NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Sejak malam itu, aku jadi agak waspada.

Setiap kali keluar rumah, aku otomatis nyalain sistem dan liatin notifikasi sinyal yang sempat muncul.

Tapi anehnya, pagi ini sinyal itu hilang.

[Status: Aman. Tidak ada anomali terdeteksi.]

Aku mengernyit.

"Jadi cuma semalam doang?" gumamku.

Atau mungkin sistemnya emang cuma ngasih peringatan awal?

Aku sempat pengin cuek aja, tapi rasa penasaranku keburu gede.

Soalnya sistem itu nyebut ada pengguna lain dalam radius 200 meter.

Berarti… orang itu bisa aja salah satu tetanggaku.

Pagi itu, Dinda lagi siap-siap kerja.

Dia pakai kemeja putih dan celana bahan, rambutnya dikuncir rapi.

Aku perhatiin sebentar, masih aja kagum tiap kali ngelihat dia.

“Kok liatin?”

“Eh, nggak… cuma, kamu kelihatan capek akhir-akhir ini,” jawabku. “Aku bisa bantuin apa?”

Dia senyum kecil. “Cukup kamu jangan bikin dapur kayak kapal tenggelam lagi.”

Aku ngakak. “Oke, noted.”

Tapi sebelum berangkat, dia sempat ngomong sesuatu yang bikin aku berhenti.

“Eh, tadi aku ketemu tetangga baru di ujung gang. Katanya mereka baru pindah semalam. Suaminya agak pendiam, tapi istrinya ramah.”

Aku langsung refleks nanya, “Ujung gang yang mana?”

“Yang deket warung Bu Rini.”

“...Oh.”

Dada aku mendadak agak sesak, tapi aku berusaha tetap santai.

Mungkin kebetulan aja.

Tapi setelah Dinda berangkat, aku langsung keluar rumah pura-pura nyapu halaman.

Padahal niatku satu: ngecek siapa tetangga baru itu.

Rumah yang dimaksud Dinda itu masih bau cat baru.

Ada mobil putih di depan, dan di terasnya aku lihat seorang pria berdiri — pakai kaus hitam polos, rambut agak berantakan, tapi auranya… entah kenapa aneh.

Matanya tajam, kayak orang yang nggak suka diganggu.

Tapi begitu sadar aku ngelihatin, dia malah senyum tipis.

Senyum yang lebih mirip senyum basa-basi daripada ramah.

Aku angkat tangan sedikit. “Pagi, Pak. Tetangga baru ya?”

Dia mengangguk. “Iya, baru pindah semalam.”

“Saya Raka, rumah nomor 12.”

“Rian.”

Pendek banget jawabannya, tapi aku tetap nyengir ramah.

“Wah, selamat datang di kompleks ini, Pak Rian. Kalau butuh bantuan, bilang aja.”

Dia cuma mengangguk lagi, tapi mata dia sempat melirik HP di tanganku.

Sekilas. Cepat. Tapi cukup bikin aku merinding.

Entah kenapa, detik itu aku merasa dia tahu sesuatu.

Sesuatu yang seharusnya nggak dia tahu.

Begitu balik ke rumah, aku langsung buka sistem lagi.

[Peringatan ringan: fluktuasi sinyal mirip sistem terdeteksi di sekitar pengguna.]

Jantungku langsung berdetak lebih cepat.

“Jadi beneran… dia?” gumamku.

[Kemungkinan besar, iya.]

Aku menelan ludah.

“Terus, apa aku harus ngelaporin atau gimana?”

[Tidak perlu. Namun, tetap waspada. Sistem lain bisa bersifat netral, bersahabat, atau berbahaya.]

“Berbahaya?” aku mengulang pelan.

[Benar. Beberapa pengguna sistem memiliki misi yang berbeda dari milikmu.]

Aku terdiam.

Selama ini aku kira sistemku cuma bantu aku jadi suami yang lebih baik, tapi kalau ternyata ada sistem lain dengan tujuan beda…

Jadi sebenarnya semua ini buat apa?

Sore harinya, Dinda pulang agak malam.

Dia kelihatan lelah tapi tetap nyapa hangat waktu lihat aku udah masak.

“Wah, kamu masak lagi?”

Aku nyengir. “Kali ini aku yakin nggak gosong.”

Dia ketawa kecil. “Aku bangga, serius.”

Kami makan bareng sambil nonton berita.

Suasana tenang — sampai tiba-tiba, berita di TV bikin aku merinding.

“Seorang pria di daerah Jakarta Barat dilaporkan bertingkah aneh sebelum menghilang secara misterius. Saksi mengatakan korban sempat berbicara sendiri tentang ‘sistem’ yang mengendalikannya.”

Aku refleks menatap layar, lalu menatap Dinda.

Untungnya dia nggak terlalu memperhatikan, cuma bilang, “Orang zaman sekarang aneh-aneh, ya.”

Aku cuma mengangguk, tapi tanganku dingin.

Sistemku bergetar.

