NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Pagi-pagi sekali Bian siap berangkat ke kantor. Meski semalam ia pulang begitu larut, tapi tubuhnya tetap terlihat segar.

Ini berkat Mona. Wanita itu selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk laki-laki tersebut. Semua perlakuannya membuat Bian selalu betah dan ingin lagi dan lagi menemuinya.

Sedangkan istri pertamanya tidak memiliki peran penting. Ini bukan salahnya, karena Bian sendirilah yang menempatkannya di posisi tersebut.

Meski sudah hampir satu tahun menjalani biduk rumah tangga, hubungan mereka sama sekali tidak memiliki keharmonisan.

Bi Yati berjalan tergopoh menghampiri kedua majikannya yang saat ini sedang berada di meja makan.

"Ada apa bi?" tanya Nayara. Ia sudah selesai menyantap sarapannya.

"Di depan ada seseorang, Non." Bi Yati menunjuk dengan jari jempolnya ke arah pintu utama.

"Siapa?"

"Seorang laki-laki, Non. Katanya pemuda itu disuruh Den Bian."

Kali ini Bian menoleh. Mengerutkan keningnya sejenak. "Oh, mungkin sopir pribadi baruku. Suruh dia masuk bi. Saya sudah selesai sarapan." Bian baru ingat sesuatu.

2 hari ini ia direkomendasikan oleh sekretaris pribadinya seorang laki-laki yang ingin bekerja sebagai sopir. Kebetulan pemuda ini sepupu dari seseorang yang dia kenal.

Tidak lama setelah bi Yati kembali ke teras, pemuda itu masuk dan kini berdiri tidak jauh dari kedua orang yang kini masih duduk di meja makan.

Tatapannya lurus ke depan. Ia nampak tenang, bahkan saat Bian berjalan ke arahnya.

"Siapa namamu?"

Pemuda itu berdehem sebelum menjawab. "Saya Dafa, Tuan. Saya sopir yang anda suruh untuk menemui anda hari ini."

Bian mengangguk. "Darimana kamu berasal? Apa kau sudah paham benar dengan pekerjaanmu tersebut?"

Pemuda itu menjawab mantap. "Meski saya dari kampung. Tapi saya sudah sangat paham dalam mengemudikan kendaraan. Dan saya akan mengabdikan seluruh hidup saya untuk keselamatan majikan saya."

"Bagus. Mulai hari ini kau bisa langsung bekerja. Sebelum kau mengantarku ke kantor. Simpan barang-barang mu lebih dulu di salah satu kamar di rumah ini."

Menoleh pada Nayara. "Oh ya, ini istriku." Mengulurkan tangan pada istrinya. "Kemari lah!"

Gadis itu menurut. Ia berdiri di samping Bian. "Ini sopir baruku. Dia akan mengantarku pergi ke kantor. Tapi setelah itu ia harus kembali ke rumah untuk menjagamu. Bahkan kau boleh memintanya untuk membawamu kemanapun kamu ingin pergi," terang Bian.

Pemuda itu menarik sudut bibirnya meski samar dengan wajah sumringah. Entah apa yang ia pikirkan saat ini.

Nay mengangguk. Meski ia tidak ingin keluar rumah. Atau mungkin karena tidak pernah, jadi keinginan itu tidak pernah muncul dalam benaknya sekalipun.

"Saya Dafa, Nyonya. Saya siap melayani dan membawa anda kemanapun anda pergi."

"Baik. Terimakasih," jawab Nay tersenyum lembut yang mampu membuat hati pemuda itu berdesir hangat.

"Kau bisa antar dia ke salah satu kamar di rumah ini. Terserah kau, mau menempatkannya dimana," pinta Bian.

"Baik." Nay tahu kemana ia harus membawa pemuda itu. Tempat yang biasa mereka tempatkan khusus untuk orang-orang yang bekerja di rumah ini.

"Mari."

Pemuda itu menundukkan kepalanya sebelum mengikuti Nay dan berjalan di belakangnya.

Kedua netranya tidak pernah lepas dari seseorang yang kini berjalan di depannya. Jika tadi, ia bersikap culun tapi kali ini sorot matanya menggambarkan kewaspadaan.

Saat Nay berbalik, wajah pemuda itu kembali ke setelan awal. "Disini, Nyonya?" tanyanya saat berhenti di depan pintu kamar.

"Iya. Suamiku biasanya menempatkan orang-orang yang bekerja di rumah ini di sini. Saya harap anda betah," ujar Nay ramah.

"Pasti Nyonya. Karena saya benar-benar menginginkan pekerjaan ini. Saya juga akan bekerja dengan sepenuh hati," ucapnya yakin.

