bawa lalu melempar ke sembarang arah. Selanjutnya, menggandeng tangan Delan untuk ikut bermain hujan. Pertama kalinya dia kembali bermain hujan setelah beranjak remaja.

Cukup lama mereka berada di bawah guyuran hujan, hingga tubuh Radella mulai terasa dingin. Bergegas, Delan menyuruh untuk segera masuk dan mandi dengan air hangat. Setelahnya, mereka kembali duduk di ruang santai dengan mie instan cup di tangan masing-masing atas permintaan Radella. Mereka begitu menikmati satu hari itu bersama, dengan tatapan bahagia yang tidak bisa dilepaskan.

Momen seperti itu bukan hanya sekali, tapi beberapa kali saat hujan turun di pagi hari. Tentu saja, Radella yang memaksa dan akhirnya Delan juga ikut keluar dan meladeni Radella yang bergembira setiap hujan turun dan dirinya bisa bermain dengan air hujan. Momen kekanak-kanakan untuk orang dewasa seperti mereka, tapi sangat menyenangkan dan ternyata juga membekas.

Delan mendesah kasar, dadanya kembali sesak saat ingatan itu terus berputar di kepalanya. Bagaimana Radella tertawa, bagaimana mereka saling tertawa dan bagaimana mereka menikmati dengan tawa. "Apa Radella juga ingat kenangan itu?" bisik Delan.

"Apa setiap hujan turun, aku akan selalu teringat kenangan bersama Radella?" Kembali pertanyaan itu muncul, ternyata terlalu banyak kenangan saat hujan turun untuk keduanya.

"Mungkin, Radella sekarang juga tengah bermain hujan. Ya, mungkin saja bermain dengan Reno. Pasti Radella semakin bahagia saat bersama Reno." Delan tertawa kecut, tawa menyakitkan karena membayangkan kalau Radella dan Reno melakukan hal yang pernah dia lakukan bersama Radella saat hujan turun.

Tidak jauh berbeda dengan Delan, Radella juga tengah duduk di teras rumahnya menikmati hujan dan kenangan yang pernah dia ciptakan. Setelah menyelesaikan sarapannya, perempuan itu memilih duduk di teras yang diikuti oleh Rasyafa sang adik. Perempuan itu menatap air hujan dengan kerinduan pada apa yang pernah dirinya lakukan bersama Delan saat hujan turun seperti ini.

"Kak, ayo main hujan. Sudah lama aku tidak main hujan!" seru Rasyafa dengan binar di matanya.

Radella menoleh, adiknya selalu mengajak dirinya bermain hujan seperti yang sekarang dia lakukan. Dia ingat, dirinya selalu menolak dengan alasan kekanak-kanakan, tapi di rumah Delan dirinya malah memaksa pria itu untuk ikut bermain hujan bersama. Dia baru sadar, ternyata beberapa kebiasaan dan kesukaannya muncul saat dirinya sudah bersama Delan.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!