Vina sangat terobsesi diterima menjadi pemeran wanita utama di casting sebuah drama. Dia juga seorang penggemar garis keras dari seorang aktor. Suatu hari saat melakukan casting, ia ditolak tanpa di tes dan parahnya lagi, orang yang menolaknya adalah si idola. Merasa terhina, Vina pun berubah menjadi pembenci sang aktor. Belum juga mulai menabur benih kebencian, ia justru terpaksa menikah secara kontrak dengan sang Aktor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumi Midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif
Setelah take-nya untuk satu adengan berakhir, pandangan Vina tertuju pada satu titik, tempat di mana kemarin Arka berdiri untuk melihatnya. Rasa kecewa sedikit banyak ada di hatinya saat ini. Ia seperti tidak mau Arka benar-benar tidak melihat aktingnya.
"Dasar menyebalkan!" gumam Vina. Jika Arka benar-benar mau dianggap suami sungguhan oleh Vina, harusnya dia tidak boleh merajuk. Bukankah hanya istri yang boleh merajuk pada suami, pikir wanita itu.
"Vina, ngapain bengong, ayo lanjut syuting." Teriakan dari salah satu kru menyadarkannya. Ia pun pergi untuk memulai syuting adegan selanjutnya.
Setelah beberapa kali syuting untuk beberapa adegan, akhirnya tiba juga break makan siang. Sambil menunggu jatah nasi kotak di bawah pohon rindang. Vina mendengkus, ia merasa kecewa pada suaminya yang juga tidak datang mengajaknya makan siang.
Tak lama satu suara membuat Vina semangat menengok, ia menyangka, itu adalah Arka. Namun, ia kecewa karena lelaki itu adalah Baskara. Lelaki berkulit kuning langsat itu duduk di sebelah Vina.
Vina tersenyum menutupi rasa kecewanya, lalu berkata, "Kamu kenapa ke sini, Bas?"
"Mau ngunjungin kamu. Eh, tapi jangan bilang Arka aku ke sini, ya, takut dia jadi salah paham."
"Iya."
"Gimana syutingnya? Lancar?"
"Lancar, kok, aku juga jarang banget ngulang."
"Nggak menyesal aku merekomendasikanmu, walau pada akhirnya kamu mendapatkan peran ini lagi karena suami kamu." Baskara mendesah kecewa. "Padahal aku ingin jadi salah satu orang yang berjasa pada karikmu. Sekarang aku bahkan merasa tidak pantas menerima ungkapan terima kasihmu."
Vina menyenggol lengan Baskara. "Hey, kau juga pantas menerima ungkapan rasa terima kasihku, kok. Jika awalnya bukan karena kau, mana mungkin aku berada di sini," katanya, "terima kasih, ya."
Baskara tersenyum. "Bagaimana kalau kamu ikut aku makan siang sebagai bentuk terima kasihmu?"
Vina mengerutkan keningnya. "Maksudnya aku meneraktirmu makan siang, begitu?"
"Tidak aku yang akan meneraktirmu."
Vina merasa lega dan mengiyakan keinginan Baskara. Baru saja beranjak seorang kru mengantarkan sekotak nasi untuk Vina.
"Astaga Vina, lelah aku mencarimu di basecamp." Seorang kru memberikan satu nasi kotak untuk Vina.
"Terima kasih."
Sebelum seorang kru lelaki itu pergi, ia sempat memandang Baskara cukup lama. Tidak mau ambil pusing dengan hal yang ada dipikiran seorang kru yang barusan pergi, Baskara pun mengajak Vina pergi.
"Kenapa kau mengambil nasi kotak dan membawanya bersama kita?" tanya Baskara saat ia dan Vina beriringan berjalan menuju mobilnya.
"Untuk jaga-jaga jika kau mengajakku makan siang dengan sebutir roti lapis. Kau tau, aku belum makan kalau tidak makan nasi."
Baskara terkekeh mendengar penuturan Vina. Lelaki berhidung mancung dengan bentuk indah itu, berpikir Arka sangat beruntung karena memiliki istri seperti Vina.
Jika suatu saat nanti rasa sukanya pada Vina semakin dalam, ia bahkan tidak masalah jika harus merebut Vina dari Arka.
"Mmm, bagaimana kalau kita makan, makanan timur tengah?"
"Timur tengah itu seperti kebab Turki ya?"
"Macam-macam, yang paling penting ada nasinya."