"Baiklah. Kau boleh menaruh barang pribadi di dalam. Saya harus kembali."

"Terimakasih, Nyonya."

Dafa menunduk hormat sebelum Nay benar-benar hilang dari hadapannya. Sudut bibirnya menyeringai mengiringi kepergian Nayara yang berjalan ke arah meja makan.

* * *

Dafa menatap gedung tinggi yang tepat di hadapannya. Pemuda itu masih berada di belakang kemudi saat berhasil mengantar Bian ke kantor.

Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, membuka kacamata hitam tebal yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya.

"Nay, aku sudah memulainya. Aku kembali untukmu," lirihnya sebelum menyalakan mesin dan kembali melajukan mobilnya.

Butuh waktu 30 menit untuk kembali sampai di rumah Bian. Mobil yang ia kemudikan memasuki halaman setelah penjaga membukakan gerbang.

Sebelum membuka kaca dan pintu mobil. Ia kembali memasangkan kaca mata hitam tebalnya dan memastikan penampilannya sekali lagi.

Ia memastikan tompel buatannya sudah terpasang kuat di pipi kiri. Rambutnya sudah disisir rapi dengan belahan meminggir. Dan tentu saja, kemeja pendek kotak-kotak dengan kancing yang terpasang sampai ke atas kerah. Kesan culun yang ia ciptakan harus terlihat sempurna tanpa membuat semua penghuni rumah curiga. Bahkan berkali-kali ia mengetes suaranya untuk menemukan suara yang pas meski dibuat-buat.

Dafa berjalan ke dalam rumah setelah memarkirkan mobilnya sebelum nanti ia kembali menjemput Bian dari kantor.

Dari arah dapur, ia berpapasan dengan bi Yati. "Nak, apa kamu sudah sarapan?" tanyanya yang melihat Dafa hendak masuk ke kamar.

"Belum bi."

"Ya sudah langsung ke dapur. Bibi akan siapkan makanan untukmu."

Dafa mengangguk. "Baik. Terimakasih bi."

Nay muncul saat Dafa sedang melahap makanannya. Seperti biasa Nay selalu menemani bi Yati yang ingin menyiapkan masakan untuk makan siang.

"Bi, masakan apa yang ingin bibi masak siang ini?" Nay menghampiri bi Yati yang sedang menyiapkan bahan masakan.

"Bibi sedang menyiapkan udang dan ikan, Non. Sebaiknya dimasak seperti apa ya?" Bi Yati meminta saran.

"Apa aja bi. Masakan bibi semuanya enak. Lagian Mas Bian belum tentu pulang untuk makan malam. Seperti hari-hari sebelumnya beliau pasti pulang larut malam."

"Iya, Non. Entah kenapa akhir-akhir ini den Bian selalu pulang larut malam dan sering pergi keluar kota," cetus bi Yati yang membuat Dafa menautkan kedua alisnya.

Nay menarik nafasnya kasar. "Tidak tau lah Bi. Mungkin Mas Bian akhir-akhir ini memang banyak pekerjaan di kantor. Bibi tau sendirikan, aku juga tidak pernah tau apa yang dia lakukan di luar sana."

Dafa semakin tertarik mendengarkan percakapan kedua perempuan beda generasi tersebut. Ia tetap mengunyah makanannya dengan lahap tetapi pendengarannya siap merekam apa saja yang ia dengar.

Karena tidak fokus pada makanannya, akhirnya Dafa tersendak dan terbatuk-batuk. Nay yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya, dengan sigap mengambilkan air minum.

"Ini minum dulu," ujar Nay yang menyerahkan segelas air putih.

Tangan Dafa secara reflek bersentuhan yang membuat keduanya terasa kesetrum.

Serrrr. . .

Nay buru-buru menarik tangannya. Untung saja gelas itu tidak terjatuh jika Dafa tidak memegangnya erat.

Dafa langsung menegak air putih itu sampai tandas. "Makasih, Nyonya."

"Maaf. Tadi saya buru-buru, karena sejak pagi belum sarapan," imbuhnya.

"Pantas saja. Tapi kamu juga tidak boleh makan terburu-buru seperti itu. Itu bisa berbahaya lho."

"Baik. Maafkan saya. Saya tidak akan mengulangi hal itu."

Sedangkan bi Yati hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan Dafa.

Nay berbalik, sedikit termenung. 'Apa yang baru saja terjadi padaku. Kenapa aku merasa seperti tersengat listrik. Dan Dafa seolah mengingatkan ku pada seseorang,' batin Nay merasakan ada yang berbeda dengan pemuda tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!