NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Raja Chen Murong, dengan jubah kebesarannya yang berkibar lembut, berdiri tegak di hadapan Lin Hua. Tatapannya menghunus dalam, seolah mencoba menembus tabir jiwanya. Tiba-tiba, mata pria itu memancarkan cahaya misterius, membuat Lin Hua hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. 'Pasti mau pamer sihir lagi,' gumamnya dalam hati, merasakan aura Raja Chen Murong yang berusaha mempertontonkan kekuatan gaibnya.

Sebuah senyum tipis menghiasi bibir Raja Chen Murong. "Kau bukan berasal dari dunia ini," bisiknya lirih, seolah hanya ingin telinga Lin Hua yang menangkap kata-kata itu.

Pupil mata Lin Hua melebar sepersekian detik, sebelum kembali menyiratkan ekspresi datar. "Lalu?" tanyanya singkat.

Raja Chen Murong menggeleng kecil, rambutnya yang panjang ikut bergerak. "Tidak ada, hanya saja... aku yakin kau akan membawa perubahan." jawabnya dengan nada ambigu.

"Tapi, akan jauh lebih baik jika tidak ada seorang pun yang bisa mendengar rencana yang tersusun di kepalamu. Bukan hanya berbahaya untukmu, melainkan juga keluarga barumu," lanjut Raja Chen Murong, kata-katanya bagai pisau bermata dua.

Tanpa peringatan, Raja Chen Murong memukulkan dua jarinya ke dada Lin Hua. Sebuah erangan lolos dari bibir wanita itu, dan setetes darah segar menyembur keluar, mengotori cadar yang menutupi sebagian wajahnya. "Ugh!"

Melihat nona muda mereka diserang, para pengawal Lin Hua sontak bertindak. Belati-belati berkilauan terhunus dan menodong ke arah Raja Chen Murong, tak peduli bahwa di sana berdiri seorang Kaisar yang menatap kejadian itu dengan keterkejutan yang kentara.

"Apa yang kau lakukan pada Nona Wei, Raja Chen Murong?" tanya Kaisar Han Ruo Xun, nada suaranya meninggi karena geram melihat kelakuan adiknya terhadap Lin Hua.

"Tenanglah, dia kebal terhadap sihir apa pun, tidak akan mati," jawab Raja Chen Murong dengan nada santai, seolah baru saja melakukan hal yang lumrah.

Tiba-tiba, sebuah gelembung bercahaya, seukuran kelereng, keluar dari dada Lin Hua. Gelembung itu melayang anggun ke arah tangan Raja Chen Murong. "Kini, tidak akan ada lagi yang bisa mendengar suara hatimu. Kau bebas untuk mengumpat lebih keras dalam hati," bisik Raja Chen Murong, senyumnya mengembang melihat keterkejutan di wajah Lin Hua atas pengetahuan baru yang baru saja ia dapatkan.

Jadi, selama ini setiap umpatan yang terlintas di benaknya didengar oleh seseorang? Lin Hua menatap sekeliling dengan linglung, pikirannya berkecamuk. Ia menoleh ke arah Kaisar Han Ruo Xun, mencari tanda-tanda bahwa pria itu selama ini mendengar suara hatinya, namun yang ia temukan hanyalah wajah datar tanpa ekspresi. Kemudian, tatapannya beralih pada Pangeran Kedua, Han Yuan, yang menyunggingkan senyum smirk misterius. 'Dia?... Jadi, dia yang selama ini mendengar?' gumamnya dalam hati, dan kali ini, ia tahu pasti, tak ada seorang pun lagi yang bisa menembus dinding pikirannya.

Dengan cepat, Lin Hua memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menurunkan senjata mereka dari leher Raja Chen Murong. "Sudahlah, aku baik-baik saja," ucapnya, berusaha menenangkan suasana yang tegang.

Shen Jian dan yang lainnya, meski masih dengan tatapan waspada, perlahan menurunkan belati mereka. "Ah, sepertinya sudah waktunya bagi kita untuk pergi ke istana putra mahkota," ujar Raja Chen Murong, seolah tidak terjadi apa-apa.

Kaisar Han Ruo Xun, yang merasa lega karena Lin Hua tidak terluka parah, mengangguk setuju. "Kalian pergilah, terutama kau, Lin Hua. Aku ingin kau memilihkan calon putri mahkota yang baik untuk putra mahkota," titahnya, mengingatkan Lin Hua akan tugas membosankan yang menantinya.

Lin Hua menghela napas dalam hati. Pada akhirnya, ia tetap harus menghadiri acara yang menurutnya sangat membosankan itu. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan cadar yang telah ternoda oleh darahnya. Untungnya, darah itu hanya mengenai kain penutup wajahnya saja.

Pangeran Han Yuan, Raja Chen Murong, Lin Hua, dan keempat pengawal setia Lin Hua memberikan salam hormat kepada Kaisar, lalu beranjak keluar dari ruang baca. "Mari, kita pergi bersama," ajak Raja Chen Murong, mengulurkan tangannya ke arah Lin Hua dengan senyum menawan.

