Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Novel Sampah dan Sumpah Serapah Iri Hati
"Anjing."
Sepertinya satu kata itu sudah cukup untuk merangkum seluruh perasaanku untuk saat ini. Mataku yang kini terasa perih karena kurang tidur dan terlalu banyak menatap layar, terlalu fokus ke monitor laptop butut di depanku. dilayar itu menampilkan novel yang aku buat, "Supreme Immortal Blade God"s Rebirth," terabaikan dengan total jumlah orang yang baca lebih sedikit dari saldo rekeningku. Komentar yang masuk tiga hari yang lalu itu sungguh sangat brutal dan terasa menamparku.
"Ceritanya seperti hasil generate Chat GPT, bro."
Yah aku tahu itu. Karena memang sebagian besar hasil Chat GPT. Siapa juga yang punya waktu luang untuk menulis sebuah deskripsi tentang bunga lotus yang mekar di tepi danau sebanyak sepuluh paragraf saat kau sedang dikejar deadline dan perutmu keroncongan? Tapi sepertinya, dalam menulis novel online ini, para pembaca sialan itu masih saja menuntut hasil yang bagus.
Ping!
Tiba-tiba ada notifikasi yang masuk dari hp-ku. Sebuah grup chat yang disebut "Lingkaran Penulis Langit Timur." dimana para penulis genre fantasi timur berkumpul untuk saling menjilat ludah dan saling memamerkan hasil pendapatan mereka. Mau tidak mau aku pun membuka grup itu. Sesuai dengan apa yang aku perkirakan, pemandangan pertama yang aku lihat adalah sebuah tangkapan layar.
"Alhamdulillah, bulan ini tembus lagi viewsnya. Terima kasih supportnya, para suhu!" Tulis NagaTinta.
Di bawah pesan itu, terlihat jelas sebuah angka pendapatan royalti bulan ini dari novelnya, "The Heavenly Dragon"s Ascension". Rp 54.789.210.
Sialan... sialan...
Aku bisa merasakan asam lambungku mulai naik ke kerongkonganku. Lima puluh empat juta. Sebuah angka yang bahkan tidak bisa kumimpikan. Aku melirik ke tumpukan bungkus mi instan di sudut kamar kosku yang pengap. Makanan yang aku habiskan dalam sebulan saja tidak lebh dari empat ratus ribu.
Para penjilat yang ada didalam grup itu mengetik lebih cepat dari kecepatan cahaya... untuk menjilatnya.
"Gila... suhu NagaTinta! Mantap banget! Traktir-traktir kita dong!" Tulis RajaAksara.
"Wow, selamat, kak! Novelmu memang a-ma-zing! Alurnya bikin nagih parah!" Tulis DewiBulan.
Aku tertawa kecil. Amazing? Nagih? Novel sampah itu?
"Kalian para pembaca di luar sana pasti paham dengan apa yang aku maksud. Novel yang ceritanya bisa kalian tebak bahkan jika kalian membacanya sambil mabuk. MC bernama Lin Feng yang awalnya jenius kemudian jadi sampah, punya tunangan cantik yang mau membatalkan pertunangannya, lalu menemukan sebuah cheat item berupa cincin yang berisi arwah kakek-kakek mesum, dan BOOM! Dia jadi dewa saat itu juga, semua cewek semok di benua itu mendadak basah sampai banjir hanya dengan melihat bayangannya."
Itu adalah formula yang telah digunakan jutaan kali. Tapi, entah bagaimana, si NagaTinta sialan ini bisa membuat anak-anak dan om-om kesepian ketagihan.
Tanganku gatal. Aku menulis sebuah tanggapan, menahan keinginan untuk membuat makian yang paling buruk.
"Selamat ya..., NagaTinta. Pembacamu benar-benar mengerti cara menghargai sebuah seni." Tulisku.
Kukirimkan pesan itu dan aku menekankan pada kata "seni". Biarin aja. Kalau mereka tidak ada yang paham dengan itu, itu bukanlah urusanku.
Dan yah tentu saja, tidak ada satupun yang membalas pesanku. Karena mereka terlalu sibuk menjilati sepatu emas NagaTinta. Aku melempar hp-ku ke kasur dan kemudian berdiri, kemudian aku berjalan mondar-mandir di kamarku yang sempit. Rasa iri itu membakar dadaku, rasanya panas dan sangat menyesakkan.
