NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Setelah mendapatkan kabar tentang Rianti yang akan bulan madu.

Mama Dewi tersenyum tipis sambil membuat teh herbal.

Linda membuka pintu kamar dan melihat ekspresi mamanya yang sangat bahagia.

"Kenapa Mama senyum-senyum sendiri?" tanya Linda.

Mama mematikan kompornya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Linda.

"Mama, hari ini sangat bahagia sekali karena kakak kamu akan bulan madu. Akhirnya Kakak kamu menemukan kebahagiaannya dengan Bramantya." jawab Mama.

Linda mencengkram erat kedua tangannya saat mendengar perkataan dari Mama Dewi.

"M-ma, aku mau ke kamar dulu." ucap Linda.

Mama menganggukkan kepalanya dan ia langsung masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Linda langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Mama Nita.

Tak butuh waktu lama hingga suara khas Mama Nita terdengar di seberang, lembut namun dingin.

“Halo? Linda? Sudah lama kamu nggak telepon Tante. Ada apa?”

Linda menarik napas panjang sebelum menjawab, suaranya penuh tekanan yang ditahan.

“Mama Nita, aku baru dengar kabar dari Mama Dewi kalau Bramantya dan Kak Rianti mau bulan madu.”

Mama yang mendengarnya langsung terkejut dan bangkit dari duduknya.

“Apa? Bulan madu?” Nada Mama Nita terdengar meninggi, disusul keheningan sesaat.

“Iya, Ma. Mereka katanya mau pergi minggu ini. Mama Dewi bahkan kelihatan sangat bahagia,” ujar Linda dengan nada sinis.

Terdengar helaan napas berat dari seberang, lalu suara Mama Nita yang dingin namun tegas.

“Jadi, Bramantya benar-benar melupakan segalanya begitu saja, ya? Menikah dengan kakakmu yang bodoh itu, lalu hidup bahagia seolah tidak ada masa lalu.”

Linda berpura-pura menangis dan berharap Mama Nita ada di pihaknya.

“Aku nggak bisa terima, Ma. Aku masih mencintai Bramantya." ucap Rianti.

Suara Mama Nita menurun menjadi nada berbisik penuh perhitungan.

“Linda, dengarkan Tante baik-baik. Kalau mereka jadi pergi bulan madu, semuanya akan makin sulit dikendalikan.”

Linda menegakkan tubuhnya, menatap bayangan dirinya di cermin dengan mata berkilat.

“Jadi, Mama mau aku lakukan apa?” tanya Linda.

Mama Nita terdiam sejenak, lalu berbicara pelan namun penuh tekanan.

“Cari beberapa orang yang bisa kamu percaya. Minta mereka untuk menculik Rianti."

Linda tersenyum tipis dan ia semakin yakin kalau Mama Nita mendukungnya.

“Baik, Ma. Aku tahu siapa yang bisa aku hubungi.”

“Bagus dan jangan biarkan siapa pun tahu kalau ini dari kita. Biarkan dunia mengira semua itu cuma kebetulan.”

Linda mematikan ponselnya dan menghubungi seseorang.

Sementara itu di tempat lain dimana Bramantya dan Rianti sudah bersiap-siap.

"Apa kamu sudah siap sayang?" tanya Bramantya sambil memasukkan tas kopernya kedalam mobil.

Rianti menganggukkan kepalanya sambil tersenyum bahagia.

"Tentu saja aku sudah siap, Bram." ucap Rianti.

Kemudian Bramantya mengajak istrinya untuk masuk kedalam mobil.

Bramantya lekas melajukan mobilnya menuju ke Bandara.

Di sepanjang perjalanan Bramantya tidak melepaskan salah satu tangannya yang menggenggam tangan istrinya.

"Sebenarnya kita mau bulan madu kemana?" tanya Rianti.

"Masih Rahasia dan aku ingin kamu tahu saat sudah sampai disana." jawab Bramantya sambil tertawa kecil.

Dua puluh menit kemudian mereka telah sampai di bandara.

Bramantya mengajak istrinya untuk menuju ke Excecutive terminal.

Salah satu anak buah Bramantya memanggilnya untuk menandatangani beberapa dokumen untuk perjalanan mereka.

"Sayang, kamu tunggu disini dulu ya. Aku cuma sebentar." ucap Bramantya.

Rianti menganggukkan kepalanya dan mengatakan kalau ia mau ke kamar mandi sebentar.

Bramantya meminta istrinya agar lekas kembali jika sudah selesai dari kamar mandi.

Rianti segera bergegas menuju ke kamar mandi bandara.

Ia lekas buang air kecil dan setelah itu ia berjalan menuju ke wastafel untuk mencuci tangannya.

