Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 12
PEMBALASAN!
Selena yang tadinya berdiri mengamati mereka berempat, ia menoleh saat Nora memanggilnya. “Aku harap kalian tetap di tempat sampai menghabiskan makanan kalian karena aku bisa melihatnya dengan mata belakangku....” kata Selena yang akhirnya berjalan pergi.
“Dia seorang monster?” Ucap Miles yang sedikit berbisik ke Clara dan di dengar oleh yang lainnya.
“Karena dia punya mata di belakangnya?!” balas Alma dengan candaan kecilnya yang polos.
“Apapun itu, ini benar-benar menyebalkan. Berani sekali dia memerintah dan membodohi kita. Sialan!” kata Clara yang masih tak terima.
Sementara Damian hanya diam dengan wajah emosi sampai lukanya terlihat oleh ketiga saudaranya tadi yang menimbulkan rasa khawatir.
“Kau baik-baik saja? kau terluka, apa dia yang melakukannya?” tegas Clara menatap ke saudaranya itu. Tentu Clara dan Damian saudara kandung, itu sebabnya Clara lebih khawatir dari pada Miles.
“Apa? Tentu saja bukan dengannya. Dia hanya seorang wanita.” Kata Damian menatap tajam tak terima.
“Lalu, luka itu darimana?” tanya Clara yang masih membuat penasaran.
“Para gangster. Aku bermasalah dengan mereka dan Charlie menyelesaikannya dengan adil. Sangat adil!” kata Damian dengan tatapan marah.
Mereka terdiam mendengarnya. Tak bisa berbuat apa-apa saat nama Charlie sudah disebut. Selena yang mendengarnya dari arah tak jauh pun, dia juga ikut terdiam penuh tanya. -Seberapa pengaruhnya Charlie untuk mereka? Dan kenapa?’
Itu yang Selena pikirkan setiap saatnya.
Dan panggilan tadi hanyalah pura-pura saja untuk pengalihan agar mereka berempat mau berbicara satu sama lain.
“Sedang mengintip sesuatu? Mereka anak-anak yang menyebalkan bukan!” kata seorang wanita yang seketika mengagetkan Selena.
Wanita dengan pakaian khususnya itu tersenyum kecil menatap ke sosok bernama Isabelle.
Mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, itu sebabnya Selena tak lagi kaget melihat m keberadaan Isabelle saat ini. Namun Isabelle berkernyit heran saat melihat anak-anak tadi.
“Tumben sekali mereka duduk di meja makan! Aku rasa itu pasti melelahkan bagimu, Selena! Tapi percayalah, mereka hanya butuh dorongan!” kata Isabelle tersenyum kecil.
“Yeah! Em... Kau ingin bertemu dengan Mr. Charlie? Apa kau sangat mengenal nya?”
“Yes! Why? (ya! Kenapa?)” tanya wanita berambut pendek itu dengan tenang dan senyuman.
“Tidak ada. Hanya saja... Dia sedikit kaku. Apa dia sudah pernah menikah?” tanya Selena yang hanya sekedar ingin tahu saja.
“Belum. Apa kau mau menikah dengannya?”
“Apa? Aku? Tidak! Tentu saja tidak. Hanya pertanyaan singkat!”
“Okay!” tak lama Isabelle melenggang pergi. Sedangkan Selena masih di sana dengan gugup dan hampir saja dia mati kutu tadi. Bagaimana mungkin menikahi Bellucci, yang benar saja.
Selang beberapa menit, mereka yang ada meja makan, kini sudah selesai menghabiskan sarapannya. Namun Clara si gadis cantik itu tidak sepenuhnya menghabiskan sarapannya.
“Jangan memaksaku kali ini, aku tidak ingin dibodohi lagi olehmu.” Ketusnya yang langsung bangkit dan pergi menggandeng Alma.
Miles pun sama.
“Kau mau bawa ke mana Alma?” tanya Selena menghentikan langkah mereka.
“Aku yang akan mengantarnya, dan pelayan akan menjemputnya. Kami rasa, kau tidak perlu mengurusi kami, dan enyahlah dari sini, jika kau masih ingin bebas.” Kata Clara menatap sinis dan pergi.
Selena tidak menghentikan mereka, bersamaan dengan itu. Damian beranjak dari duduknya dan berjalan dari belakang Selena sambil berbisik. “Fuck ya!”