"Waw, ya sudah meluncur ke TKP saja kita. Lagi pula." Vina memukul singkat kotak nasi bagianya. "Nasi kotakku akan cocok."
Baskara menggeleng sambil terkekeh geli.
****
Arka yang tidak benar-benar bisa menepati perkataan, pada akhirnya menjejakkan kaki ke tempat syuting Vina. Ketika mata lelaki itu mencari sosok alasannya berada di sini, seorang kru, menegur Arka dan memberi tahu kalau Vina pergi makan siang bersama Baskara.
Mengetahui hal itu, terbit rasa marah di diri Arka. Berani-beraninya lelaki itu mendekati istri orang lain, ucap Arka dalam hati. Sebelum pergi, lelaki tampan berhidung mancung itu tersenyum pada seorang tadi, lalu pamit pergi.
Di dalam mobilnya, Arka menelpon Vina untuk bertanya keberadaannya sekarang. Setelah wanita itu memberitahukan mtempat makanmya, Arka memacu mobilnya lumayan kencang.
Tak sampai setengah jam, Arka dan mobilnya pun sampai ke tempat tujuan. Usai memarkir mobil, lelaki itu masuk dan tanpa basa-basi langsung menarik tangan Vina yang sedang makan.
"Aku sedang makan, Arka!"
"Hey! Kau dengarkan kata-kataku."
Tidak mau membuat keributan, Vina mau tak mau menurut. Dengan terpaksa wanita itu meninggalkan makanannya.
Belum juga Arka dan istrinya melangkah, Baskara berdiri dari duduknya. "Apa kau tidak melihat kalau Vina sedang makan!" Dengan isyarat tangannya, Vina menyuruh Baskara untuk tidak berladen. Wajah Vina benar-benar menunjukkan jika ia khawatir.
Arka memandang Baskara dengan tatapan tajam. "Terserah padaku. Vina adalah istriku."
"Itu bukan berarti kau bisa melakukan hal yang seenaknya pada milikmu."
Arka mendengkus dingin. "Tentu saja aku bisa melakukan hal yang seenaknya pada milikku." Lelaki itu tersenyum miring. "Kau mau lihat?" Tanpa basa-basi lagi, Arka langsung mencium bibir Vina. Niat Arka hanya ingin membuat nyali Baskara ciur sehingga ia tidak nekat mencuri milik orang lain.
Vina berusaha melarikan kepalanya ketika lampu flash kamera ponsel para pengunjung menyala. Namun, Arka bergeming, ia malah menahan tengkuk istrinya.
Setelah dirasa cukup untuk menghancurkan kepercayaan diri Baskara, Arka akhirnya melepas pagutannya. Dia memandang Baskara yang berekspresi layaknya orang yang tertampar kenyataan dengan seringai. Lelaki itu kemudian membawa Vina pergi dari situ.
"Kau gila! Bagaimana kalau foto kita berciuman tersebar ke media, hah?!" kata Vina saat keduanya telah berada di mobil.
Arka menyalakan mesin mobil dan menjalankannya. "Bibirmu ternyata masih sekenyal, saat pertama kaliku lumat," imbuhnya mengalihkan pembicaraan.
"Jangan mengalihkan obrolan!"
"Ya memangnya kenapa?" ucap Arka dengan nada tinggi. "Kita adalah pasang menikah dan hal itu wajar. Lagi pula masyarakat pasti banyak yang mengaggap kita adalah pasangan romantis."
"Hanya orang tidak waras yang menganggap berciuman di depan umum itu hal yang romantis!" tekan Vina, "dan kau. Katanya kau tidak akan datang mengunjungiku lagi, tapi kenapa kau datang!"
"Oho, jadi kau maunya aku tidak datang, begitu?"
Vina terdiam. Jujur saja, hatinya sedang senang karena Arka tidak serius dengan perkataannya tadi pagi "Mm, aku lapar."
"Kau mau makan apa?"
Vina tersenyum. "Makan nasi padang pakai, rendang, sayur pucuk singkong lalap, dan kuah gulai."
Arka mendengkus. "Bagaimana kalau orang-orang di sana mengerumuniku?"
"Ya sudah bungkus saja, nanti aku makan di mobil."
"Tidak, bagaimana kalau mobilku bau rendang?"
"Menyebalkan! Aku ngambek, lo, ya!"
"Iya-iya, kita makan di rumah makan padangnya langsung."
"Terima kasih, suamiku." Nada riang di suara Vina hanya membuat Arka terkekeh.