Tiga orang remaja yang merupakan kembar tiga bersekolah di Smith internasional school. Mereka bukan manusia biasa tapi tiga kembar yang memiliki Indra keenam dan mampu melawan para makluk halus dengan kemampuan mereka.
Bisakah mereka menolong banyak orang dengan kemampuan mereka itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok tangan
Saat Zaki Sampai di rumah setelah mengantar Fernita terlebih dahulu, Kamila terlihat sedang duduk di sofa bersama adik dari Virna sambil menonton televisi.
"Kamu pulang Zaki, mami bilang juga apa, kamu harusnya istirahat" ucap Kamila
"Iya mi, badan Zaki nggak enak" jawab Zaki
Dia bingung bagaimana bicara pada Samuel nanti tentang tempat tinggal adik dari Virna ini, dia tidak mau jika sampai keluarganya di teror apalagi Zaira adiknya juga sedang hamil.
"Mi, Zaki mau ke tempat papi ya, ada yang mau Zaki bicarakan dengan papi, mami ajak Vika ke rumah Tante Vania saja" ucap Zaki
"Tadinya juga begitu, tapi anak anaknya si meong terus mencoba menerkam Vika saat kami mau turun, mereka terlihat marah" jawab Kamila.
"Tidak apa apa kalau begitu, mami di rumah saja dengan Vika, nanti Zaki belikan makanan" balas Zaki
Dia sekarang bisa sedikit lebih tenang, karena mungkin sosok itu takut dengan tiga harimau peliharaan Zaki.
"Vika kamu jangan sungkan ya, kalau kamu mau apa apa, kamu bisa bicara pada Tante" ucap Kamila
"Iya Tante, terima kasih" jawab Vika sopan, dia terus menatap ke arah Zaki yang bisa turun dengan aman.
"Kamu kalau di kampung kamu biasanya suka melakukan apa kalau pulang sekolah?" Tanya Kamila
"Biasanya Vika membantu ayah saja di ladang Tante, bekerja di ladang milik orang lain" jawab Vika
"Kasihan sekali kamu, padahal masih kecil tapi harus bekerja, kalau disini kamu cukup fokus belajar saja ya nanti" ucap Kamila mengusap rambut Vika
"Iya Tante, tapi saya merasa tidak enak dengan pak Zaki, beliau jadi harus membawa saya ke sini padahal beliau tidak salah apa apa, maafkan ayah dan ibu yang sudah memaksa pak Zaki untuk membawa saya kesini" ungkap Vika dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu tidak perlu merasa terbebani, kami ikhlas ko bantu kamu" ucap Kamila menghapus air mata Vika
"Ayah marah pada pak Zaki, bahkan ibu juga menampar pak Zaki, saya merasa tidak enak Tante" ucap Vika memeluk Kamila
"Zaki pasti tidak akan marah karena itu, dia juga merasa kalau ini adalah tanggung jawabnya, kamu tidak perlu khawatir, kamu sekolah saja yang baik disana, dan jadilah anak yang berprestasi, agar kamu bisa menjadi orang yang lebih baik dan juga bisa membanggakan kedua orang tua kamu, juga almarhumah kakak kamu" bujuk Kamila mengusap punggung Vika.
"Terima kasih, karena memberikan saya kesempatan untuk bersekolah lagi, saya memang tidak mau terjebak di kampung saya dan berakhir dengan menikah muda Tante" ungkap Vika semakin memeluk Kamila
*******
Di pasar.
"Pi, Zaki mau bicara" ucap Zaki saat dia sampai dan menemui Samuel
"Ada apa? Kamu jangan panik, istighfar, jangan sampai kepanikan kamu membuat kamu lupa pada Allah" jawab Samuel
"Astagfirullahaladzim... Zaki sedang bingung pi, Zaki harus menyekolahkan Vika, tapi Zaki juga tidak bisa menempatkan Vika di rumah" ungkap Zaki
"Kenapa memangnya?" Tanya Samuel, bahkan Hendra juga terlihat heran
"Tadi, di sekolah ada kejadian aneh Pi, pintu UKS di gebrak oleh sesuatu yang bahkan Zaki sendiri nggak bisa lihat, untung ada Khalid dan dia bilang kalau mahluk yang menggangu itu adalah mahluk yang mengikuti Vika" ungkap Zaki lagi.
"Astagfirullah.. apa Fernita baik baik saja?" tanya Hendra khawatir, Hendra adalah Kakek dari kembar tiga.