[Pesan Khusus: Kasus sistem tak stabil terdeteksi di luar area kamu. Jangan panik. Fokus pada misi pribadimu.]

“Gila,” bisikku pelan.

Ternyata bukan cuma aku dan Rian yang punya sistem kayak gini.

Berarti di luar sana… ada lebih banyak lagi.

Malamnya aku duduk di teras sambil ngopi.

Udara agak dingin, tapi otakku justru panas mikirin semua ini.

Aku buka HP, tapi sistem nggak kasih jawaban lebih detail.

Tiba-tiba, suara langkah pelan terdengar dari arah depan.

Aku nengok — Rian berdiri di seberang pagar.

“Mas Raka, belum tidur?” suaranya datar.

“Belum, biasa… susah tidur kalau kopi kebanyakan,” jawabku santai. “Pak Rian juga?”

Dia jalan mendekat.

“Cuma pengin lihat suasana malam di sini. Tenang banget ya.”

Aku cuma mengangguk, tapi mata kami sempat saling pandang beberapa detik.

Dan anehnya, aku ngerasa kayak ada semacam getaran… bukan di tanah, tapi di kepala.

Kayak tekanan halus.

[Sistem memperingatkan: deteksi energi sistem lain dalam jarak dekat.]

“…”

Aku coba tetap tenang.

“Pak Rian kerja di mana, kalau boleh tahu?”

Dia menatapku lama sebelum menjawab. “Ah, kerjaan kecil-kecilan aja. Kadang bantu orang… memperbaiki hal yang rusak.”

Nada bicaranya datar, tapi ada sesuatu di balik kata-kata itu.

“Hmm, keren juga,” sahutku, meski hatiku nggak tenang.

Dia menatap HP-ku di meja, lalu senyum samar.

“Mas Raka sering main HP tengah malam ya?”

Aku spontan genggam HP itu erat.

“Kadang,” jawabku cepat. “Kenapa?”

“Ah, nggak. Cuma nanya. Soalnya sinyal di sini kadang suka gangguan, ya?”

Dia bilang gitu, tapi matanya nggak lepas dari HP-ku.

Kayak dia tahu persis aku lagi nyembunyiin sesuatu.

[Sistem memperingatkan: deteksi gangguan ringan. Sumber: pengguna sistem lain di dekatmu.]

Aku berdiri pelan. “Eh, saya masuk dulu ya, Pak. Kopinya udah dingin.”

Dia cuma mengangguk, tapi sebelum aku masuk, dia sempat ngomong pelan banget:

“Kalau sistemmu mulai ngelakuin hal aneh… jangan terlalu percaya.”

Aku berhenti di ambang pintu.

“...Apa maksudnya?”

Tapi dia cuma senyum, balik badan, dan jalan pergi tanpa jawab.

Begitu pintu kututup, HP-ku langsung bergetar lagi.

[Peringatan keras: Interaksi dengan pengguna sistem lain terdeteksi. Risiko meningkat 5%.]

“Apa-apaan sih ini…” aku duduk di kursi, napas ngos-ngosan.

Keringat dingin ngalir di pelipis.

“Rian itu siapa sebenarnya?”

[Data tidak cukup. Tapi sinyal sistem miliknya lebih tua dari punyamu.]

Aku menatap layar, kaget.

“Lebih tua? Maksudmu… dia udah punya sistem ini lebih lama?”

[Benar.]

Aku mengusap wajah, ngerasa bingung sekaligus takut.

“Jadi sistemku bukan yang pertama. Dan mungkin… sistemnya Rian udah lihat banyak hal sebelum aku.”

Tiba-tiba, layar HPku berkedip dan muncul pesan baru — bukan dari sistemku.

[Kamu seharusnya tidak percaya begitu saja pada “mereka”.]

Aku langsung berdiri panik. “SIAPA KAMU!?”

Tapi tulisan itu hilang dalam tiga detik.

[Gangguan eksternal terdeteksi. Sistem sedang menstabilkan koneksi.]

“Jangan bilang…” aku menatap ke arah rumah Rian yang lampunya masih menyala samar.

“...Itu dari dia?”

Malam itu aku nggak bisa tidur.

Aku terus mikirin kata-kata Rian — “jangan terlalu percaya.”

Apakah maksudnya sistemku menyembunyikan sesuatu?

Aku lihat ke arah Dinda yang tidur pulas di sampingku.

Dia nggak tahu apa-apa soal ini, dan aku nggak mau dia terlibat.

Tapi kalau sistem ini bisa bantu aku memperbaiki rumah tangga kami, aku nggak bisa berhenti begitu aja.

[Misi baru tersedia: Jaga hubunganmu tetap harmonis sambil menyelidiki asal sistem lain.]

Hadiah: +30 Poin Kehangatan, +1 Petunjuk Kebenaran.]

Aku menatap layar lama-lama, lalu menghela napas.

“Baiklah, Sistem. Kalau kamu mau main teka-teki, aku ikutan.”

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!