"Sampah! Novel sampah!" ucapku pada dinding yang catnya sudah mengelupas. "Apa bagusnya si Lin Feng itu? Bocah naif yang otaknya cuma diisi dengan prinsip moral yang tolol! "Aku tidak akan pernah membunuh wanita", "Aku harus melindungi orang yang lemah". Persetan dengan semua itu!"
Napas ku mulai sesak. Aku berhenti di depan cermin yang sudah retak, menatap pantulan diriku sendiri. Wajah lesu, rambut berantakan, dan mata yang menyimpan sedikit kegilaan.
"Andai saja... andai saja aku yang ada di dalam novel itu," bisikku, suaraku serak karena amarah. "Aku tidak ingin jadi pahlawan. Aku ingin jadi penjahatnya. Ya... Aku akan jadi Luo Chen, seorang Tuan Muda arogan yang jadi batu loncatan Lin Feng di arc pertama."
Ide itu terasa begitu menggoda dan begitu memuaskan.
"Akan kuubah takdir si Luo Chen sialan itu. Akan ku rebut tunangannya, si Xiao Linyu itu, sebelum Lin Feng sempat pamer kekuatannya. Akan kubuat dia bertekuk lutut karena tidak punya pilihan lain. Akan kuambil cincin butut itu dari jarinya sebelum dia tahu isinya apa. Akan kuperbudak arwah kakek tua yang di dalamnya!"
HAHAHAHA...!
Aku tertawa, sebuah tawa yang terdengar gila bahkan di telingaku sendiri.
"Akan kurebut semua haremnya! Si Putri Es yang sok suci itu? Akan kucairkan dia di ranjangku yang panas. Si Putri Iblis yang katanya liar itu? Akan kujinakkan dia sampai hanya bisa mendesahkan namaku. Akan kubuat dia melihat semua wanita yang seharusnya menjadi miliknya, satu per satu menjadi mainanku. Aku akan menghancurkan pikirannya, merusak cerita aslinya, membakar dunianya sampai rata dengan tanah!"
Aku mengangkat tinjuku ke atas, seolah sedang mendeklarasikan perang pada seluruh dunia.
"Aku bersumpah, jika aku bisa masuk ke dalam novel itu, aku akan menjadi Penjahat Utama yang paling brengsek yang pernah ada didunia!"
Tiba-tiba... layar hpku yang tergeletak di kasur menyala dengan cahaya putih yang menyilaukan mata. Bukan cahaya notifikasi biasa. Cahayanya begitu terang hingga membuat seluruh kamarku yang remang-remang menjadi silau. Aku menyipitkan mataku karena terkejut.
Di tengah layar, sebuah jendela dialog muncul. Teks yang ditampilkan tidak menggunakan font standar malah sebaliknya, huruf-hurufnya berwarna merah darah, terlihat seperti hasil tulisan tangan dengan kuas yang mengalirkan tinta.
[Apakah kau serius dengan sumpahmu itu?]
[Jika iya, aku bisa membantumu. Mengubah takdir novel itu langsung dari dalam. Kemudian menghancurkan cerita aslinya.]
[Apakah kau bersedia untuk melakukan itu?]
Ada dua tombol yang bersinar di bawahnya.
[ YA ] / [ TIDAK ]
Aku tertegun, jantungku berdetak dengan cepat. "Apa ini? Virus? Atau hanya aplikasi iseng?"
Tapi... bagaimana jika ini beneran terjadi?
Pikiran tentang hidupku yang menyedihkan, mengenai tumpukan mie instan dan pendapatan sebesar 54 juta milik si NagaTinta... semuanya berputar di kepalaku. Apa yang bisa lebih menyakitkan dari kondisi yang kuhadapi sekarang? Setidaknya, di sana aku bisa menjadi pria muda dengan kekayaan..
Masa bodoh. Persetan dengan semua ini.
Dengan senyum lebar di wajahku, senyuman seorang lelaki yang telah kehilangan segalanya untuk dipertaruhkan, aku meraih hp-ku itu. Ibu jariku bergerak di atas layar, diliputi oleh perpaduan semangat menggila dan keputusasaan total.
Tanpa ragu, aku menekan tombol [ YA ] dengan penuh semangat.
Seketika, pemandangan sekelilingku berubah menjadi putih.