Wajah Lin Hua yang kini terekspos tanpa penghalang apa pun benar-benar membuat orang-orang yang melihatnya merasa iri sekaligus terpesona. Apalagi tato berwarna merah yang menghiasi pelipis hingga dagunya, menambah aura misterius, pesona menggoda, sekaligus mematikan.

Lin Hua hanya mengangguk datar, lalu berjalan di antara Pangeran Han Yuan dan Raja Chen Murong. Keempat anak buahnya mengikuti mereka dari belakang, membentuk formasi perlindungan yang ketat.

Tanpa Lin Hua sadari, pakaian yang dikenakannya hari itu memiliki warna senada dengan pakaian yang dikenakan oleh Pangeran Han Yuan dan Raja Chen Murong. Sebuah kebetulan yang disengaja, atau memang sebuah kesengajaan yang telah direncanakan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Kedatangan rombongan Lin Hua di Istana Putra Mahkota bagaikan badai yang menyihir semua mata yang memandang. Bagaimana tidak? Di sana ada Lin Hua, yang tersohor sebagai pemimpin besar organisasi rahasia yang disegani, berdiri berdampingan dengan Raja Chen Murong, sang guru agung yang misterius, dan Pangeran Kedua Han Yuan, pangeran dingin yang namanya ditakuti di medan perang.

Belum lagi pesona keempat anak buah Lin Hua yang tak kalah memikat dari kedua pria bangsawan itu. Selain fisik dan rupa mereka yang menawan, popularitas mereka di kalangan wanita begitu tinggi, dikenal sebagai pembunuh bayaran tertampan yang pernah ada.

"Salam, Yang Mulia Putra Mahkota," Lin Hua dan rombongannya memberi salam hormat kepada Putra Mahkota, yang sudah menunggu di aula untuk memulai proses seleksi calon putri mahkota.

"Bangunlah," titah Putra Mahkota dengan suara yang berwibawa.

Lin Hua menatap wajah Putra Mahkota, sebuah perasaan aneh menggelitik benaknya. Wajah itu terasa tidak asing, padahal ia yakin belum pernah bertemu dengan Putra Mahkota sebelumnya. Namun, ada sesuatu dalam visual pria itu yang terasa familiar, seolah pernah dilihatnya di suatu tempat, meski ia tak mampu mengingatnya dengan jelas.

"Duduklah," perintah Putra Mahkota dengan nada datar.

Lin Hua dan yang lainnya kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka yang diundang untuk menyaksikan pemilihan calon putri mahkota hanyalah keluarga inti dari Permaisuri. Tak ada anak selir, apalagi selir Kaisar yang diizinkan berada di istana Putra Mahkota ini. Suasana terasa formal dan penuh dengan aturan yang tak tertulis.

Acara pemilihan calon putri mahkota dimulai dengan khidmat. Satu per satu, para wanita muda dari keluarga bangsawan terkemuka memasuki aula, langkah mereka diatur sedemikian rupa di atas karpet merah yang membentang, seolah menari menuju takhta Putra Mahkota. Gaun-gaun sutra gemerlap dengan warna-warna berani, rambut disanggul tinggi dengan hiasan permata, dan wajah-wajah yang dipoles sempurna, semuanya berlomba mencuri perhatian.

Lin Hua, dengan mata menilai yang tajam, melihat deretan wanita itu bagaikan pajangan indah tanpa jiwa. 'Bermacam rupa, tapi isinya sama saja,' pikirnya sinis.

Putra Mahkota, dengan nada suara yang telah dilatih, melontarkan pertanyaan-pertanyaan klise tentang sejarah dinasti, keindahan seni, dan pentingnya kebajikan. Para wanita itu menjawab dengan nada manis yang dibuat-buat, berusaha keras menghindari kesalahan sekecil apa pun.

Lin Hua menahan diri untuk tidak menguap lebar. 'Kapan ini selesai? Lebih baik aku latihan pedang atau baca buku resep,' keluhnya dalam hati.

Tiba-tiba, seorang wanita memasuki ruangan, memecah kebosanan Lin Hua. Berbeda dengan yang lain, ia mengenakan gaun linen sederhana berwarna putih pucat, rambutnya dibiarkan terurai bebas, dan wajahnya polos tanpa sentuhan riasan. Namun, matanya bersinar dengan kecerdasan yang tajam, dan senyumnya memancarkan kehangatan yang tulus.

Putra Mahkota, sedikit terkejut dengan penampilannya yang sederhana, tetap melontarkan pertanyaan yang sama. Wanita itu menjawab dengan jujur dan apa adanya, tanpa berusaha menjilat atau menyembunyikan pendapatnya.

Lin Hua menyunggingkan senyum tipis. 'Menarik... sepertinya ada yang beda dari yang lain,' pikirnya.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!