Selena hanya diam menerimanya. “Okay... Untuk hari aku rasa sudah cukup...”
Selena berjalan ke arah meja makan, ia berkerut alis saat melihat sebuah kertas yang tertulis. [BYE DAKOTA LOSERS! (SAMPAI JUMPA PECUNDANG DAKOTA)]!
“Shit!” umpatnya yang langsung meremas kertas situ dan berlari keluar hingga ke halaman.
Tentu, Selena yakin anak-anak tadi tidak akan pergi ke sekolah mereka, melainkan membolos bersama atau sendiri-sendiri termasuk mengajak Alma. “Yang benar saja.” Kesal Selena.
“Apa mereka sudah pergi?” tanya Selena kepada salah satu penjaga di sana.
“Mereka baru saja pergi.”
“Berapa mobil yang mereka bawa?” tanya Selena.
“Dua.”
Selena langsung bergegas ke salah satu mobil, lebih tepatnya mobil yang baru saja tiba, dimana Han juga baru saja turun dari sana dan terkejut saat seorang pengasuh tiba-tiba meraih kunci dari tangannya. “Aku pinjam sebentar, Tuan!”
Tentu, Han hanya diam membiarkannya pergi saat dia menengok ke atas dan melihat Charlie bersama Isabelle juga ikut memperhatikan kepergian Selena barusan.
“Dia wanita yang energik, lain dari pengasuh lainnya!” kata Isabelle seperti yang dia lihat.
Charlie berjalan masuk, tatapannya masih tegas dan mulai duduk di sofa singel. “Sudah mencaritahu tentang nya?” tanya Charlie saat Isabelle juga ikut duduk di sofa panjang menghadap ke arahnya.
“Hm. Hasilnya masih sama, Mr. Charlie. Aku rasa... Selena memang patut untuk dicurigai, aku bisa melihat bagaimana dia mengurus keempat anak itu dengan berani dan cara yang unik!” jelas Isabelle.
Charlie terdiam dan memikirkan hal yang sama seperti Nora katakan soal tadi pagi.
Tak lama, Han datang dengan tatapan tegasnya.
“Apa ada musuh yang berbuat onar?” tanya Charlie kepada asisten nya itu.
“Masih belum Tuan. Tapi soal pembunuhan yang terjadi kepada tuan Danzel Jaitly... Itu ulah pembunuh bayaran dari Nikolai Draven. Ada data menyatakan bentrokan antara Danzel dan Nikolai saat itu sangat memanas.” Jelas Han yang semakin membuat Charlie berkernyit.
Mendengar nama Nikolai saja dia sudah muak dan emosi. Pria itu juga salah satu musuhnya yang sangat sulit digapai.
“Apa Jeniffer juga sudah tahu soal ini?” tanya Charlie.
“Saya rasa, belum tuan.”
“Bagus, tidak perlu memberitahunya. Biarkan dia bergerak sesuai kemampuannya sendiri. Kita bisa menjadikannya sebagai pancingan.” Kata Charlie dengan angkuh tanpa belas kasih.
“Termasuk si pembunuh bayaran itu?” kata Isabelle.
“Hm.”
“Kenapa tidak kita saja yang mencarinya? Kita bisa mencari pembunuh itu lebih cepat dari mereka dan menawarkan negosiasi yang tinggi untuk penangkapan itu Mr. Charlie!” kata Isabelle dengan pemikirannya.
“Aku tidak ingin membuang waktu untuk semua itu. Lakukan saja yang aku perintahkan, aku juga harus mengawasi anak-anak itu sampai mereka benar-benar siap.” Jelas Charlie meraih segelas beer dan meneguknya.
Baik Isabelle maupun Han. Keduanya memilih patuh.
Tak berselang lama, Charlie segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Seperti biasa, dia hanya mengenakan kemeja hitam terlingkis dan celana hitam.
Rambutnya tersisir rapi kebelakang, hingga ia pergi mengendarai mobil hitamnya sendirian. Bukan tanpa alasan, dia akan menyusul anak-anak itu dan mungkin hanya untuk mengantarnya lebih dekat.
Namun pikiran Charlie mengarah ke pengasuh barunya itu. Singkatan namanya sama seperti pembunuh bayaran yang pernah bertemu dengannya beberapa tahun lalu. “Apa tujuan mu?” gumam Charlie yang artinya dia sudah tahu tentang si pengasuh barunya itu yang merupakan seorang pembunuh bayaran.