Klik!

Rianti langsung menoleh ke arah pintu yang terdengar di kunci.

Ia membelalakkan matanya saat melihat ada tiga lelaki yang ada di dalam kamar mandi.

"S-siapa kalian? Ini kamar mandi khusus perempuan." ucap Rianti.

Lelaki itu tertawa kecil dan berjalan ke arah Rianti.

"K-kalian mau apa? Cepat keluar atau aku akan berteriak!"

Mereka malah tertawa terbahak-bahak dan membuat Rianti ketakutan.

"BRAM!!" teriak Rianti.

Salah satu dari mereka langsung menutup mulut Rianti.

"MMMMPPPHHH!"

Melihat Rianti yang memberontak dan akan melawan.

Lelaki itu kang membenturkan kepala Rianti ke wastafel.

Dalam hitungan detik Rianti pingsan dan Kepala mengeluarkan darah yang begitu banyak.

Mereka yang ketakutan langsung berlari dan menguncinya dari depan.

Salah satu dari mereka melihat tangannya yang penuh dengan darah Rianti.

"A-ayo kita lekas kabur dari sini."

Mereka segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan bandara.

Sementara itu Bramantya baru saja keluar dan melihat istrinya yang masih belum kembali di kiri tunggu.

"Apa istri saya belum kembali?" tanya Bram kepada salah satu petugas bandara.

Petugas itu menggelengkan kepalanya dan tidak melihat keberadaan Rianti sejak dari kamar mandi.

Bramantya segera berlari menuju ke kamar mandi.

Saat akan membuka pintu, ia mendapati pintu kamar mandi yang terkunci.

"Sayang! Kamu didalam? Buka pintunya!" ucap Bramantya.

Bramantya mengetuk pintu kamar mandi dan berharap Rianti membukanya.

"BUKA PINTUNYA!!"

Petugas bandara mengambil kunci cadangan dan segera membuka pintu kamar mandi.

Setelah pintu kamar mandi terbuka, Bramantya membelalakkan matanya saat melihat istrinya pingsan dengan kepalanya yang terluka.

"RIANTI!!"

Bramantya menepuk-nepuk pipi Rianti yang tidak sadarkan diri.

Petugas keamanan yang berdiri di dekat koridor sontak berlari begitu mendengar teriakan Bramantya.

“Cepat panggil ambulans!” suara Bram menggema di ruangan itu, panik dan penuh gemetar.

Salah satu petugas langsung menekan tombol radio komunikasi.

"Unit medis darurat, segera ke area kamar mandi terminal eksekutif! Ada penumpang wanita tidak sadarkan diri dan mengalami luka di kepala!” ucap petugas bandara.

Beberapa penumpang di sekitar sana mulai berdatangan, menatap dengan wajah cemas.

Bramantya memeluk tubuh Rianti yang tergeletak di lantai dingin kamar mandi, darahnya mengalir pelan dari pelipis.

“Sayang, tolong buka matamu. Kamu harus kuat, ya.” ucap Bramantya dengan suara bergetar.

Petugas medis bandara datang membawa tandu untuk membawa Rianti.

“Pak, tolong menjauh sebentar. Kami akan bawa pasien ke ambulans!”

Dengan hati-hati, mereka mengangkat Rianti ke atas tandu. Bramantya menatap wajah istrinya yang pucat, dadanya terasa sesak.

Tanpa pikir panjang, ia langsung mengikuti tim medis ke luar bandara menuju area parkir khusus ambulans.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara sirene ambulans meraung keras menembus keramaian jalan menuju rumah sakit terdekat.

Di dalam ambulans, Bramantya duduk di samping tandu, menggenggam tangan Rianti yang dingin dan lemah.

“Pak, tekanan darah pasien menurun drastis. Dan ada aroma kuat yang kami curigai sebagai chloroform di pakaiannya.”

Bramantya langsung membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari dokter.

“Chloroform? Jadi, dia diserang?”

“Kemungkinan besar, Pak. Luka di kepala dan bau kimia ini menunjukkan adanya tindakan kekerasan sebelum dia pingsan." ucap Perawat.

Bramantya menatap wajah istrinya yang masih pingsan.

“Sayang, tolong jangan tinggalin aku,” ucapnya pelan, nyaris berbisik.

“Aku janji, siapa pun yang melakukan ini… akan kubuat bayar semuanya.”

Bramantya menggenggam tangan istrinya yang masih belum sadarkan diri.

“Bertahanlah, Ri. Aku di sini. Aku nggak akan ninggalin kamu lagi, dengar? Sekarang kamu aman.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!