"Alhamdulillah om, tapi mungkin Zaki akan minta Tante Fernita untuk cuti dulu, biar di gantikan dokter laki laki sementara" jawab Zaki
"Lalu Vika akan kita tempatkan dimana? Dia juga tanggung jawab kita kan, dia akan merasa di buang kalau kita minta untuk pindah" tanya Samuel
"Itu sebabnya Zaki kesini, Zaki ingin minta saran kalian" jawab Zaki
"Mahluk itu apakah benar benar mengikuti Vika?" Tanya Hendra yang sudah di beri tahu tentang Vika oleh Samuel
"Khalid bilang begitu, bahkan katanya dia juga terus menatap Aurora saat di dalam mobil Zaki, tadi juga mami bilang, anak anak si meong mau menerkam Vika saat hendak turun, makanya Zaki bisa kesini karena mami pasti aman di rumah" jawab Zaki
"Adrian bisa bantu nggak ya?" Tanya Samuel
"Kita coba saja tanya dia, tunggu dia pulang dari pesantren" jawab Hendra
"Nanti om akan bicara dengan Adrian, dia pasti tahu cara usir mahluk itu agar tidak menggangu lagi" bujuk Hendra
"Kamu terlihat lelah, pipi kamu juga masih terlihat merah, padahal papi sekalipun belum pernah tampar kamu" ungkap Samuel mengusap pipi Zaki.
"Zaki benar benar tidak menyangka pi, niat baik Zaki untuk melayat malah di sambut buruk oleh orang tua Virna, Zaki bahkan sampai di Katai pembunuh" ungkap Zaki menunduk
"Mereka mungkin merasa sakit hati, karena di bohongi oleh Diana yang mengaku sebagai Virna selama dua bulan ini, tapi ternyata anak yang mereka sayangi sudah meninggal" ucap Hendra
"Mereka tidak terlihat menyayangi Virna om, mereka bahkan tidak mau melihat jasad anak mereka untuk terakhir kali meski kondisi Virna sudah tidak bisa di kenali, setelah pemakan bahkan tidak ada tahlilan, mereka kembali bekerja seperti biasanya" ungkap Zaki.
"Ko begitu?" Tanya Samuel
"Zaki juga bingung pi, tetangga mereka juga masa nggak ada yang bisa memakamkan jenazah, semua Zaki yang urus, dari mulai memasukkan jenazah sampai mengadzani jenazah, do'a juga Zaki yang urus" jawab Zaki semakin membuat Hendra dan Samuel terkejut.
"Mereka tadinya mau langsung mengubur Virna begitu saja, Sudah seperti bangkai hewan yang mati" ungkap Zaki kesal
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, kalau tebakan om benar, mereka itu pasti tidak memiliki agama, mereka hanya percaya pada hal hal mistis, makanya Vika juga diikuti mahluk gaib" ungkap Hendra
"Sekarang kamu pulang saja, istirahat, dan papi kan minta om Adrian segera pulang, dan bantu kamu di sekolah, Sagara dan Safira juga pasti mau bantu" bujuk Samuel
"Iya Pi, Zaki pulang dulu, kasihan mami juga di rumah" jawab Zaki
"Tak akan semudah itu, kamu menyingkirkan aku" bisik suara yang bisa di dengar Zaki saat dia melajukan mobilnya
"A'udzubiilaahiminassyaitoonirrojiim" ucap Zaki dan seketika udara panas dimobil Zaki berangsur hilang, berganti dengan udara dingin dari AC mobil Zaki.
*******
Di sekolah.
"Abang, Ola nggak usah di antar ke toilet juga kali, Ola malu" rengek Aurora yang masih di tuntun Gafi di koridor menuju toilet.
"Sudah diam, kamu nurut atau kamu akan pingsan lagi" jawab Gafi
"Ish.. ayo Tante, kita masuk" ketus Aurora menuntun bulan
Gafi melirik ke arah ruang musik, dia sudah tidak melihat lagi penampakan bayangan hitam ataupun Aura panas dari rumah yang letaknya di belakang ruang musik itu.
"Abang!" Teriak Andromeda berlari ke arah Gafi
"Ada apa? Kenapa malah kesini, bukannya pulang" Tanya Gafi
"Kami mau minta Abang pegang tangan yang sering usil di kelas kami bang" jawab Altair
"Tangan?" Tanya Gafi mengernyitkan alisnya
"Iya bang, sepotong tangan, dia sering usil tapi hanya di kelas kami saja, tadi Zara dia cubit bang" jawab Andromeda
"Di cubit? Tapi Zara nggak apa apa kan?" Tanya Gafi
"Betisnya lebam bang, sedikit berdarah juga" jawab Andromeda
"Eh ada dua bocil gemas, kalian ngapain?" Tanya Aurora menciumi adik adiknya
"Kami mau minta bantuan bang Gafi" jawab Altair memeluk Aurora.
"Oh, sudah sana" jawab Aurora tersenyum manis
"Kamu ikut Abang, kamu masih dalam bahaya soalnya" ucap Gafi
"Kalau begitu, Tante mau ke kantin ya" ucap bulan
"Tapi aku juga lapar bang" rengek Aurora
"Nanti minta Yudhistira atau Zaidan belikan kamu makanan" jawab Gafi menuntun Aurora dan diikuti dua adiknya di belakang.
Saat berjalan di koridor antar gedung sekolah, mereka terus di tatap banyak mata penasaran, karena tidak biasanya ada adik kelas yang masuk ke gedung SMA, bahkan dengan santai Andromeda dan Altair berjalan sambil makan camilan pemberian Riko.
"Di mana?" Tanya Gafi saat mereka sampai di kelas adiknya
"Itu bang, di lantai, bawah bangkunya Zara" jawab Andromeda menunjuk bangku ketiga di kiri
"Ada tangan terkubur mungkin di dalamnya" Ucap Aurora
"Tapi Opa Abraham tidak mungkin ceroboh, semua pekerja selalu dia pilih yang terbaik, dan belum pernah ada kecelakaan kerja selama sekolah ini di bangun" jawab Gafi
Tuk. Tuk. Tuk.
Tangan itu terlihat sedang mengetuk ngetuk meja tempat Zara, sambil sedikit menggoda mereka dengan melakukan pose finger heart.
"Hahaha... Dia imut" ungkap Aurora
"CK.. jangan di lihat imutnya, dia itu usil, dan sudah buat Zara terluka" jawab Altair cemberut.
Tangan itu melayang ke arah papan tulis dan menuliskan kalau Zara sudah menginjaknya meski tidak sengaja.
"Tapi kan dia nggak sengaja, kenapa kamu cubit?" Tanya Aurora
"Gemas" jawabnya melalui tulisan itu
"Mana ada tangan gemas mencubit, kalau mau itu di kecup" ejek Andromeda
"Aku tidak punya kepala, kalau aku punya, aku pasti akan peluk dia dengan badanku yang bagus dan atletis" sombong tangan itu
"Cih.. tangan kamu saja kurus begitu" sinis Gafi
"Nanti juga jadi bagus kalau tubuhku sudah ketemu" jawabnya di papan tulis itu
"Dimana tubuh kamu? Kenapa kamu tidak mencarinya?" Tanya Aurora
"Aku tidak tahu, tapi namaku adalah Peter, aku ada disini sejak bangunan ini selesai, tolong cari diriku" tulisnya
"Kemana kami harus cari kamu? Apa mungkin kamu pekerja disini?" Tanya Gafi
"Bukan, aku di culik orang, dan tubuhku di kubur terpisah, kebetulan tanganku dia kubur disini" jawab tangan itu
"Di kubur terpisah?" Tanya Aurora
"Iya"
"Kamu tahu siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya Gafi
"Abram, temanku sendiri, dia melakukan itu karena kesal aku mendapatkan hadiah mobil dari sebuah undian, mungkin mobilnya juga masih dia pakai" tulisnya
"Siapa nama teman kamu, den dimana dia tinggal, akan aku cari, tapi kamu jangan mencoba untuk mengganggu siapapun lagi disini, atau kamu akan musnah selamanya tanpa bisa bergabung dengan anggota tubuhmu yang lain" ancam Gafi.
"Abram Jamil, dulu dia tinggal di perumahan bumi asih, nomor tiga puluh" tulisnya
"Kami akan cari tahu, dan selama itu kamu harus bersikap baik" ucap Gafi dan tangan itu mengangkat jempolnya.
Setelah bernegosiasi dengan tangan itu, Gafi dan Aurora mengantar Andromeda juga Altair ke parkiran, karena disana Satyo sudah menunggu bersama Arjuna dan Zayd yang akan pulang bersama mereka.
"Om titip mereka ya, kalau nakal jual saja ke pasar Opa" ucap Aurora terkekeh
"Siap non" jawab Satyo
"Kak Ola tega sekali, kami ini akan banyak yang pungut kalau di buang" gerutu Andromeda
Aurora tertawa tapi tawanya terhenti setelah melihat seorang laki laki tinggi sedang tersenyum kearahnya dengan mata yang terlihat lapar, bahkan senyumnya itu terlihat menakutkan di mata Aurora.
"Ayo masuk" ajak Gafi yang juga melihatnya
"Baca bismillah saat tutup pintu mobil" ucap Gafi dan semuanya mengangguk
moga karyamu yang ini juga luar biasa ya thorr🤲
semangaat🤭